B.{bab 21}

178 30 11
                                    

Mimpi adalah ilustrasi dari kenyataan.
Untuk besok, nanti dan seterusnya. Ada yang percaya, ada yang tidak. Itu terserah anda🔥

🔥🔥🔥

"Asallamuallaikum"

"Asalammuallaikum, buk"

"Asallamuallaikum" Sudah tiga kali pintu di ketok dan sang tuan rumah belum juga membuakakan pintu.

"Asallamualla .. " Salam Dyo terpotong oleh suara decitan pintu, pertanda sang tuan rumah membukakan pintu

"Waallaikumsallam, ono opo to" Jawab sang tuan rumah dengan logat bahasa jawa dan dari suaranya menahan rasa inggin marah.

"Em, ini buk. Ada beberapa , emm ada pakrtan untuk ibuk" Dyo jadi salting sendiri, antara cemas, takut dan tidak berani.

"Dari sopo" Tanya sang nenek

"Dari, dari emm, dari. Ini buk ada suratnya kok. Asallamuallaikum" Dyo gemetaran sendiri, sebelum ia keceplosan dan rencananya gagal, lebih baik dia pergi dan melanjutkan misi berikutnya.

🔥🔥🔥

"Hosh, hosh, hosh. Gue, gue udah, kasih ke, nenek lo" Ucap Dyo ngos-ngosan, karena berlari dari rumah nenek Tamara sampai di rumah bu mun yang panjangnya 4 cm.

"Alay banget sih lo, baru juga 4cm meter" Sahut Tamara kesal

"Sudah-sudah, sekarang masuk. Mau tanya apa kamu Ara" Bu mun menyahut menyudahi pertengkaran antara Tamara dengan Reivaldyo

"Jadi gini buk, ara sama temen ara mau tanya-tanya" Kata Tamara dengan penuh semangat

"Yasudah, monggo masuk ke rumah biar enak ngobrolnya. Gak enak juga kalau di denger tetangga. Yo gak mbak ara" Bu mun melucu, gini-gini, 1 komplek di desa Tamara pandai Bahasa Jawa loh. Apalagi Tamara dan keluarga.

Sebenarnya Bapak Tamara bukan asli orang jakarta, dulunya Bapak Tamara dan nenwk Tamara asli orang Jawa. Setelah menikah, mereka sepakat untuk pindah tempat di jakarta.

"Jadi sekarang kamu tinggal di mana ra" Tanya bu mun lembut, selembut kain sutra

"Eum, Ara ngontrak di deket sekolahan Ara buk. Tapi jangan bilang ke siapa-siapa dulu ya, hhe"

"Mbok ya kamu kasihan to sama nenek kmu, dia sendiri di rumah nduk. Tapi yo gitu, giti nenek kamu. Maafin ibuk mun sama warga lainnya ya nduk. Kita tidak bisa jaga dan melindunggi kamu"

"Gak apa kok buk, ini urusan ara, ibuk sama yang lain bantu doa saja ya"

"Iya nduk, monggo di minum teh nya. Ini siapa ra. Pacar kamu" Tanya bu mun cengengesan

"Kepo ah ibuk mah" Sahut Tamara menahan rasa malu

Yang di sindir pun hanya cengar-cengir tidak jelas.

"Jadi, kegiatan nenek seharri-hari setelah ara pergi ngapain aja bu" Tanya ara

"Nenek kamu jualan nasi pecel dari beberapa tahun yang lalu. Setiap jam 2 malam, di mana orang-orang masih tidur, beliau bangun dan bekerja sendirian ra"

TamaraWhere stories live. Discover now