|35| • I Found You

11K 977 123
                                    

Mencari, dan menemukanmu

Menangis, di hadapanmu

Berusaha untuk tegar, karenamu

●♡♡♡●



Kedua mata Ivy memanas saat melihat kondisi Naya yang lemah, dan juga menggunakan kursi roda. Wajah dan bibir yang pucat, membuat Ivy tak tega melihatnya.

Ada apa dengan gadis itu? Pikir Ivy.

Tanpa menunggu lama, Ivy berteriak, "Naya!"

Air matanya yang sudah menetes deras, menatap kearah Naya dan Al yang ternyata juga mendengar teriakannya.

Naya terkejut saat melihat Ivy yang berdiri jauh di hadapannya. Ia juga bisa melihat sahabatnya itu menyeka air matanya. Bukan hanya Naya saja, bahkan Al pun sama terkejutnya saat melihat Ivy di rumah sakit ini. Dan melihat Naya dengan kondisi seperti ini.

"Ivy," gumam Naya. Nada suaranya terlihat bergetar, bahkan kedua matanya sudah membulat, saat melihat sahabatnya berdiri jauh di hadapannya.

"Al?" ucap Naya, menatap kearah Al yang ternyata juga tengah menatapnya.

Ivy berjalan tergesa-gesa menuju kearah Naya. Diusapnya secara kasar, air mata yang menetes tanpa seizinnya itu.

Naya yang masih benar-benar terkejut, sama sekali tidak berkutik di kursi rodanya. Ia hanya menatap nanar Ivy, dengan dada yang naik turun.

Ivy dan Naya saling beradu pandang dengan tatapan keduanya yang sulit diartikan. Ekspresi kesal terlihat jelas di wajah Ivy. Kedua tangannya juga terlihat mengepal kuat, saat memperhatikan Naya dari kepala sampai kaki.

"Nay, lo?" tanya Ivy, menjeda perkataannya. Ia berusaha mengatur napasnya yang terasa sangat sesak. "Kenapa sama lo, Nay?" Ivy berteriak, dan langsung menjatuhkan tubuhnya di depan Naya. Di letakkannya kedua tangan Ivy di atas paha Naya, dengan air mata yang sudah membasahi wajahnya.

Naya yang melihat dan mendengar itu langsung membuang wajahnya dari Ivy, dengan cairan bening yang juga ikut menetes dari matanya. Jujur, ini alasan yang membuat Naya mencoba untuk merahasiakan sakitnya dari semua orang. Karena ia tidak sanggup melihat air mata orang yang ia sayangi.

"Nay, kenapa lo kayak gini? Kenapa lo rahasiain semuanya dari gue?" Pusat perhatian tertuju kepada mereka bertiga sekarang. Pertanyaan yang di lontarkan Ivy sedikit meninggi itu, membuat semua pasien dan yang berada di rumah sakit menatap aneh mereka.

"Lo anggap gue ini apa? Ha?" lanjut Ivy, menunjuk dirinya sendiri.

"Vy." Hanya dua huruf itu yang bisa Naya keluarkan. Dengan air mata yang keluar begitu derasnya, Naya mencoba memberanikan diri menatap Ivy.

"Lo masih anggap gue sahabat lo kan, Nay? Hiks," tanya Ivy, sesenggukkan. Sesekali ia mengusap gusar air mata yang menetes di pipinya.

Naya menganggu pasti. "Iya, Vy, iya. Lo masih sahabat gue. Hiks."

"Tapi kenapa lo nggak mau terbuka sama gue, Nay? Kenapa?" Ivy menjatuhkan kepalanya di lutut Naya, dan kembali menangis di sana. "Kenapa lo nggak cerita kalo lo lagi sakit," gumam Ivy dan masih bisa di dengar oleh Naya.

Al yang sedari tadi berdiri di belakang kursi roda Naya, ikut merasa terharu dengan percakapan dua gadis itu. Tanpa ia sadari, setetes air matanya berhasil keluar dari kedua matanya.

"Hiks. Gue," Naya menundukkan kepalanya. Tangannya perlahan, menggenggam tangan Ivy yang berada di atas pahanya, "gue nggak bermaksud, Vy. Maaf."

Naya kembali terisak di sana. Bukan hanya Naya saja, Ivy yang mendengar Naya meminta maaf kepadanya kembali terisak dalam.

Infinity ✔Where stories live. Discover now