My Quileute - 2

9.9K 490 7
                                    

Sebulan telah berlalu sejak Trinson memerintahkan Betanya Roi untuk mencari kebenaran tentang berita yang didapatnya mengenai legenda 1000 tahun lalu yang benar terjadi ataukah tidak.

Namun dari semua yang dicarinya juga kebanaran itu Trinson harus menelan pil pahit bahwa apa yang dicarinya tak diketemukan kebenarannya. Awal dimana ia ingin percaya malah menjadi bumerang bagi dirinya sendiri karena kenyataan yang harusnya adalah bukti dari sebuah kepastian malah mengarahkannya pada sebuah kejanggalan antara benar ataukah tidak.

Dengan geram Trinson mengusap wajahnya frustasi. Hari untuk ritual kedewasaan telah ada di depan mata hanya tinggal menghitung jam saja hingga malam terjadi dan bulan biru menyinari tapi kegamangan masih terus merasuki hatinya.

Tingkah Trinson yang seakan tak tenang mengusik diri Triana yang tengah membaca buku. "Apa yang kau resahkan?"

Trinson tetap tak bergeming dengan pertanyaan dari Triana. Triana yang kesal karena diacuhkan pun mengambil batu yang ada di pot bunga kecil di sampingnya dan melemparnya ke kepala Trinson hingga ia berbalik dan mendelik marah pada Triana. Dan dengan ringannya Triana hanya mengangkat sebelah alisnya. "Apa yang kau resahkan?" Tanya Triana lagi.

"Ritual." Jawab Trinson pendek.

"Kau tak terlihat seperti Alpha jika resah seperti itu. Duduklah akan kutuangkan tehmu." Ujar Triana yang mulai mengangkat pocinya dan menuangkan teh hijau ke dalam gelas Trinson ketika ia telah duduk di kursinya. "Nah ceritakan."

Trinson meminum tehnya beberapa kali dan kemudian meletakannya dan mulai memandang kakaknya yang menaikkan sebelah alisnya menandakan memang ia ingin tahu. "Aku takut ritual ini akan gagal."

"Untuk apa kau takut hmm? Memangnya ini pertama kalinya kau membuat ritual apa! Bodoh."

"Iishhh bukan begitu! Hanya saja mendengar berita bahwa salah satu legenda werwolf quileute telah muncul tentu membuatku resah. Aku takut di sini dalam pack ku akan muncul salah satunya." Ucap Trinson lemah sambil memandang para packnya yang tengah gembira utuk menyabut kedatangan bulan biru yang amat dinanti-nanti ritual bulan biru untuk kedewasaan.

Triana yang mulai paham dengan kekhawatiran adiknya pun menundukkan wajahnya dan memikirkan berbagai macam hal yang mungkin saja terjadi disaat ini. Apalagi tentang berita kehadiran salah satu legenda tentu membuat semua Alpha merasa khawatir akan keselamatan para packnya. "Andai apa yang kau takutkan itu benar dan terjadi dalam anggota packmu apa yang akan kau lakukan?" Tanya Triana sambil memandang wajah Trinson.

Trinson terdiam sambil memikirkan apa yang dilakukannya jika yang ditakutinya benar terjadi. "Aku akan mengusirnya mungkin."

"Jika itu adalah Silka akankah kau juga mengusirnya?" Tanya Triana yang memang sejak dulu tahu soal seberapa rasa sayang yang dimiliki Trinson untuk Silka.

Seakan ditindih dengan batu besar Trinson bingung harus menjawab apa. Dilain pihat tentu ia ingin menyelamatkan para packnya dari ancaman yang ada tapi di pihak lain ia begitu amat sangat menyayangi Silka sebagai adiknya. Jika sampai Silka ada dalam masalah ini lantas apa yang akaj dirinya lakukan? "Jujur aku tak tahu."

Triana menghembuskan nafas berat dan menepuk pundak Trinson. "Kau adalah Alpha kami. Pemimpin yang dipercaya karena kemampuan dan juga kebijaksanaannya. Tak perduli siapa itu yang memberikan ancaman ataupun kesalahan kau harus berani memberikan konsekwensi yang sepadan dengan apa yang terjadi. Saat kau mengatakan bahwa pencuri harus dikurung satu bulan maka jalankanlah tanpa melihat siapa pelakunya. Tapi sebelum memberikan hukuman cari tahulah kebenarannya agar tak terjadi kesalah pahaman. Nah sekarang jika kau mengatakan akan mengusir siapa yang mengacam pack maka kau harus tetap mengusirnya tanpa perduli itu Silka atau bahkan diriku sekalipun. Kau mengerti?"

My QuileuteWhere stories live. Discover now