{B}.bab 1

1.7K 172 49
                                    

Ketika hati ingin berlabuh
Disanalah aku ingin menetap.
Di sebuah dermaga hangat, sehangat anggan yang semakin lama ingin membakarku
Tamara audry cantika🍂

Author POV

"Hey bangun kamu, kamu itu sudah besar bukanya bantuin malah nyusahin, harusnya kamu pergi ikut ayah mu yang tidak berguna itu"
Bentak wanita paruh baya yang sedang membangunkan cucu yang semakin merapatkan selimut tebalnya.

Bukan nya dia tidak mendengar, hanya saja dia sudah malas akan adanya pertengkaran.

Percuma, mau di salah dia benar.
Dia tetap salah di mata nenek nya.
Setiap hari, bahkan setiap detik neneknya selalu menghujatnya dengan kata pedas seperti cabai merah.

Gadis itu tak pernah membela dirinya sendiri, walaupun ia tak bersalah.
Karena ia memamg sudah di takdirkan untuk menjadi gadis penyalah.

Kali ini bukan lagi kata pedas yang nenek nya keluar kan, melainkan balok kayu yang neneknya gunakan untuk memukuli cucu yang tak di anggap nya.

Gadis itu meringis menahan tangis, namun ia tetap tak mengelak,ia tetap pura pura tidur se-nyenyak mungkin.
Walaupun dalam hatinya ia ingin menjerit menyudahi semuanya.

Ia berharap sang pahlawan nya datang melindungi.
Namun dugaannya naas, pahlawan nya pergi meninggalkan nya di dalam rumah yang ia anggap neraka itu.

Ia tak pernah merasakan hangat nya kekeluargaan.
Ia korban dari kekejaman broken home.
Ibu yang melahirkannya tak pernah peduli padanya.

Ayah nya sudah bahagia memiliki keluarga
Tanpa pernah memikirkan nasib putri yang mungkin tidak pernah ia akui.
Hahaha akui?

Kakak yang ia angap pahlawan ketika nenek melampiaskan kemarahannya kepada gadis itu, pergi untuk menulang pungungi kehidupan nya.

Dan kakek yang menjadi alasan gadis itu bertahan harus pergi pulang ke rumah allah.

Dan neneknya?
Hahahaha, pantaskah ia di panghil nenek?
Mungkin bukan lagi nenek.
Hatinya sudah mati untuk rasa cinta kepada keluarga nya.

Ia ingin menyudahi semuanya.
Namun semuanya berkata tidak.
Semuanya membenci ku.
Semuanya tak menyayangi ku.
Semuanya tak menggapku.

Aku tak di ingin kan.

Tamara POV

Pukh pukh pukh

Balok kayu pun terus melukai tubuhku.
Hingga setetes air mata jatuh membanjiri pipi merah akibat pukulan demi pukulan nenek ku. Tamparan demi tamparan yang aku terima.

Air mata yang selama ini ku jaga agar tidak jatuh.
Agar semua orang melihatnya seperti halnya orang yang bahagia, walau sebenarnya hatiku remuk seremuk serpihan kaca yang jatuh lalu di buang.

Namun kali ini air mata ku malah melongos begitu saja dengan derasnya.
Aku pun memberanikan diri membuka mata secara perlahan.

Dan, akupun dapat melihat wajah merah nan tajam milik nenek di depan ku.
Tidak ingin membuang waktu, aku bergegas bangkit lalu pergi berlari menemui seseorang yang aku anggap malaikat dan penolongk ku.

Nenek memanhgil-manggil ku, namun tak ku pedulikan.

Walau bukan puja'an hati, ia adalah rumah dalam hidup ku. Aku segera berlari mengusap air mata dan pergi ke rumah yang sangat nyaman itu.

Setelah sampai aku mencari dia di sekitar tempat yang selama 10 tahun memberikanku kenyamanan.

Akhirnya mataku menemukan ia tengah duduk santai menatap lurus pemandangan yang nampak indah nan sejuk di tambah eksotisnya matahari yang mulai tersenyum.

Namun di balik senyum sang mentari, banyak awan hitam yang ia tutupi demi kehangatan seluruh mahluk bumi.


Air mataku pun tumpah dan tanpa malu aku menangis di sampingnya.
Ia sedikit terkejut, setelah melihat bekas luka. Saat melihat bekas ait mata yang mulai menggering ia mengerti.

Ia segera menarik ku dalam dekapan nya, tanpa ragu aku pun membalas erat dan menumpahkan segalanya.

Tak mau diam ia mengelus rambut acak-acakan ku dan menenangkan ku.

"Terkadang mewek emang dapet numpahin semuanya,kalo udah ditumpahin pasti ia akan sedikit tenang dan lega dan gue pun seneng karena mereka tenang,tapi kalo yang mewek itu lo, gue ngak jamin kalo gue bakal seneng. Malahan gue tu ngerasa kalo gue kehilangan. Kehilangan air mata bidadari gue"

"Kenapa, garing ya?"

"Ya, sorry gue kan gak bisa gombal, boro-boro gombal. Lo tau kan gue ngak bisa senyum kalo ngak sama lo"

"Lo itu special, di sini" Ia mengengam tanganku lalu meletakkan di dadanya

Aku melepaskan pelukan ternyaman ini
Ia menyelipkan rambutku di daun telinga.
Dan jarinya mengusap air mata yang mengering di pipiku.

Ia menepuk pahanya, dan aku pun langsung saja tiduran di pahanya sebagai bantalan.
Ia mengusap urambut, kening, dan pipi ku secara Lembut.

Satu yang aku rasakan.
NYAMAN, hingga aku lupa akan kejadian barusan.
Kelopak mataku pun mulai meredup, nyaman, dan tenang.

Hingga akupun terlelap, aku tidur di dalam perlakuan Lembutnya.
Dan do'aku kali ini
Aku ingin seperti ini saja Tuhan

Follow-Fllback
Niketiaayunda

TamaraWhere stories live. Discover now