State IX

2.7K 426 50
                                    

Ini pertama kalinya ia mengunjungi rumah Ten. Selain karena tidak terlalu akrab, laki-laki itu memang lebih sering berada di laboratorium atau perpustakaan daripada di rumahnya sendiri.

Donghyuck mengenal Ten dari Jaehyun. Dari yang ia dengar, mereka sudah bersahabat sejak Ten pindah dari tempat asalnya yang berada jauh di utara. Di ingatannya, Ten selalu menjadi sosok yang tidak banyak bicara. Perangainya kelewat tenang hingga membuat Donghyuck canggung berada di dekatnya.

Sampai sekarang. Donghyuck mendapati dirinya duduk dengan perasaan kikuk di ruang tengah Ten yang hangat dan rapi. Walaupun sofa yang diudukinya empuk dan wangi, Donghyuck tidak berhenti bergerak sejak ia duduk.

"Kau tidak suka teh?"

"Aku—aku tidak terlalu peduli dengan yang seperti itu."

"Mau kuganti dengan cokelat panas?"

"Jawab saja pertanyaanku," sambar Donghyuck cepat. Kakinya bergetar was-was dalam duduknya. "Tolong?"

Laki-laki yang lebih tua itu memandang Donghyuck sejenak sebelum menyeruput teh dan meletakkan cangkir kembali di meja.

"Kenapa kau ingin tahu hal itu?"

"Kenapa tidak boleh?" Donghyuck tahu ia bersikap terlalu defensif. Tapi pikirannya sedang kacau dan tidak ada waktu untuk menyusun strategi bagaimana cara menjilat Ten.

"Itu pertanyaan tidak terdga darimu. Dan kukira kau bisa menemukannya dengan mudah di literatur atau buku-buku," Ten menjawab tenang seakan tidak terpengaruh oleh sikap tidak bersahabat Donghyuck.

"Aku tidak tahu apakah akan sempat."

Ten memandang tepat ke arahnya dengan sorot geli. Itu memang hanya akal-akalan Donghyuck saja. Topik mengenai dunia werewolf sangat sensitif, ia tidak tahu apakah dengan posisinya sekarang ia akan mendapat akses ke perpustakaan dengan mudah.

"Anggap saja kau membantu seseorang yang lupa sedikit materi yang didapatnya waktu di akademi. Bagaimana Ten hyung?"

Laki-laki itu meringis mendengar sebutan honorifik dari mulut pemuda yang saat ini sedang meringis kikuk di hadapannya. Bola mata hitamnya berputar malas sambil mencibir; 'kau ini cuma manis kalau ada maunya, ya?'

"Aku tidak tahu pasti siapa yang menciptakan sistem ini. Tapi yang jelas tiap werewolf memiliki mate. Dengan status yang sama atau berbeda, tergantung apa yang takdir katakan."

Well, tidak mengindikasikan mate mereka manusia.

"Aku tahu."

"Lalu kenapa kau masih ngotot kabur ke rumahku dan memaksaku bercerita?"

"Yeah, itu..." Donghyuck ragu melanjutkan kalimatnya. Bagaimana agar ia terdengar tidak gila? Ia tidak bisa secara gamblang mengatakan pada Ten; 'yo, aku adalah mate werewolf sialan, sup bro!'

"Tapi aku pernah dengar cerita—lebih tepatnya, nenekku sering menceritakan ini sebagai dongeng pengantar tidur."

"Nenek bilang dulu pernah ada manusia yang dikutuk oleh bangsa werewolf dan bangsa Elf."

"Dikutuk?" celetuk Donghyuck.

"Dulu para makhluk mortal dan immortal tidak dalam fase memerangi satu sama lain seperti yang sekarang kita ketahui. Para petinggi dari masing-masing golongan membuat perjanjian perdamaian. Mereka tidak akan menyentuh tanah dan darah satu sama lain."

Sulit membayangkan manusia dan makhluk ajaib hidup dengan damai. Donghyuck sendiri tidak bisa membayangkan harus beramah-tamah dengan dengan predator dan penghisap darah.

You Can Call Me MonsterWhere stories live. Discover now