|18| • Rasa??

13.8K 1.3K 146
                                    

Rasa sayang ini muncul dengan sendirinya

Begitupun dengan rasa takut akan kehilangan yang datang tiba-tiba


●♡♡♡●


Pagi ini seorang gadis dengan kipas tangan yang selalu ia bawa, terlihat menyusuri koridor untuk menuju ke kelasnya.

Seorang remaja laki-laki berkacamata yang melihat pujaan hatinya berjalan sendiri di depannya pun langsung berjalan di sebelahnya.

"Morning, Cici."

Cici yang mendengar hanya melirik ke sebelah kirinya saja, tanpa ada niatan untuk menjawab sapaan itu.

"Ci, lo itu kalo pagi sarapannya apa sih?" tanya Beni, sesekali melirik kearah gadis itu.

"Kenapa?" ketus Cici dengan pandangan lurus ke depan.

"Heran aja, kenapa tiap pagi lo selalu kelihatan cantik. Terus aura lo juga cerah gitu." Beni memulai aksi gombalnya.

Cici menghentikan langkahnya. Gadis itu membenarkan posisinya agar menatap kearah Beni.

"Ben, bisa nggak sih pagi-pagi nggak ngegombal! Basi tahu nggak!" ketusnya.

Beni mengangkat kedua alisnya. "Loh kenapa? Emang bener kok."

"Udah deh, buang-buang waktu ngomong sama lo!" ketus Cici, langsung pergi meninggalkan Beni sendiri.

"Eh, Ci, kok pergi sih?" ucap Beni menatap Cici yang mulai menjauh darinya.

"Tungguin, Ci!" teriaknya menyusul gadis itu.

"Ci, jangan marah dong," ujar Beni, sambil menyeimbangkan langkahnya agar sama dengan Cici.

Masih belum ada respon dari gadis itu.

"Ci, nanti cantiknya ilang loh kalo marah," ucapnya lagi. Kali ini ia mencolek tangan putih Cici.

"Cici," ucapnya lagi, sambil menggoyangkan tangan Cici.

"Apa sih, Ben?!" sergah Cici, menepis tangan Beni yang memegangnya tadi.

Beni menelan ludahnya susah payah mendengar Cici yang mulai marah.

"Eh, ngapain lo!" Suara Lidya dari arah belakang mereka membuat Beni dan Cici membalikkan badan.

Entah sejak kapan dua gadis pembuat onar itu sudah berada di belakang mereka.

Beni hanya menatap datar Lidya yang menegurnya tadi.

"Ngapain masih di sini? Sana pergi!" Kali ini pandangan mata Beni teralih ke Nesya yang datang merangkulkan tangannya di atas pundak Cici.

Tanpa menjawab perkataan dari dua gadis itu. Beni langsung pergi begitu saja, dengan ekspresi kesalnya.

"Diapain lo sama dia?" tanya Nesya setelah melihat Beni pergi.

Cici melirik sebentar kearah sahabat barunya itu. "Nggak di apa-apain. Udah ah, ayo kelas."

Baru saja ingin melangkah, niatan Cici harus di urungkan ketika melihat dua orang yang akhir-akhir ini membuat mood-nya jelek, tengah berjalan jauh di depannya sambil bergandengan tangan.

Matanya menatap tajam keduanya. Tangannya juga ikut mengepal.

Nesya dan Lidya yang melihat perubahan ekspresi dari Cici ikut menatap ke mana arah pandangan gadis itu.

Infinity ✔Opowieści tętniące życiem. Odkryj je teraz