[03]

460 101 115
                                    

SELAMAT MEMBACA

⚘⚘⚘

Suasana sore di taman begitu riuh ramai dengan berbagai aktivitas orang-orang. Ada anak-anak yang bersepeda mengelilingi taman. Ada pula yang bermain riang di area anak. Ada yang berolahraga dengan lari-lari kecil atau bermain basket di lapangan sebelah taman. Ada yang hanya duduk-duduk santai menikmati pemandangan bunga yang indah bermekaran. Fajar dan Ayana tengah duduk santai menikmati pemandangan sore. Benar kata Fajar, bunga-bunganya indah sekali.

"Bagaimana? Benar kata saya kan, bunga-bunga di sini indah sekali?" katanya sama dengan apa yang tengah Ayana pikirkan, seolah dia bisa membaca pikiran gadis itu

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

"Bagaimana? Benar kata saya kan, bunga-bunga di sini indah sekali?" katanya sama dengan apa yang tengah Ayana pikirkan, seolah dia bisa membaca pikiran gadis itu.

"Iya benar, indah sekali. Aku mau lihat yang di sana, ayo Fajar," kata Ayana sembari menunjuk bunga-bunga di dekat lapangan basket.

Tak sengaja Ayana menarik tangan Fajar. Ia terkejut saat keduanya sampai di tempat yang Ayana maksud. Fajar hanya diam untuk menutupi keterkejutannya dan Ayana merasa bersalah. Bagaimana bisa Ayana memegang tangan Fajar? Dia itu anak pesantren, sudah barang tentu tak pernah bersentuhan dengan wanita. Ayana malu sekali, merasa bersalah, dan tiba-tiba menjadi canggung.

"Maaf," kata Ayana buru-buru ketika ia lihat Fajar menatapnya lalu tersenyum yang semakin membuat Ayana canggung dan tidak nyaman.

"Iya," katanya singkat lalu menatap bunga-bunga yang indah.

"Bunganya indah, ya?" katanya lagi memulai pembicaraan.

"Iya, aku suka jenis bunga ini. Mekar dengan sempurna dan warnanya begitu anggun."

"Maha Suci Allahlah yang sudah menciptakan berbagai tumbuh-tumbuhan yang begitu indah dan memesona dan menciptakan makhluk semacam kita ini untuk menikmati dan mensyukuri nikmatNya," kata Fajar penuh keyakinan, matanya berbinar indah.

Mendengar itu, Ayana tak berhenti kagum pada sosok Fajar. Tak salah Ayah menyetujui perjodohan mereka, tapi Ayana tak yakin bisa menjaga hati untuk Fajar yang begitu baik ini ketika ia berada jauh di pondok pesantren. Ayana ini hanya anak muda dengan berbagai nafsu masa depan yang belum ia tahu apa saja yang akan menggoda keteguhannya. Ayana takut suatu hari nanti bisa menyakiti hati pemuda baik di sebelahnya ini.

"Ayana? Kamu mikirin apa?" Fajar mengagetkan lamunan gadis itu.

"Ayana? Kamu mikirin apa?" Fajar mengagetkan lamunan gadis itu

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.
Diantara Doa Aku Mencintaimu [End]Where stories live. Discover now