Bab 2

55.9K 2.9K 24
                                    

Jadi begini rasanya menikah.

Mama selalu memberiku wejangan untuk tidak terikat dalam ikatan serius terlalu cepat. Mungkin dia tidak ingin aku menjalani kehidupan seperti dirinya.

Soal itu aku sendiri tidak yakin sebenarnya apakah nantinya aku bakal seperti itu. Yah kita nggak tahu kehidupan di masa yang akan bagaimana. Seperti saat ini.

Aku memandangi gaun putih dengan penuh renda. Terutama veil cantik yang tersemat di kepalaku ini.

"Aku nggak beneran nikah kan, Jo?" tanyaku skeptis. Rasanya aneh bagiku. Asing, karena aku memang nggak kenal siapa yang akan kunikahi sesaat lagi. "Lagian juga," aku mematut diriku di depan cermin besar dan memandang dengan takjub pantulannya,"masa iya ini aku?"

"Apa kubilang. Kamu emang beneran cantik. Mirip banget sama si Mila. Iya kan, Tante?" Joleen memandang tante Juli dan meminta persetujuannya. "Kayak kenbar ini."

Wanita paro baya yang masih terlihat muda itu menganggukkan wajahnya. Jarinya yang lentik dan memakai kuteks merahnya meraih tisu yang berada di atas nakas rias dan menyeka air mata yang kembali turun. "Maaf, tante agak emosional. Beneran mirip deh, kayak kata Joleen. Tante sampai hampir nggak bisa membedakan kalian kalau semisal kalian berdiri berdampingan."

Aku mencoba tersenyum menenangkan padanya. Mau tak mau aku ingat dengan Mama yang sedang berada di Eropa. Kira2 apa yang bakal dia katakan jika tahu putri satu2nya ini menikah dengan pria tak dikenal?

"Anu..." Aku melirik mereka dengan ragu2, "Ini cuma buat sementara kan?"

Mereka berpandangan satubsama laij. Joleen memintal gaunnya hingga kusuy. Matanya nggak berani memandangku langsung, jarinya bergetar walaupun aku tahu dia berusaha menutupinya. "Ehm..."

Namun, tante Julia menjawabnya. Sama tidak yakin dengan kata2 yang akan keluar dari bibir merahnya. Wanita itu meraih tanganku dan mengenggamnya lembut, matanya terpaku padaku. "Iya, tante janji. Cuma ini aja. Abis itu kamu bisa lanjutin liburanmu, sayang. Tante nggak tahi harus berterimankasih kayak gimana kalau kamu nggak ikut ke sini."

Tangannya terasa lembut sekaligus berkerut saat menyentuh pipiku yang tertutup veil. Rasanya mirip tangan mama, seolah dia ada di sini. "Makasih, tante. Cuma untuk meyakinkan diri aku saja. Setelah ini, aku nggak akan terikat apa pun kan?"

"Iya," tegas Tante Julia.

Aku mencoba berdiri dengan baik dan merapikan gaun yang kupakai ini. Takut kalau2 aku merusaknya. Namun justru tante itu yang mengacaukan dan membuat tubuhku membeku saat dia mengatakannya.

"Oke, kamu udah siap ketemu calon suamimu?" tanya tante julia. Wajahku seketika pias. Lalu dia teringat, "Ah maafkan tante. Maksud tante, kamu tahu kan?"

Aku menelan ludahku dengan susah payah. "Iya, aku tahu."

Kuhirup oksigen sebanyak yang paru2ku mampu dan mengembuskannya dengan kasar. "Oke. Let's do this. And finish'em!"

[]

SHADOW MARRIAGE (End)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang