Bel rumah terus-terusan berbunyi. Ketiga orang dewasa yang masih makan di ruang makan merasa terganggu. Karena makan mengisi perut kosong adalah pekerjaan paling khidmat di dunia.
Mina yang punya rumah belum ada tanda-tanda untuk berdiri membuka pintu. Gadis itu melirik jam di dinding, jam 16.00.
Waktunya les privat. Pantes belnya bunyi terus. Pikir Mina.
Ia pun berdiri hendak membuka pintu, namun sosok Lino sudah lebih dulu berlari mendahului Mina sambil teriak, "biar Lino yang buka. Bunda lanjut makan oke,"
Melihat kelakuan Lino bikin Mina geleng kepala.
"anak lo nyebelin," tukas Bambam.
"siapa?"
"Lino. Pernah gue jatuh karena kelerengnya di anak tangga," Lisa langsung membuka mulutnya dan tertawa keras secara spontan.
"gue harap kelerengnya gak pecah jadi dua," kata Mina melanjutkan makan sementara Lisa masih tertawa.
"kejam!"
"BUNDAA GURUNYA UDAH DATENG!" kata Lino lantang dari depan rumah.
Ini waktu yang ditunggu-tunggu sama Mina. Ucapan ayah Deka terus melekat di otak. Bikin Mina penasaran semalaman. Gak bisa tidur sekali menutup mata malah tambah kepikiran.
"Lis, lo udah liat gurunya belum?" tanya Mina dibalas gelengan oleh Lisa. Bambam tidak terlalu peduli, dia lanjut makan dengan tenang dan nyaman. Lumayan dia bisa mengambil lauk dua gadis di depannya secara diam-dia.
"mau liat?"
"mau. Tetangga gue bilang dia ganteng, siapa tahu gue kepincut," pekik Lisa gak sabaran. Pipinya merah menahan malu.
Dan Mina terdiam. Ganteng?
Tapi Lino bilang cantik.
"lo waras kan?"
"sehat. Kuy ke depan gue gak sabar mau tebar pesona sama cogan," ia langsung berdiri menarik tangan Mina.
"genit putus!" kata Bambam sebelum Lisa membawa Mina pergi dari ruang makan.
"dasar cewek," dengus Bambam. Ia meletakkan gusar sendoknya. Menatap kepergian Lisa juga Mina.
Selera makannya sudah hilang. Pacaran lama sama Lisa hal seperti ini udah biasa baginya. Tapi entah sekarang malah terasa menyebalkan.
"om kenapa? Mukanya jelek amat," ujar Aera tiba-tiba. Di sampingnya ada Somi pakai sweater pink.
"kemarin pink sekarang pink. Gak ada baju lain selain warna pink?"
"suka suka Somi dong om!"
"besok om beliin warna hijau zamrud," ketus Bambam.
"ayo Aera, ada orang gila di sini," buru-buru Somi menarik lengan Aera untuk lari sebelum Bambam meledak marah.
"gak Lino gak Aera gak Somi semuanya sama!"
"om,"
"apa lagi?!"
Ozi membeku. Barusan dia dibentak sama Bambam.
"gak jadi," Ozi langsung balik badan. Niatnya mau makan bareng sama Bambam, tapi keduluan sakit hati dibentak sama teman bundanya ini.
Ozi salah apa?
Tak lama setelah Ozi pergi ke kamar, giliran Harry yang turun dari anak tangga. Kelewat cuek, dia hanya melewati Bambam begitu aja di ruang makan. Perhatian Bambam jadi teralih.
Soalnya di antara empat anak angkat Mina, cuma Harry yang gak banyak omong. Padahal setahunya, rata-rata orang new york itu ramah-ramah. Gak kayak Harry. Pendiam dan menakutkan.
"heh bocah,"
Harry gak berhenti. Dia terus jalan.
"oy Harry setan!"
Kali ini Harry berhenti. Karena namanya baru saja disebut. Bocah itu hanya menaikkan satu alisnya menanggapi Bambam.
