My Quileute - 6

6.8K 388 22
                                    

Melewati rimbunnya pepohonan dalam hutan. Menghindari lolongan yang terdengar dari kejauhan. Perasaan bercampur aduk menjadi satu ketika ketidak tahuan menyeruak dalam dada.

Gesekan pada dedaunan terdengar bagai melodi yang mencekap bersama dengan derap kaki juga hentakan tubuh yang berpacu dengan cepatnya membelah hutan kala pagi.

Dari arah belakang sosok Wolf Triana berusaha untuk menyamakan langkah lari Roi yang membawa Silka dipunggungnya. Dengan kemampuan yang ada Roi berlari secepat mungkin sedangkan Triana berusaha mengecog para Wolf itu agar tak bisa mengejar mereka lagi.

Silka menoleh kebelakang dan begitu terkejut saat tak menemukan sosok Triana lagi dibelakangnya dengan sekuat tenaga Triana berusaha membuat Roi berhenti untuk berlari dan segera mencari Triana. Namun, Roi tak bergeming dan terus melanjutkan larinya dengan kecepatan yang sama. Dengan perasaan yang dilingkupi rasa khawatir juga takut, Silka berteriak. "BERHENTI ROI!!" Teriakan yang tak begitu kencang bagi Roi namun dengan nada perintah itu seakan membuat tubuh Roi membeku dan ia pun berhenti. Silka pun meloncat turun dari punggung Roi. "Cari Triana Roi. Aku tak tahu apa yang terjadi sebenarnya saat ini. Tapi kau harus temukan Triana. Cepat pergi!"

Roi menatap kedua bola mata Silka yang berwarna biru. Meski hati dan otaknya tak ingin meninggalkan Silka maupun membantah perintah Alphanya tapi tubuhnya tak sejalan dengan apa yang diinginkannya dan kini ia tengah kembali berbalik, dengan bau seadanya milik Triana ia mencari sosok Wolf kakak dari Alphanya.

Triana memegang dadanya dan merasakan tubuhnya tergoncang. Tak pernah ia menggunakan kalimat memerintah seperti itu pada siapapun. Tapi pada Roi kalimat itu mengalir begitu saja bagaikan Roi yang adalah Beta dalam packnya hanyalah pelayan yang berusaha membawanya pergi dari hal yang ia tak ketahui. Sambil memegang dadanya yang terasa nyeri Silka menghampiri sebuah pohon yang sudah tumbang dan perlahan ia duduk diatas pohon tumbang itu sambil menghirup udara dengan perlahan agar sakit didadanya sedikit berkurang.

Perlahan rasa sakit itu menghilang dan Silka melihat kesekeliling ditempatnya berada, hanya ada pohon juga tempat yang tak dikenalnya. Silka menunduk pada kalung indah yang melingkar dilehernya, kalung yang dikatakan ayahnya tak boleh untuk ia lepaskan kalung yang entah milik siapa dan apa kegunaannya Silka tak tahu.

"Jangan kau lepaskan kalung itu."

" Triana, kau tak apa-apa? Apa ada yang luka?" Tanya Silka dengan khawatir saat Triana telah kembali dengan luka cakaran di lengannya. Juga Roi yang terlihat begitu lelah.

"Aku tak apa-apa. Sebaiknya kita pergi lebih jauh lagi Roi. Di sini masih belumlah aman. Ayo!"

"Tunggu dulu Triana! Lukamu masih mengeluarkan darah, apa kau bercanda? Pergi? Memangnya apa yang sebenarnya terjadi siapa Wolf-wolf itu dan kenapa kita harus pergi?" Silka yang memang merasakan kejanggalan pun bertanya pada Triana dengan tanpa sabaran dan tanpa sadar aura kekuasaan menguar dari dalam tubuhnya. Roi sampai mundur dan menundukkan kepalanya dan terdengar suara seperti tertahan dari sosok Wolf milik Roi.

Triana merasakan hal yang sama dengan Roi. Ia hampir menekuk lutunya dan bersujud di hadapan Silka kalau saja ia tak ingat kalau Silka belumlah tahu apa-apa mengenai apan yang telah berubah dari dirinya dan apa yang kini tengah terjadi. Triana menghampiri Roi dan mengelus puncak kepala Roi untuk menenangkannya. "Tenanglah Roi tak apa." Ucap Triana pelan sambil terus menenangkan Roi. "Kami akan ceritakan segalanya padamu Silka. Tapi nanti setelah kita berhasil pergi dari sini."

"Tapi-"

"Untuk saat ini yang perlu kau ketahui adalah pack sudah tak lagi aman. Dan kita tak bisa kembali, andai kita memang bisa kembali kita hanya akan menimbulkan bencana. Sekarang naik ke punggung Roi dan kita akan kembali pergi."

My QuileuteTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang