Chapter 2; PETRICHOR

59 21 2
                                    

Malam ini hujan mengguyur ibu kota dengan deras, rintik demi rintiknya turun membasahi bumi membuat suasana dingin sangat terasa.

Sebagian orang mungkin sudah terlelap tidur dibawah selimut untuk mencari kehangatan atau mungkin meminum cokelat panas dengan ditemani orang-orang terkasihnya.

Namun berbeda dengan Ayra. Gadis itu kini diam termenung di halte bus seorang diri. Matanya menatap orang-orang dari kejauhan yang kini sibuk berlarian mencari tempat untuk berteduh.

Sesekali ia memainkan hp untuk mengahapus rasa bosannya. Menunggu hujan reda rasanya sangat lama, hingga fokusnya teralih saat seseorang kini berlari kearah halte bus yang sama dengannya.

Orang itu mengusap wajahnya yang terkena hujan, dan membersihkan celana nya yang terkena genangan air.

"Kenapa?" tanya cowok itu sembari menatap ke arah Ayra yang kini mulai memalingkan wajahnya dari orang itu.

Merasa tidak mendengar jawaban. Cowok itu melangkah mendekati Ayra dan duduk tepat di sampingnya.

"Dari tadi lo disini ya?." Ayra menengok ke samping dan mendapati cowok itu yang kini duduk sangat dekat dengannya.

Tidak langsung menjawab. Ayra menggeser tubuhnya agar tidak begitu dekat dengan orang yang sama sekali tidak dikenalinya itu.

Fikirannya kini jadi tidak masuk akal. Gadis itu mulai membayangkan hal-hal yang sering terjadi di berita-berita yang sering di tontonnya di TV.

Penculikan dan kasus mutulasi oleh penjahat masuk dalam list pemikirannya.

Seakan tau apa yang dipikirkan oleh Ayra cowok dengan topi hitamnya itu tertawa geli.

"Gue bukan penculik apalagi penjahat. Kalo gue mau menculik orang, bukan kayak lo orangnya. Gue mau cari yang sexy." guraunya sambil menatap Ayra.

Tapi Ayra memilih acuh dan kini ia membuka tas nya. Mengambil earphone dan mulai memakaikan nya ditelinga.

Saat akan memilih lagu kesukaannya, telinganya sempat mendengar omongan dari orang asing itu.

"Hujan loh nggak baik kalo mainan hp, apalagi lo nyalain musik pake earphone lagi." Ayra menoleh dan sejenak memilih untuk mendengarkan orang asing itu.

"...Kalo nanti ada petir terus telinga lo kesambar gimana? Mending lo dengerin suara gue aja." gurau cowok itu lagi.

Ayra memutar kedua bola matanya. Pikirnya tidak ada gunanya dia berbicara dengan orang asing. Tapi lagi dan lagi cowok itu terus berbicara membuat Ayra geram dibuatnya.

Pada akhirnya karena rasa penasaran Ayra menatap cowok itu. Meneliti dari bawah sampai kini wajahnya menatap wajah orang itu yang juga menatap nya dengan sorot mata yang tidak bisa dimengerti oleh Ayra.

Kemudian cowok itu tersenyum dan mengulurkan tangannya, "Sini kenalan sama gue, siapa tau kita jodoh."

Ayra hanya menatap tangan itu. Tanpa niatan untuk menjabat nya, sampai mereka tidak menyadari mobil hitam yang kini sudah berhenti di depan halte.

Cowok itu menarik tangan Ayra dengan paksa, "Yaelah cewek ya. Gengsi nya gede banget, nih lo udah pegang tangan gue. Dari tadi jangan cuma diliatin aja."

"Apasih lo, lepasin tangan gue." Ayra mencoba untuk menarik tangannya tapi sayang, cowok itu tidak mendengarkannya.

"Ooh jadi ini suara lo. Seneng gue dengernya dari tadi lo diem aja."

Masih memegang tangan Ayra cowok itu kembali berucap, "Kenalin nama gue.."

"Ayra." keduanya menoleh kesamping saat seseorang dengan payung yang dibawanya kini berdiri, dan menghentikan ucapan cowok asing itu.

Ayra mengambil kesempatan dengan menarik tangannya.

"Kak Genta, kok ada disini?." tanya Ayra sambil berdiri dan mulai mengenakan tasnya.

Cowok yang dipanggil Genta itu mengangguk, "Tadi pulang dari kerja kelompok di rumah Arka, kamu kok bisa disini?."

Mata Genta menatap orang yang sempat mengenggam tangan Ayra, semua perlakuan cowok itu kepada Ayra sempat dilihat oleh nya dari dalam mobil tadi.

"Siapa, Ra?" Ayra yang mengerti kemana arah pembicaraan Genta hanya menggeleng dan segera menarik tangan Genta.

"Kak Genta bareng siapa? Aku boleh ikut nebeng?"

Genta mengangguk dan mengalihkan perhatian nya pada Ayra. "Boleh, ayo kakak anter kamu pulang."

Dan mereka berjalan memasuki mobil Genta. Cowok asing itu masih memperhatikan Ayra dan Genta sampai mereka masuk ke dalam mobil, dan mulai melaju pergi meninggalkan halte bus yang kini hanya ada dia sendiri.

"Ayra.." gumamnya sesaat sebelum ia memilih untuk pergi dari halte itu. Melawan rintik hujan yang kini mulai mengecil.

🍁🍁🍁

"Makasih ya kak udah sempet anterin aku pulang, kakak mau mampir?" tanya Ayra saat mereka sudah sampai di depan rumah gadis itu.

Genta menggeleng, "Nggak deh, Ra. Udah malem kamu juga harus tidur jangan begadang mulu nggak baik."

Tangannya mengusap kelopak mata Ayra membuat Ayra menutup matanya sejenak.

"Liat deh, mata kamu sampe bengkak hitam gini, jangan sering baca novel kelamaan sampe malem. Mending kamu belajar biar makin pinter."

Ayra tersenyum. Saat bersama Genta semua beban hidupnya akan hilang sesaat. Keceriaannya akan kembali.

Genta adalah teman kecil Ayra, mereka selalu bersama saat kecil hingga kini.

Usia mereka hanya terpaut dua tahun. Dan itu yang membuat Ayra nyaman bersama Genta. Gadis itu akan berubah menjadi sosok yang ceria dan selalu tertawa.

"Kamu dari mana sih, Ra? Ngapain duduk di halte, kamu kan bisa minta jemput Pak Nono." ucap Genta dengan rasa penasaran dan kekhawatiran menjadi satu.

"Abis ke Gramedia. Beli buku novel yang baru di terbitin."

Genta berdecak, tak habis pikir dengan Ayra yang gemar sekali mengoleksi novel dari penulis yang disukainya, "Sendirian?."

Ayra menggeleng dan tersenyum, "Tadi sama Fayaza tapi dia pulang duluan, nggak betah lama-lama ngeliatin buku katanya."

"Terus ngapain duduk di halte kok nggak minta Pak Nono jemput?, dan siapa orang tadi?."

"Pak Nono pulang kampung anaknya sakit, jadi aku pulang naik bus. Tadi hujan makanya aku neduh dulu di halte. Dan kakak tau alasan kenapa aku betah duduk nunggu hujan reda." terangnya sambil menatap Genta yang kini menurunkan kaca jendela mobilnya.

"Petrichor. Kamu suka sama aroma itu saat hujan turun."

Ayra tersenyum dan mulai membuka pintu mobil Genta.

"That's true. Makasih sekali lagi, aku masuk ya. Kakak hati-hati dijalan."

"Oke. See you." Ayra menutup kembali pintu mobil Genta. Dan melambai dari luar yang dibalas dengan Genta yang mengklakson mobilnya. Dan mulai melaju meninggalkan rumah Ayra.

🍁🍁🍁

To be continue;
Hiyahiyahiyaaaaa😂

Taught YouWhere stories live. Discover now