"bunda pulang,"
Baru juga tiba di rumah, tubuh mungil Mina diserang oleh beberapa anak yang sedari tadi menantinya di rumah.
Melihat anak-anak yang tengah memeluknya membuat rasa bersalah kian menjadi. Ditambah perkataan Mingyu yang cukup menyakitkan buatnya.
"ah ngapain dipikir, inget Min, cuma mimpi," kata Mina pelan dengan gelengan kepala.
"bunda kenapa lama?" gadis itu terkesiap atas pertanyaan dari bocah perempuan berambut bob.
"karena hari ini akhir pekan, jalanan jadi macet, maaf ya,"
"oh iya, gimana guru lesnya? Baik?"
Seseorang mengangkat tangannya dengan semangat, "Lino Lino,"
"guru lesnya cantik, kayak bunda,"
"dasar cowok," dengus Aera.
Mina terkekeh, "oh ya? Lino suka?"
Bocah itu mengangguk, "banget. Gurunya baik, dia ngajarin Somi yang terus-terusan salah pencet tutsnya,"
"ih bohong bunda! Lino ngarang cerita,"
"enggak. Kamu tadi emang salah,"
"Lino jahat. Bunda jangan percaya. Tanya aja sama Aera, kalau Lino emang tipu,"
"Aera?"
"kayak bunda gak tahu Lino aja. Dia kan suka godain Somi,"
"Lino suka ya sama Somi?"
"ENGGAK!"
"amit amit kalau Lino suka sama Somi,"
"aish, kalian berdua gak ada bedanya," tiba-tiba ada satu lagi bocah berjalan ke arah mereka.
Sedari tadi dia asyik memperhatikan dari anak tangga. Dia sebenarnya pingin peluk bunda tapi keduluan sama yang lain. Jadi dia ngalah untuk yang terakhir peluk bunda.
"Ozi? Bangun tidur ya?" tanya Mina melihat anak tertua baru aja gabung sama mereka.
Somi yang paling muda pun berhambur ke pelukan Ozi. Niatnya mau ngadu kalau dia dijahilin lagi sama Lino.
"kak Ozi mana mau suruh belajar. Dia autodidak," sahut Aera.
"diem kamu, Ra," sungutnya membawa Somi ke tengah-tengah keluarganya.
"Lino beneran suka Somi?" tanya Ozi pada Lino. Bocah yang lebih muda dari Ozi itu memanyunkan bibir.
"Somi jelek. Buat apa suka sama Somi?" Somi langsung memukul pantat Lino dengan keras.
Matanya menatap tidak suka pada Lino. Yang ditanggapi dengan dengusan ringan dari Lino.
Ozi dan Aera dibuat tertawa akan tingkah keduanya. Tahu anak-anaknya baik-baik saja membuat Mina bernapas lega.
Setidaknya mereka tidak mempermasalahkan keterlambatannya hari ini.
Diam-diam ia mengulas senyum, andai Mingyu tahu mereka bukan anak kandung Mina. Apa Mingyu akan mengatakan hal serupa seperti tadi?
Bahwa kebersamaannya bukanlah sekedar mimpi.
"bunda kenapa?" Ozi bertanya. Ketiga anak lainnya pun terdiam. Mereka mengamati wajah cantik bunda.
Memang ada yang berbeda, bunda sedikit sayu.
"bunda capek? Kalau capek gak usah masak. Biar paman yang masak hari ini,"
"bunda marah ya sama Lino karena masalah tadi?"
Mina mengelus rambut Lino lembut, tersenyum untuk meyakinkan anaknya, "emangnya bunda kenapa? Lino juga. Bunda kelihatan marah sama Lino, hm?"
Dengan lucunya Lino menggeleng. Apalagi wajahnya dibuat-buat menggelikan. Mina jadi tidak tahan untuk tertawa.
"ngomong-ngomong, Harry dimana? Kok bunda gak kelihatan?"
Mina baru menyadari kalau ada yang kurang. Si bontot kedua gak kelihatan batang hidungnya. Pantas Mina merasa ada yang beda.
"biasa, Harry main di rumah tetangga,"
"dan belum pulang?" tanya Mina.
"iya." jawab Ozi seadanya.
"panggil Harry, suruh pulang, bunda mau masak hari ini,"
"siap bunda!" Ozi bergegas keluar. Sedangkan yang lain membantu Mina membawa belanjaan ke dapur.
"stop! Kalian taruh di sini. Lebih baik kalian tunggu di kamar sampai bunda panggil buat makan malam,"
"oke bunda," jawab mereka kompak. Satu per satu dari mereka mulai meninggalkan dapur.
Mina juga mulai sibuk masak. Mengeluarkan semua bahan untuk dicuci. Tidak lupa ia memakai apron cokelat muda kesukaannya.
"Mina," panggil seseorang dengan suara beratnya. Ia meletakkan sayur mayurnya sebentar.
"paman? Sejak kapan di sini? Sama bibi gak? Atau sama Deka?"
Laki-laki paruh baya yang Mina panggil sebagai paman adalah ayahnya Deka. Mereka kenal semenjak Mina pindah ke Indonesia. Tepatnya ketika Mina berteman dengan Deka.
"sama Deka,"
"terus Dekanya mana?" tanya Mina kembali melanjutkan memotong sayur mayur.
"lagi main sama anak-anak," jawab paman.
"kenapa dibiarin? Paman tahu kan Deka jahilnya kayak apa. Jatuhnya Lino nangis semaleman," kata Mina khawatir. Iya. Deka itu udah dewasa tapi tetep nakal sama anak kecil.
Ibarat kata Deka ini gurunya Lino buat nakal. Makanya sikap Lino gak jauh beda sama Deka. Anehnya Lino selalu nangis kalau udah main sama Deka.
Katanya Deka itu nyeremin. Kupingnya selalu jadi sasaran empuk cowok yang sudah berteman dengannya selama ini.
"biarin ajalah, kapan lagi Deka deket sama anak kecil,"
"BUNDAAA OM DEKA NAKALLL," tiba-tiba Lino berteriak keras sampai ke dapur. Membuat dua orang dewasa di sana serempak menoleh ke ruang tengah.
"tuh denger. Paman belain Deka terus sih," Mina mendengar kekehan ringan dari pria tua di sana. Terduduk sembari memakan pisang yang tersedia di meja makan.
"oh iya Min, paman mau tanya," seru paman tiba-tiba.
"tanya apa paman?"
"itu si guru pianonya anak-anak,"
"kenapa sama gurunya? Mereka bilang seneng kok. Gurunya cantik kayak bunda, gurunya baik ngajarin Somi biar gak salah pencet tuts hitam dan putih," kata Mina membeberkan semua yang dikatakan ketiga anaknya tadi.
Paman kembali mengupas pisang, "bukan masalah itu Mina. Tapi ini masalah lain,"
"masalah lain? Maksud paman?"
"siapa yang nyari gurunya?"
"kalau itu mah urusan Lisa. Mina gak pernah ikut campur,"
"nah itu masalahnya. Coba deh besok kosongin jadwal kamu. Cek sendiri siapa dan gimana orangnya," ucap paman. Mina sendiri menatap pamannya dengan penuh tanda tanya.
"cek sendiri. Jangan tanya ke paman," sehabis mengatakan itu paman pergi menjauhi Mina dengan tangan yang penuh kulit pisang.
"paman mau ke mana?" teriak Mina ketika paman sudah agak jauh dari jangkauannya.
"paman mau nyusul bibi di salon," jawab paman balas teriak.
Mina mendengus pelan, "besok mana bisa dikosongin jadwalnya,"
"gue harus tanya Lisa nih,"
ΦΦΦ

CZYTASZ
KEMUSUHAN ft 97line ✅
Fanfiction"Pacar iya, prioritas bukan," K E M U S U H A N ---------------------- 2019 #1 in seventwice #1 in Mina #1 in 97line #1 in June #1 in leechan #2 in Bambam #3 in Jiho #3 in Dino #5 in Korea #3 in Mingyu #9 in Idol #2 in eunwoo