Chapter 1; BEGGINING

89 24 4
                                    

"...Seperti kata Bung Karno, Bangsa yang besar adalah bangsa yang menghormati jasa pahlawannya." Ucap guru itu yang sedang mengajar di kelas XI-IPS-2.

Matanya menatap ke seluruh isi kelas, dan meneliti setiap murid yang kini sedang mendengarkan apa yang ia terangkan di depan kelas.

Untuk yang ke sekian kalinya guru sejarah bertubuh tambun dengan kumis lebat itu menghela nafas melihat tingkah salah satu muridnya, dengan segera guru itu melangkah ke arah meja yang ditempati murid perempuan nya.

"Ayra Anggita Feranni!" Buku cetak yang ada ditangannya dengan sengaja dijatuhkan ke meja Ayra sampai membuat seisi kelas hening menatap horror kearah guru laki-laki tersebut.

"Kebiasaan ya kamu kalau saya mengajar selalu tidur dikelas, ini sekolah bukan rumah kamu sendiri." ujarnya dengan suara lantang, namun gadis dengan name tag Ayra itu hanya acuh tak acuh mendengarkan semua omongan guru didepannya.

Sambil menguap lebar gadis itu mulai beranjak dari kursi yang di dudukinya,

"Maaf Pak, saya ijin ke toilet sebentar" sekilas Ayra tersenyum. "Mau cuci muka, Pak Beno mau ikut?" setelah mendapati jawaban dari gurunya yang menggeleng, gadis itu kemudian berjalan ke arah pintu keluar dengan santai, mengabaikan tatapan tidak suka dari musuh-musuh di kelasnya.

Pak Beno hanya menghela nafas dengan menggeram pelan sambil kembali berjalan ke arah mejanya setelah mengambil kembali buku cetak yang dilemparnya tadi.

"Rangkum bab tiga dan kerjakan soal essay di halaman delapan puluh tiga, hari ini harus dikumpulkan!"

Seketika kelas berubah dipenuhi dengan suara keluhan yang kemudian kembali hening saat mereka mendapati gurunya menatap dengan sangar.

"Saya akan kembali ke kantor sebentar, jika sudah selesai kumpulkan di depan!."

🍁🍁🍁

"Dasar gila ya lo, udah tau Pak Beno punya darah tinggi, masih aja suka lo kerjain. Heran gue." ucap gadis bersurai coklat yang tengah asik menyantap makanan nya, yang tidak lain adalah teman Ayra.

Saat ini adalah jam istirahat, Ayra dan temannya kini sedang mengisi perutnya yang kelaparan sejak jam pelajaran Pak Beno yang menyiksa tadi.

Ayra menaruh hp nya di meja dan kembali memakan siomay yang di belinya, "Guru yang kayak begitu sesekali harus sering lo kerjain, Fay"

"Yee si tapir ini, durhaka lo sama guru."

Ayra hanya menggedikan bahunya tanpa menanggapi ucapan Fayaza yang ada benarnya juga.

Tapi gadis itu pikir tidak ada salahnya juga jika sesekali mengerjai guru yang tidak disukainya di sekolah, walaupun memang itu salah.

Menurutnya hal itu justru membuatnya merasa puas. Terdengar gila dan kurang ajar memang.

"Eh btw nih ya, lo tau murid cowok yang pindahan dari SMA Permata nggak?"

Ayra menggeleng, "Nggak tau gue, lagian kenapa sih lo masih aja suka ngurusin hidup orang."

Fayaza menjitak kepala Ayra sampai membuat gadis itu meringis dan balik memukul pundak Fayaza, "Lo seriusan nggak tau? Wah parah lo." ujar Fayaza dengan dramatis.

"Si cowok kaku yang dingin banget itu loh." lanjutnya sambil meminum es teh yang sudah hampir habis setengahnya.

"Es kali ah dingin."

"Ih seriusan, Ra. Dia anak MIPA tiga kalo nggak salah."

Ayra hanya menggeleng melihat tingkah laku Fayaza yang dari dulu tidak pernah berubah.

Selalu suka mencari tau kehidupan orang lain, dan rajin menggosip dengan teman-teman kelasnya.

Mungkin itu yang membedakan keduanya. Ayra bukanlah gadis yang mudah bergaul dengan orang disekitarnya.

Hidupnya bahkan jauh dari kata menyenangkan. Gadis itu lebih suka menyendiri dan membaca buku novel sampai larut malam, bukan mengobrol ataupun menggosip sampai mulutnya berbusa.

"Kalo kata gue dia kayak Edward Cullen dingin banget tuh muka, udah kayak vampire. Nggak bersahabat banget, tapi gue akuin tampangnya okelah." ucap Fayaza sambil menyebutkan salah satu tokoh di film twilight yang sangat terkenal dengan cerita fantasy nya itu.

Ayra mengambil hp nya dan mulai beranjak dari sana, pikirnya lebih baik dia kembali ke kelas dan melanjutkan tidur siangnya yang terganggu tadi, daripada mendengarkan omongan Fayaza yang tidak ada gunanya.

"Ra, eh lo mau kemana? Ayra!." dan dengan cepat Fayaza berlari menyusul Ayra yang sudah jauh berjalan di depannya.

Dan keduanya pergi meninggalkan kantin yang mulai ramai, tanpa diketahui keduanya. Ada salah satu murid yang dari tadi memperhatikan dan mendengar semua perbincangan Ayra dan Fayaza.

Murid itu hanya diam dan tersenyum kecil, tanpa mengalihkan pandangan matanya dari kedua gadis tadi yang kini sudah berbelok ke koridor lain

🍁🍁🍁

To be continue;

Jangan lupa ya vomment hehe, ini cerita pertama aku jadi kalo masih ada kekurangan maklumin ya karena tidak ada karya manusia yang sempurna semua pasti mempunyai kekurangan:)

Taught YouWhere stories live. Discover now