Nineteen - Library

1.6K 155 1
                                    

"Kalian–para siluman–diciptakan oleh Will untuk membantunya menjadi abadi di rumah ini."

"Abadi? Kau bercanda?" Raven menolak ucapan Ellene begitu suara si gadis menyapa gendang telinganya. "Alasan apa yang membuatnya menginginkan permintaan konyol itu?"

"Itu karena ... dia tidak bisa membangkitkan ibunya dari kematian." Ellene menunjukan di mana cerita itu berakhir pada Raven. "Dia menukar jiwanya untuk menjadi abadi, untuk menguasai rumah ini, hingga dia bisa membangkitkan ibunya dari kematian. Orang-orang yang menjadi korban rumah ini, juga adikmu, digunakannya untuk menambah kekuatan kegelapan, Raven."

Lelaki goth di depan langsung menggeram dan merebut Dear Rose dari tangan Ellene. Raven menggigit bibir dan membalik halaman buku itu dengan kesal. Gadis bersurai cokelat itu menoleh ke arah si kembar kemudian. "Aku benar, bukan?"

Charles memainkan jarinya saat ditanyai Ellene begitu. "S-sebenarnya k-kami baru tahu a-alasan Will itu karena K-Kakak yang m-mengatakannya. S-sama seperti N-Nona Alice, k-kami juga hanya t-tahu setengah isi b-buku itu."

"Selama ini yang kami pikirkan dari Will adalah ... mengindari dan mengawasinya menjadi hal yang terbaik." Charlie melanjutkan ucapan kakaknya. "Karena Will adalah siluman penjaga lantai teratas, maka dia bisa lebih kuat dari kami. Selain itu, kegelapan dari korban rumah ini terpusat di lantai itu. Kupikir itulah yang menyebabkan Will sangat kuat, melebihi siluman di lantai bawah."

"Kegelapan terpusat di lantai atas ya?" Ellene terdiam sejenak, berpikir keras mencoba mengaitkan hal-hal yang telah dia temukan selama ada di Ambrosia House dengan situasi yang dihadapinya sekarang.

Saat Will ada di lantai dasar, dia tak terlihat mencolok dalam pengawasan Ale. Ketika bertemu Noel, Will jadi lebih hati-hati dan lebih lincah saat melawannya. Lalu saat berkelahi dengan Charles, mereka berdua benar-benar bertarung hingga darah terciprat di koridor. Sekarang Will ada di lantai asalnya, berarti ....

"Charles, di mana kau mengunci Will?"

"U-um ... d-di kamar mandi," jawab Charles pelan. "A-apakah Kakak khawatir t-tentang kekuatan W-Will?"

"Begitulah." Ellene menggigit ibu jarinya kesal. "Semakin tinggi lantai rumah ini, kekuatan yang Will dapatkan semakin tinggi pula. Yang aku khawatirkan adalah, buku kutukan sebagai sumber kegelapan  sepertinya ada di lantai teratas dan buku itu tidak boleh sampai jatuh ke tangan Will. Jika hal itu terjadi bisa-bisa kita akan jauh lebih kesulitan untuk keluar dari sini."

"Kalau Will mendapatkan buku itu kembali .... "

"S-sepertinya d-dia dapat membuat w-wujud baru, bahkan bisa k-keluar dari r-rumah ini d-dan membahayakan o-orang-orang kota ...."

Charlie dan Charles berpandangan kembali, si adik menelengkan kepalanya dan bertanya pada sang kakak, "Wujud baru?"

"S-siluman Ambrosia House t-tidak bisa keluar d-dari rumah ini j-jika tidak punya t-tubuh untuk m-membawa jiwa kegelapan." Tangan Charles meminta buku kuning yang dipegang Charlie. "D-dan buku kuning itu k-kunci menuju t-tubuh asli T-Tuan Muda William Rosalina."

"Sungguhan?" Charlie memandang tak percaya buku di tangannya. "Aku tahu jika buku ini benda penting, tapi buku ini menjadi kunci untuk tubuh asli Will? Kenapa Kakak tidak bilang padaku?"

Charles gemetaran dan merebut buku itu dari tangan adiknya, memeluk benda tebal itu dengan erat. "K-Karena aku takut Will a-akan melakukan s-sesuatu padamu dan k-kau melakukan hal d-diam-diam di belakangku. A-aku menyembunyikan ini semua d-demi melindungi rumah ini d-dan juga kau, Charlie ...."

"Namun, kita bersaudara!"

"A-aku hanya b-berusaha melindungimu!"

Seruan Charles memecah suasana perpustakaan. Charles gemetaran memandang batu ruby yang ada di tengah buku kuning di genggamannya. "A-aku mencoba melindungi b-banyak hal d-di lantai ini. K-kau, g-galeri, p-perpustakaan, d-dan juga r-ruang rahasia ... a-aku berusaha m-melindungi kalian d-dari Will yang licik dan j-jahat! I-itu saja! M-maafkan aku j-jika aku menyembunyikan hal i-ini padamu!"

Sejenak hening, tidak ada yang kembali bicara. Alice dilanda kebingungan, Charlie dan Charles yang lelah berdebat, Ellene yang berpikir, dan Raven yang masih membaca Dear Rose tidak membuka mulut untuk mengatakan apapun. Suasana masih tegang sesaat, sehingga hening yang menganggu hati menyusup ke lima insan yang ada di sana.

Raven akhirnya menutup buku itu dan memandang si kembar dalam diam. Iris topaz-nya menuju buku tebal kuning di tangan Charles, lalu kembali ke Dear Rose yang ada di genggamannya. Setelah berpikir sendiri, lelaki itu berkata, "Berarti ada tiga buku penting yang perlu kota dapatkan. Buku ini sebagai catatan harian Will, buku kuning itu sebagai kunci tubuh asli Will, dan buku kutukan sebagai sumber kekuatan Will."

Raven mengetuk-ngetukan kakinya ke lantai tak sabar. "Berdebat tidak ada gunanya sekarang. Lebih baik tunjukan di mana tubuh asli Will agar kita bisa mendapat petunjuk lebih banyak dengan buku itu untuk melawan Will kedepannya."

Charles memandang kembarannya tidak enak, sedangkan Charlie masih memandang lantai dengan menahan emosi. Si kelinci hitam pun mengigit bibir dan mengangguk berat hati, berjalan menuntun rombongan sesuai perintah Raven.

Ellene memperhatikan Charlie dan sedikit membungkuk untuk menyamakan tingginya dengan anak itu. "Kau marah dengan kakakmu karena dia menyembunyikan sesuatu darimu?"

Tak mengatakan apapun, tapi Charlie mengangguk. Ellene mengelus rambut anak itu pelan. "Sebagai seorang kakak, melindungi adik adalah tugas utama, Charlie. Charles hanya tidak ingin kau terluka, kuharap kau mengerti hal itu."

"Berhenti berpikir jika aku ini adik kecil yang lemah!" Kilat manik Charlie yang tajam mengarah ke Ellene. "Aku juga siluman yang kuat seperti Kak Charles, alasan melindungi seperti itu konyol sekali bagiku!"

"Itu tidak konyol." Ellene membalas tatapan Charles tegas. "Bagaimana jika kau ada di posisi kakakmu sekarang? Jika kau punya adik, kau juga pasti ingin melindunginya bukan? Bahkan jika kau menjadi seorang kakak dan adikmu meneriakimu konyol, kupikir kau tidak akan marah dan justru merasa bersalah, atau kau memikirkan hal lain?"

Ellene kembali berdiri tegak dan menggandeng Alice untuk menyusul Charles di depan, sedangkan Charlie masih membeku dan memikirkan ucapan Ellene barusan sendirian. Anak itu menunduk lagi dan menggigit bibir.

Melindungi adik, katanya? pikir Charlie frustasi.

Sementara itu, rombongan berada di depan dua rak buku paling besar dari sekian yang ada di perpustakaan. Alice menoleh ke arah Charles, bertanya, "Ada sesuatu di sini?"

"I-ini tempat rahasia d-di mana tubuh asli W-Will disembunyikan," jawab Charles sembari berjalan menuju rak buku yang ada di sebelah kanan.

"Di ... sini? Di rak buku?"

Pertanyaan itu terjawab dengan sendirinya tatkala buku kuning tebal Charles letakan di sela-sela deretan buku tebal yang ada di rak buku bagian kanan. Kedua rak buku itu tiba-tiba bergetar dan bergerak dengan sendirinya, menunjukan suatu lubang yang disembunyikan dua rak buku di hadapan.

"T-tunggu sejenak, a-aku akan menarik b-benda yang ada d-di dalam lubang ini,", ucap Charles kemudian memasukan kedua tangannya ke dalam lubang gelap itu.

"Ada sesuatu di sana?" tanya Ellene seraya mengintip apa yang ada di kegelapan itu.

"Y-ya ... i-itulah yang ingin k-kutunjukan pada kalian ...."

Ambrosia House [END] - TELAH TERBITWhere stories live. Discover now