|33| • Miss me, miss you

10.1K 905 84
                                    

Missing you every day, every time, every second

●♡♡♡●


Tiga hari sudah Naya mejalani kemoterapi untuk kesembuhan penyakitnya. Tiga hari sudah gadis berkulit putih itu meninggalkan sekolah dan pelajarannya. Tiga hari sudah semua teman-temannya dibuat bingung dengan sakit apa yang di derita Naya.

Kelas XI IPA 1 mulai terlihat ramai kembali, setelah bel selesai istirahat berbunyi. Seorang gadis berambut kuncir dua terlihat menghampiri Ivy yang tengah memainkan ponselnya.

"Vy?" sapanya.

Ivy menatap teman sekelasnya itu dengan tersenyum. "Iya, Rin. Kenapa?"

Gadis yang dipanggil 'Rin' itu langsung duduk di bangku milik Naya.

"Si Naya sakit apa sih? Sampe tiga hari loh nggak masuk?" tanyanya.

Ivy terdiam sesaat. Jujur, ia juga tidak tahu sahabatnya sakit apa. Tiga hari yang lalu wali kelasnya hanya mengatakan jika Naya tidak bisa mengikuti pelajaran untuk beberapa waktu karena sakit. Saat ia pergi ke rumah Naya juga, ia hanya bertemu dengan Mila. Dan Mila mengatakan jika Naya tidak bisa di ganggu untuk saat ini.

Ivy menatap teman sekelasnya itu, kemudian menggeleng pelan. "Gue juga nggal tahu Naya sakit apa."

Juna yang sedari tadi diajak mengobrol dengan Cici pun mendengar sedikit demi sedikit percakapan Ivy. Laki-laki itu juga dibuat bingung dengan Naya yang tiba-tiba sakit. Setiap malam ia terus mengamati rumah Naya, dan yang ia lihat hanyalah kondisi rumah yang menurutnya sepi, tidak seperti biasanya. Meskipun ia sering melihat mobil Eza dan Vano keluar-masuk rumah itu.

●♡♡♡●


Sementara di ruangan yang berdominan berwarna putih-biru, dan bau obat-obatan yang menyengat, seorang wanita berjilbab tengah menyisir rambut panjang seorang gadis yang memakai pakaian khas rumah sakit.

"Rambut Naya rontok lagi ya, Teh?" Naya bertanya kepada Mila saat wanita itu menghentikan aktivitas menyisirnya.

Mila terdiam sesaat, ia melihat rontokan rambut Naya yang menjadi lebih banyak dari biasanya. Wanita itu kemudian menyimpan rambut rontok Naya, dan kembali melanjutkan menyisir rambut Naya.

"Efek dari kemoterapi, Nay," jawab Mila setenang mungkin.

"Kalo Naya botak, Naya masih cantik nggak ya?" Pertanyaan itu membuat Mila kembali menghentikan aktivitasnya. Di tatapnya dengan nanar, rambut Naya yang sudah mulai menipis. Tanpa Mila sadari setetes air mata keluar dari ujung matanya.

Sebelum Naya mengetahuinya, Mila dengan segera menghapus air matanya dengan telunjuknya.

"Mau Naya botak, rambut pendek, rambut panjang. Naya tetap Naya. Naya yang cantik," ucap Mila tersenyum, dan kembali melanjutkan aktivitas menyisirnya.

Naya membalikkan badannya, membuat Mila menatapnya. Gadis itu tersenyum nanar, kemudian memeluk Mila erat.

"Naya bisa sembuh kan, Teh?" tanya Naya.

Mila tersenyum, kemudian membalas pelukan dari adik iparnya itu. "Kita berdo'a, ya? Semoga Naya bisa cepat sembuh."

Naya melepaskan pelukannya, kemudian mengangguk mengiyakan. Mila yang melihat air mata Naya langsung menghapusnya dengan kedua ibu jarinya.

"Kok nangis sih? Jangan nangis dong. Naya harus kuat. Oke?" ucapnya, tersenyum.

Naya kembali mengangguk, sambil tersenyum.

Tanpa mereka sadari, Eza berdiri di balik pintu kamar inap Naya sambil tersenyum haru.


●♡♡♡●



Infinity ✔Where stories live. Discover now