|31| • Maaf

11K 977 184
                                    

Jika maaf adalah kata yang sulit di pahami, maka kepergiam adalah hal yang harus di maklumi

~Andra Dobing~


Playlist : Kerispatih - Kejujuran Hati ❤



●♡♡♡●


Seorang gadis terlihat terbaring di sebuah ranjang rumah sakit, dengan infus yang berada di tangan kanannya.

Mila, Eza, Vano, dan Al terlihat cemas menunggu di luar ruangan tempat di mana gadis itu di rawat. Sudah hampir dua puluh menit Dokter yang memeriksa Naya belum juga keluar. Ya, setelah melihat Naya mimisan dan pingsan, Al langsung membawa gadis itu ke rumah sakit terdekat.

Vano sedari tadi juga terlihat mondar-mandir menunggu kabar tentang adiknya. Ia menghentakkan kakinya saat sudah muak menunggu.

"Tuh Dokter ngapain aja sih, lama banget meriksanya!"

Pusat perhatian berganti menatap kearah Vano. Eza yang sedari tadi duduk bersebelahan dengan istrinya, Mila, kini beranjak berjalan menghampiri adik laki-lakinya itu.

Diusapnya dengan lembut pundak Vano. "Sabar. Kita tunggu aja."

"Tapi mau berapa lama lagi, Bang! Ini udah lama banget!" ucap Vano dengan napas bergemuruh. Kemudian, diusapnya wajahnya dengan gusar. "Gue takut Naya kenapa-napa," ucapnya pelan.

Eza mengerti apa yang dirasakan Vano sekarang, karena itupun sedang ia rasakan juga. Mendengar sang adik mimisan, kemudian pingsan membuat Eza dan yang lainnya merasa panik.

"Berdo'a aja, semoga Naya nggak papa. Ya?" Eza menepuk bahu Vano. Kemudian beranjak menuju Al yang sedari tadi bersandar di tembok dengan rambut dan baju yang masih basah akibat hujan tadi.

"Makasih kamu udah bawa Naya ke sini. Tapi sepertinya kamu harus pulang. Ganti baju kamu, nanti kamu sakit. Kami yang jaga Naya di sini," ucap Eza, mematap Alvaro dari ujung kepala sampai kaki.

Al merubah posisinya menjadi beridir tegap menatap Eza. "Gue mau tahu kondisi Naya dulu, Bang. Baru nanti gue pulang."

"Tap-"

"Gue janji." Perkataan Eza di potong cepat oleh Al. Dan Eza hanya mengangguk pasrah.

Setelah berapa menit menunggu, seorang pria berjas putih terlihat keluar dari ruang inap Naya. Eza dan yang lainnya segera menghampiri Dokter berkacamata tersebut.

"Dok, gimana keadaan adik saya?" tanya Eza setelah berdiri dihadapan Dokter itu.

"Anda keluarga saudari Renaya?" tanya Dokter tersebut.

Eza mengangguk cepat. Mila yang beridiri di sampingnya terlihat mengusap punggung suaminya, memberikan ketenangan.

"Iya, saya abangnya."

"Mari ikut saya." Dokter itu berjalan mendahului Eza, dan langsung diikuti oleh pria yang berprofesi sebagai polisi tersebut. Mila, Vano, dan Al juga terlihat menyusul.


●♡♡♡●



"Jun, bangun dong."

Sudah terhitung tiga puluh menit Juna pingsan, dan belum juga sadarkan diri. Cici juga masih setia menemani laki-laki itu. Terbukti dengan tangannya yang selalu menggenggam tangan Juna erat yang terbaring lemah di atas tempat tidur.

Setelah Juna pingsan di acara pestanya tadi, Surya langsung membawa putranya untuk pulang. Dan di sinilah Cici berada, di kamar laki-laki yang menjadi pujaan hatinya.

Infinity ✔Where stories live. Discover now