Again

813 109 39
                                    

"Aku lapar,"

Sakura mendesah kecil saat mendengar bunyi perutnya yang sedang mengamuk minta di isi oleh sesuatu yang sekiranya mampu menghentikan rasa lapar dan suara perutnya yang terdengar nyaring.

Senyum kecil terbit di bibir tipis pualamnya. Dengan semangat tangannya bergerak lincah membuka ikatan dari kain penutup tempat makannya.

Kekehan senangnya meluncur ringan melihat bento hasil buatannya yang terlihat sangat menggiurkan. Kedua tangannya yang memegang sumpit menyatu di depan dada dengan mulut yang mengucapakan kata selamat makan untuk dirinya sendiri. Dan makan dalam keheningan yang tetap disertai senyum kepuasan disetiap suapannya, merasa bangga dengan hasil akhir bagus yang di dapatkan dari masakan sederhananya.

Sakura memang setiap hari seperti ini. Makan bekal yang sudah ia siapkan di pagi buta sebelum berangkat ke Sekolah. Keadaannya pun selalu sama, tak sedikitpun ada hal yang berubah dari kegiatan ini. Tempatnya juga tetap sama, bangku taman belakang Sekolah yang terasa sangat sejuk. Dibmana dinaungi oleh pepohonan rimbun yang mengelilinginya, menghalang sinar mentari yang berlebih menyorot dirinya. Dan lagi jangan lupakan tentang ia yang disini makan seorang diri.

Tapi tak apa, ia sudah terbiasa dengan yang namanya kesendirian. Sehingga tak lagi bisa membuatnya merasa sedih akan kenyataan itu. Maka dengan tenang ia dapat melewatinya dan menunggu hari dimana nanti ia akan memiliki seorang teman.

Di tengah suapannya yang kedua, indra pendengarnya mendengar suara deheman keras dari seseorang yang berada didepannya. Ia menarik helaian rambut yang melindungin pandangannya kebelekang telinga diikuti kepala menunduknya yang juga terangkat pelan. Emeraldnya membulat, menatap perempuan yang kini berada dihadapannya.

"Ow... Jadi kau asik makan disini? Sementara aku harus menerima hukuman akibat perbuatanmu, Hah?!" Sakura menggeleng pelan, ia mengkeret takut saat melihat mata Karin yang ternyata pelaku deheman tadi kini berkilat penuh amarah padanya. Perasaan tak enak tentu muncul jika suasana seperti ini yang ia temukan dari kedatangan Karin.

"Aku muak dengan orang yang tak becus sepertimu." Senyum misterius muncul dari perempuan merah itu kala sebuah ingatan melintasi benaknya.

"Tentang yang tadi. Kau tentu tak lupa, kan?" Seringai tercetak jelas diwajahnya saat melihat Sakura yang kini menggeleng ketakutan padanya.

Dengan tangan yang bermain-main memintal rambut merah muda itu, ia kembali berucap. "Jadi, aku akan berikan hadiah yang tepat. Seperti apa yang telah kujanjikan padamu."

Sakura meringis saat tangan Karin yang tadi bermain dirambutnya kini beralih mencengkram pipinya. Matanya terpejam dengan kernyitan saat merasakan bagaimana kuatnya kuku Karin yang terpoles cantik dan tajam sekaligus, kini menekan pipinya kuat.

"Sa..kit," Sebelah tangannya mencoba menggapai tangan Karin yang semakin gencar untuk menyerangnya. Saking sakitnya, tak terasa setetes air mata keluar begitu saja saat kuku-kuku itu melukainya dengan goresan berupa garis yang memanjang dari pipi menuju lehernya. Mengikuti tangan Karin yang bergerak turun hingga akhirnya berganti untuk mencekiknya.

Merasa belum puas dengan apa yang telah ia perbuat, Karin dengan cepat menggunakan tangan kirinya yang sedari tadi menganggur untuk menarik kuat rambut merah muda yang terasa memuakkan oleh pandangannya.

Setetes air mata kembali lolos saat merasakan cakaran, cekikan, dan juga jambakan yang dengan mudah diterimanya dari perempuan berkaca mata itu. Sakura hanya dapat diam dan tak dapat membalasnya, lagi pula dia merasa jika semua yang ia dapatkan memanglah akibat dari kesalahan yang tak sengaja ia buat.

Dia lupa untuk menyamarkan tulisannya saat mengerjakan Pr milik Karin, membuat Kakashi-sensei yang mengenal betul tulisannya dengan mudah mengetahuinya. Yang mana akhirnya berimbas juga terhadapnya.

Clé HiddenWhere stories live. Discover now