Six - Have A Short Rest

1.8K 176 11
                                    

Benar yang dikatakan Will, terdengar langkah seseorang di luar Guest Room yang sedang mereka tempati. Langkah tersebut semakin mendekat, sementara Raven dan Will saling berpandangan dalam siaga karena suara langkah kaki yang familiar tersebut.

"Apa yang harus kita lakukan?" tanya Ellene khawatir.

"Bereskan semua kekacauan ini." Raven mulai menyeret manekin yang sudah terkapar di lantai ke bawah tempat tidur untuk menyembunyikannya. "Ellene, kau halau Noel, jangan biarkan dia masuk."

"T-tapi—"

Will mendorong gadis itu mendekati pintu dan memberikan senyuman. "Mohon bantuannya ya! Katakan saja kami sedang bertengkar atau apapun yang membuat orang itu menjauhi kamar ini secepatnya!"

Ellene menatap dua rekannya tidak yakin, tapi karena mereka berdua telah mengerjakan tugas masing-masing sehingga ia tak punya pilihan selain menggenggam kenop dan membuka pintu pembatas koridor dan Guest Room.

"Oh, kebetulan sekali, Nona Ellene."

Noel benar-benar menuju kamar mereka, sekarang semakin mendekati Ellene dengan senyuman kecil. "Aku baru ingin melihat keadaan kalian. Mengapa makanan di ruang makan tidak disantap? Teh kalian juga masih utuh."

Ellene tertawa canggung dan menggaruk pipinya. "Kebetulan kami ingat kalau kami punya makanan sendiri, maaf soal makananmu, Noel."

Noel mengangguk dan matanya melirik ke pintu di belakang Ellene yang tertutup. "Kalian menyukai kamarnya?"

"Tentu tentu, kami akan beristirahat setelah ini."

"Syukurlah, bolehkah aku melihat keadaan Tuan Will dan Tuan Raven?"

Kepala Ellene tiba-tiba kosong sehingga dia membeku sejenak, Noel melihat Ellene yang membisu dengan kepala ditelengkan. "Nona Ellene, ada apa?"

"A-anu ... Raven dan Will ... s-sudah tidur," ujar Ellene terbata-bata dengan tangan gemetaran. "Ja-jangan ganggu mereka, mereka sangat kelelahan, bisa-bisa kalau dibangunkan mereka malah mengamuk, Noel."

"Begitukah? Aku mengerti." Buttler itu membungkuk hormat di hadapan Ellene. "Kalau begitu aku permisi. Panggil aku kapan saja dengan lonceng itu dan aku akan melaksanakan perintah apapun darimu, Nona Ellene," ujar Noel seraya menunjuk lonceng sederhana yang ada di kotak kaca di samping pintu Guest Room. Ellene menjawabnya dengan anggukan cepat dan segera saja Noel meninggalkan dirinya dari sana.

Ketika bayangan Noel sudah menghilang di koridor, Ellene baru bisa menghela dengan lega. Sejenak dirinya menolehke kotak kaca yang menyimpan lonceng pemanggil Noel, kemudian tangannya menyentuh kotak tersebut dan membukanya. Ellene melirik keadaan sekitar, lalu dengan cepat gadis itu mengambil lonceng tersebut dan kembali menutup kotak kaca di hadapannya.

Akhirnya gadis itu kembali ke dalam Guest Room dengan keadaan utuh dan melihat dua rekannya telah selesai berbenah. Will menyambut Ellene dengan sebuah pertanyaan singkat, "Jadi?"

"Dia hanya datang untuk memeriksa kita, itu saja." Ellene mengelus dadanya, bersyukur kalau dirinya masih bisa kembali ke Guest Room tanpa cacat. "Noel sempat menyinggung soal makanan di ruang makan dan aku menjawabnya dengan spontan. Aku hanya tidak yakin apakah dia menganggap jawabanku serius atau tidak."

Will memutar mata dan melipat kedua tangannya di depan dada. "Aku lebih senang makan bubur gandum daripada makanan yang hanya bagus penampilannya itu," gerutunya kemudian menoleh ke atas nakas. "Ngomong-ngomong soal makanan, kami menemukan beberapa roti tadi, makanlah."

"Kalian?"

"Roti darimu bagiku sudah cukup untuk sehari, hanya Raven saja yang masih bisa bertahan." Mata Will memincing ke arah lelaki bersurai hitam yang masih memeriksa lemari. "Oi Raven, sebenarnya kau itu manusia atau apa? Tak kenal lapar dan haus kah?"

Ambrosia House [END] - TELAH TERBITTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang