Hidden

538 74 2
                                    

Sekarang sudah waktunya untuk pulang sekolah. Banyak murid dan para pekerja yang berlalu disekitarnya karena jam mereka yang berakhir secara bersamaan.

Sakura mendongakkan kepala, menatap tepat pada awan hitam yang menggumpal menutupi keberadaan sang Matahari. Ia menengadahkan tangannya, merasakan rintik dari gerimis yang mulai berjatuhan menimpa dirinya.

Pandangannya berkeliling memperhatikan orang-orang yang memulai langkah mereka setelah lampu untuk para pejalan kaki menyala diseberang sana.

Namun, tanpa sengaja ia menemukan sebuah kejanggalan yang akhirnya menarik atensinya dari lautan manusia lain. Seseorang dengan potongan rambut yang sangat ia kenal sedang berada diseberang sana.

Berjalan di sepanjang jalan depan pertokoan, hingga mengulang dibalik simpangan. Dengan gerak refleks yang cepat, iapun mengikuti kemana orang itu pergi.

Sakura berusaha sekeras mungkin untuk menyembunyikan dirinya diantara pejalan kaki yang lain. Untung saja hari ini ia membawa jaket, jadi ia bisa melindungi rambut langkanya agar tak ketahuan.

Ia juga menjaga jarak yang sekiranya aman, hingga tak dapat diketahui jika ia sedang mengikuti sosok yang berada lima meter didepannya.

Kakinya terasa sakit, ia melangkah dengan gontai. Sudah dua puluh menit terhitung ia mengikuti pria itu. Dan sebuah ucapan syukur terucap dalam hatinya ketika tahu jika mereka akhirnya telah tiba.

Keningnya mengernyit menemukan tempat dimana kemarin ia berada, tempatnya dirawat dua hari. Ia menjentikkan jarinya, dengan anggukan senang setelah menemukan fakta.

Ternyata yang ia lihat kemarin memang bukanlah ilusi semata. Ia yakin jika sosok yang ia lihat ialah pria itu, dan kini sudah terbukti secara jelas dan nyata.

Baru saja beberapa detik ia terdiam dengan benaknya yang mengumpulkan beberapa hal yang ia kira berkaitan, tak terasa ternyata sosok yang ia ikuti sedari tadi telah menghilang.

Helaan nafasnya keluar kalau mengetahui jika ia harus berusaha lebih keras lagi.

Perempuan yang umurnya berada di angka delapan belas itu menunduk sedih setelah mendapatkan gelengan kepala untuk yang kesekian kalinya dari resepsionis yang berjaga. Ia tak sedikitpun bisa mendapatkan info mengenai pasien yang sekiranya bermarga Uchiha sedang berada di lantai dan kamar nomor berapa.

Rupanya penjagaan untuk orang itu sangat ketat hingga hanya orang-orang tertentu sajalah yang bisa mengetahuinya.

Dengan tudung jaket yang melindungi raut wajahnya ia pun kembali berjalan. Ia mengerling kecil dari sudut mata pada seorang wanita bersurai hitan yang lewat disampingnya. Menuju tepat pada resepsionis tadi. Ia berhenti ketika telinganya tak sengaja mendengar percakapan mereka.

Meskipun jaraknya sedikit jauh, namun ia masih bisa mendengar apa yang sedang dibicarakan oleh dua orang tersebut.

"Aku wali dari pasien kamar VVIP satu. Kenapa hari ini Dokter yang seharusnya memeriksakan kondisi anakku tidak datang?" Sang perawat mengernyit kecil, jarinya bergerak lincah mengetik di atas keyboard.

Kepala perempuan itu kembali terangkat, menatap wanita paruh baya yang menunggu jawabannya.

"Mohon maaf sebelumnya. Dokter Orochimaru dalam tiga hari kedepan menghadiri seminar di Kota Suna. Hal ini sangat mendesak dan baru saja di konfirmasi lagi oleh Dokter kepala, hingga membuat beliau tidak sempat untuk memberitahu anda sebelumnya." Terangnya.

"Lalu siapa yang akan bertanggung jawab untuk pemeriksaan rutin anakku?" Tanyanya lagi. Segera perawat yang sedang berjaga itu kembali mengeceknya.

Clé HiddenTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang