더 나은 ~ Deo Naeun

669 93 9
                                    

Bel istirahat telah berbunyi dari lima menit yang lalu dan kini ia telah berada ditempat yang sunyi, di mana akhirnya dia bisa membebaskan diri dalam sejenak dari kejaran Karin dan gengnya.

Bukan apa, ia hari ini hanya merasa lelah. Entah kenapa semua yang dia lalui terasa sebagai kemunduran yang sangat jelas untuknya, membuatnya merasa penat dan tak lagi memiliki keinginan berjuang dalam menghadapi semua perlakuan yang selama ini didapatnya. Yang mana sebenarnya dulu ia telah berjanji pada dirinya sendiri untuk menerima semua apa yang akan terjadi. Namun apa? Ujungnya ia hanya akan kembali diliputi perasaan yang mendorong diri ini untuk mengakhiri semuanya.

Sudah terhitung sejak dua tahun yang lalu, dimana awalnya dari dia yang baru memasuki Sekolah ini. Tidak tahu alasan pasti selain ia yang pendiam, sehingga membuat dirinya di targetkan menjadi sasaran kesenangan mereka.

Sakura menyandarkan tubuhnya pada tembok diantara banyaknya susunan rak buku yang menenggelamkannya. Ini cocok untuknya, tempatnya bisa berdiam dan menyembunyikan diri dari dunia barang sekejap.

Ia menunduk dengan tangan yang berpegang pada kedua lututnya, tubuhnya perlahan merosot jatuh kebawah seolah tak lagi sanggup dengan beban yang ia pikul.

Sakura menatap kosong pada beberapa buku yang letaknya sejajar dengan arah pandangannya, meski begitu kepalanya berada dalam kondisi yang berkebalikan dengan rautnya tenangnya. Dia mengerjakan otaknya paksa, memikirkan kesalahan apa saja dulu yang ia perbuat sehingga ia harus mendapatkan perlakuan tak adil seperti ini.

Beberapa saat telah berlalu, hingga di tengah segala pemikirannya itu ia tidak lagi sadar dengan air matanya yang kini telah menetes. Beberapa hari ini terasa sangat berat baginya. Mereka semua tak berhenti menyakitinya apalagi untuk memberikan satu hari penuh ketenangan, tidak mungkin ada harapan untuk yang satu itu.

Sakura menunduk dengan kedua tangan yang mencengkram rambut merah muda kesayangannya. Ia menggeleng pedih dengan isak tangis yang kini semakin mengencang.

Keluar sudah kesedihan yang dengan kuat ditahannya. Ini tidak termasuk dalam hitungan keberapa kalinya ia menangis. Bukan. Ini tentang ia yang merasa tak lagi kuat untuk bertahan. Tangisan berisi kesakitan yang akhirnya ia keluarkan, di mana tak lagi ada tempat untuknya membebaskan kesedihan itu sendiri.

Semuanya melebur sudah.

Bulir tangisannya masih keluar dengan sendirinya, kala ia yang masih terhanyut dalam lamunannya mendengar sebuah suara yang ditujukan padanya.

"Berhenti. Kau tau? Kau tidak cocok dengan wajah jelek seperti itu." Metanya melirik kecil, mencaritahu siapa sosok yang membuatnya sedang bersedih kini menjadi sedikit kesal.

Perkataan pria yang berada beberapa langkah disampingnya ini memang berhasil mengalihkan perhatiannya. Namun itu hanya sebentar, sebelum ia kembali menumpukan pandangannya pada susunan buku-buku tebal didepannya, berkutat lagi dengan pikirannya.

Sementara Sasuke yang melihat sisi menyedihkan perempuan itu hanya berdecak kecil. Dia merotasikan bola matanya, merasa tidak suka dengan kelakuan yang Sakura tampilkan sekarang. Menurutnya ini bukanlah waktu yang tepat bagi perempuan itu untuk menangisi semua penderitaannya, seharusnya perempuan itu bangkit dan berani melawan mereka yang berlaku jahat padanya. Bukannya seperti ini. Menjadi lemah dan akan membuat lawan semakin sengan dengan situasi ini.

Sasuke berjongkok dengan posisinya yang serong dari perempuan itu, mengingat ada banyak rak yang menghalangi ruangnya.

Jelaga hitamnya menatap lekat wajah Sakura. Alisnya mengernyit melihat bekas aliran air mata yang masih terlihat jelas dipipi. Tak berselang lama sampai raut wajahnya berubah drastis menjadi jenaka melihat bagaimana kondisi gadis itu dengan hidung dan matanya yang memerah dan membengkak.

Clé HiddenTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang