Chapter 4; SNOW

61 14 0
                                    

8 PM

Alvin menghela nafas saat melihat jam diruang tengah rumahnya menunjukan jam delapan malam.

Dia kemudian berjalan kearah tangga dengan tergesa karena ingin cepat sampai di kamarnya, namun pergerakan nya terhenti saat suara melengking yang begitu dikenalnya terdengar.

"Kakak!" Alvin membalik badan nya dan langsung menggendong anak kecil yang baru berumur 5tahun itu ㅡadiknya.

Jemari anak itu mengusap wajah Alvin yang masih tersenyum. Entah kenapa saat bersama dengan adiknya semua rasa lelah yang ada padanya hilang dengan seketika.

"Kok belum tidur, ini kan udah malem Elliya." ujar nya seraya kembali berjalan keruang tengah dan duduk di sofa yang ada disana.

Elliya tertawa gemas saat memainkan telinga Alvin yang menurutnya lebih besar dibandingkan telinganya yang kecil.

Cowok itu tidak merasa risih dengan tingkah Elliya yang sedang gemas-gemasnya, untuk itu dia membiarkan adiknya melakukan hal yang di inginkan nya kepada dirinya. Seperti saat ini contohnya.

"Liya nunggu Kakak, kok pulangnya lama?" bibirnya mengerucut lucu sehingga Alvin menciumnya dengan gemas.

"Tadi abis dari rumah Ka Aza, baby."

Sebenarnya Alvin pergi kerumah Revanza. Revanza adalah sahabat terdekat Alvin dari kecil, mereka pernah satu SMA sebelum Alvin pindah seperti sekarang. Sepulang sekolah tadi Revanza mengajaknya untuk berkunjung kerumah karena ibunya yang ingin bertemu dengan Alvin. Rindu katanya.

"Liya nggak diajak."

Alvin menyubit pipi adiknya sambil tersenyum dia menjawab, "Nanti yah, besok Ka Aza kesini kok."

"Liya mau main sama Ka Aza!"

"Liya.. udah ya Kakak mau ke kamar kasian kan baru pulang. Besok lagi ya sayang main nya." saat mendengar suara wanita yang disayangnya Alvin segera menoleh dan mendapati ibunya yang sedang berjalan kearahnya.

Adik kecilnya menggeleng dengan lucu, pipinya menggembung dan tangan nya mengepal di pinggangnya.

"Liya mau main sama Kakak. Besok Kakak sibuk, Mama."

"Vin atuh buru masuk ke kamar. Biar Mama yang ngurus adik manja kamu ini."

"Nggak papa, Mah. Alvin kan biasa main sama Elliya."

Ibunya menggeleng tidak setuju. "Kamu kan baru pulang dari rumah Revanza. Udah sana mandi terus makan, Mama udah masak tuh makanan kesukaan kamu."

Luna ㅡibunya. Lalu menggendong Elliya yang masih menggenggam tangan Alvin.

"Udah buru mandi, makan terus belajar. Besok lagi ya sayang main sama Kakak nya, hmm?"

Elliya hanya mengangguk patuh dengan mata yang berkaca-kaca ingin menangis karena Kakak nya yang melangkah pergi ke kamar setelah menciumnya.

Luna tersenyum maklum karena Elliya begitu dekat dengan Alvin. Wanita itu mengusap kepala putri kecilnya,

"Elliya main sama Mama dulu yah sebentar, terus tidur. Besok baru main sama Kak Alvin."

🍁🍁🍁

Ketika pagi datang, Ayra telah siap dengan baju seragam sekolah yang dikenakan nya. Berdiri di depan cermin untuk memastikan bahwa penampilan nya sudah rapih dan sempurna.

"Lo udah cantik kok, Ra." Ayra menoleh ketika mendengar suara yang dibenci nya dari arah pintu kamar.

Tanpa pikir panjang, gadis itu kemudian mengambil tas dan kunci mobil nya diatas meja belajar. Berjalan dengan angkuh kearah pintu tanpa menghiraukan orang yang ada disana.

Taught YouDonde viven las historias. Descúbrelo ahora