5. INSTAGRAM

250K 24.7K 8K
                                    

SIDER = JOMBLO ABADI

WAJIB VOTE DAN KOMEN SEBANYAK-BANYAKNYA✨✨

**

NAPAS Dewa menderu, bercampur dengan amarah yang sudah di ujung tanduk. Bagaimana tidak? Harga dirinya telah dijatuhkan, dengan dilempar bola yang tepat mengenai kepalanya.

Gadis itu ... ia benar-benar sudah mendedikasikan sisa hidupnya untuk Dewa hancurkan. Ia pikir, Dewa akan tinggal diam jika ada yang mencari masalah dengannya meskipun ia adalah perempuan? Tidak ... tidak semudah itu.

"Wa ... cewek tadi nggak usah dipikirin, deh. Dia itu cuman caper," ujar Sheril seraya mengelus punggung Dewa.

"Justru cewek kayak dia," Dewa menoleh, "harus disingkirin."

"Lo mau apain dia, Wa? Jangan macem-macem, deh. Dia cewek." Peringat Sheril. Meski ia pun dongkol dengan kelakuan Starla, tetap saja naluri kewanitaannya masih berfungsi.

Sheril sangat tahu, bagaimana sifat Dewa jika sudah menyangkut yang namanya balas dendam. Tidak ada rasa takut, tidak ada rasa ampun, Dewa akan menyamaratakan semua lawannya.

"Mau dia cewek, cowok atau pun banci," Dewa mengalihkan pandangannya lurus ke depan, "yang udah berani natangin gue, pasti tahu apa yang bakal dia terima setelahnya. Dan gue anggap, dia udah siap nerima konsekuensi."

Sheril kehilangan kata-katanya. Memang, begitu lah Dewa. Kehendak dan egonya tidak ada yang bisa melawan, dan Sheril merasa hal itu semakin menjadi-jadi kala cowok ini sadar dari komanya.

"Pacaran mulu lo, Bos." Tama datang diikuti teman-temannya yang lain.

Memang, setelah kejadian di lapangan tadi, Sheril mengajak Dewa ke kantin untuk mendinginkan kepala. Walaupun percuma, karena Dewa malah memikirkan apa hal yang tepat akan ia lakukan untuk membalas dendam. Kepada Starla.

"Pala lo aman kan, Wa?" tanya Arjuna seraya memegang kepala Dewa.

"Apaan sih!" Dewa menarik kepalanya dari sentuhan Arjuna.

"Alhamdulillah, nggak papa berarti." Arjuna terkekeh kemudian.

"Ingetan lo nggak balik, Wa?" tanya Tama, "kan udah dilempar pake bola. Kudunya balik, kayak di kartun-kartun."

"Tolol lo coba kondisikan, Tam." Bagus menggelengkan kepalanya seraya menoyor kepala Tama.

"Lo ngapa demen amat gangguin kepala gue, sih?!" Kesal Tama, mencoba membalas perbuatan Bagus namun sayang gagal.

"Eum, karena udah ada kalian, gue balik ke kelas dulu." Sheril bangkit dari posisinya, "jangan aneh-aneh ya, Wa."

"Sher, btw oleh-oleh dari bokap lo kemaren enak banget. Masih ada lagi, nggak? Dihabisin sendirian sama Bagus," celetuk Tama.

"Bangsat, lo yang makan, gue yang disalahin!" Lagi-lagi Bagus menoyor kepala Tama.

Sheril terkekeh. "Nanti kalau bokap ke Aussie lagi, ya."

"Bah, itu dari Aussie? Perut miskin gue bergetar seketika," ucap Tama membuat teman-temannya terkekeh.

"Perut Tama biasa dimasukin telor dadar sama kecap doang, ngerasain makanan Aussie langsung ketagihan," timpal Indra.

"Jangankan telor, mie goreng aja sama Tama beneran digoreng masaknya. Saking tololnya." Bagus tertawa geli, sedangkan Tama mencebikkan bibirnya kesal.

"Ya abis tinggal bilang aja mie tanpa kuah, kan? Apaan pake bilang mie goreng segala, ya gue goreng lah. Salahin produknya, kenapa dinamain mie goreng kalau aslinya direbus?" Prostes Tama tidak terima kelakuan bodohnya diumbar.

Dewa : ScelusWhere stories live. Discover now