"anjay, songong abis," dan Bambam ditinggal pergi. Menurut Harry, Bambam tidak penting. Bambam hanya menghabiskan waktunya untuk bermain.
Bambam pun bangkit dari duduknya. Dia jadi penasaran sama guru les anaknya Mina, hingga langkah kakinya yang ringan dan panjang membuatnya berakhir di ruang tamu dengan Mina dan Lisa berdiri memunggunginya.
"seganteng apa sih? Palingan juga gantengan gu-"
"Eunha? Ngapain lo di sini?"
"jadi lo ada di pihak Mina sama Lisa?" bukan itu jawaban yang ingin Bambam dengar. Bukan pertanyaan menyudutkan seperti ini yang dia harapkan.
"bunda,"
Mina tersadar. Dia menundukkan kepala, "Aera, ajak adik kamu ke kamar ya,"
"iya bun,"
"ayo Somi, Lino," keduanya menurut. Kini tinggallah Mina, Lisa, Bambam, dan Eunha yang tersisa.
"bisa jelasin tujuan lo ngajar piano di sini untuk apa?" tanya Lisa masih menghormati keberadaan musuh lamanya.
Jelas-jelas Lisa menyuruh tetangganya untuk mencari guru piano dan katanya cowok. Kenapa yang datang mengajar berjenis kelamin perempuan? Rivalnya lagi.
"gue bekerja di sini. Kalau gue tahu yang punya rumah itu kalian, udah gue tolak mentah-mentah,"
"terus kenapa lo ada di sini?!"
"gue juga gak tahu, tanya aja sama Rose, dia yang nyuruh gue ke sini," dengan angkuhnya Eunha duduk di sofa dengan kaki kanan diangkat ke atas kaki kiri.
Cepat, Bambam segera menghubungi Rose sebelum semuanya memanas. Apalagi Mina belum ngomong apa-apa. Dia hanya menampilkan wajah dinginnya disertai tatapan tajam.
Mina sudah berubah.
Saat Bambam menghubungi Rose, panggilannya teralihkan. Di waktu bersamaan, ponsel Eunha berdering. Dan Rose orangnya.
"halo Ci?"
Ketiga terdiam lalu Eunha mengambil tasnya buru-buru dan keluar rumah.
"mau kemana lo?!" naas, Eunha sudah lebih dulu menghilang dari pandangan mereka.
-+-
"maaf mbak, kayaknya guru pianonya ketuker. Saya nyari cewek yang dateng cowok,"
"iya. Sekali lagi maaf ya bu, saya beneran gak tahu,"
"iya mbak gapapa. Kalau mau ditukar lagi gak masalah, tapi kalau semisal sudah nyaman gak usah ditukar,"
"baik, maaf ya bu salah rumah dan salah orang. Saya permisi dulu,"
Wanita berusia empat puluh tiga tahun itu mengangguk. Lantas menutup pagar setelah salah seorang gadis cantik salah alamat juga sasaran.
"malu-maluin. Gue kan udah bilang blok rumahnya D-10 bukan B-10,"
"tapi gue dengernya B-10,"
"yaampun Eunha, masa gak bisa bedain B sama D?"
"gue beneran dengar B,"
"kolot!"
"mampus. Berarti cowok yang gue tabrak kemarin- ah sial! Terus gimana dong? Gue udah terlanjur marah-marah di dalem,"
"apa?! Lo gila ya?"
"masalahnya rumah ini milik Mina, Rose!"
"apa?!"
"suer, ini beneran rumah Mina,"
Rose gak bisa berkata-kata. Sebelum netranya menangkap bayangan Lisa sedang tersenyum dengan tatapan meremehkan.
ΦΦΦ

YOU ARE READING
KEMUSUHAN ft 97line ✅
Fanfiction"Pacar iya, prioritas bukan," K E M U S U H A N ---------------------- 2019 #1 in seventwice #1 in Mina #1 in 97line #1 in June #1 in leechan #2 in Bambam #3 in Jiho #3 in Dino #5 in Korea #3 in Mingyu #9 in Idol #2 in eunwoo