Aku dan Kamu 1

69.3K 2.4K 91
                                    

Halo...
Story baru nih...
Terima kasih untuk semua readers tersayangku yang udah ngasih vote ataupun komenannya di story sebelumnya.
Selamat membaca dan...siapin tisu dulu deh..hehehehe

Dengan langkah ringan aku mendatangi kafe tempatku janjian dengan Eric, kekasihku. Aku merindukannya dan ingin segera bertemu dengannya. Selama 2 hari dia memgabaikanku karena pertengkaran terakhir kami. Aku mengedarkan pandanganku dan kulihat dia tengah duduk diam mengamati aktivitas di luar kafe yang tampak jelas dari kaca besar di samping mejanya. Aku mendudukkan diri di depannya membuat dia menyadari kehadiranku.

"Maaf aku terlambat..."
"It's oke...aku juga baru sampai"

Aku menatapnya memuaskan rasa rinduku. Dia masih acuh membuat aku menghela nafas berat. Dia pasti masih marah dan itu sedikit menyakitiku. Selama 3 tahun kami menjalin kasih dia tak pernah melakukan ini padaku. Dia selalu mencurahkan kasih sayangnya padaku. Melindungiku dengan keposesifannya.

"Kamu masih marah?"

Dia memghembuskan nafasnya dan menatapku membuat perasaanku tak enak.

"Kamu belum minta maaf pada Tania?"

Aku menghela nafas meredakan emosiku. Dia masih menatapku menunggu jawabanku. Dia memijit pangkal hidungnya dengan ekspresi lelah melihatku enggan menjawab pertanyaannya.

"Apa salah Tania Ca?"
"Dia mau merebutmu dariku"
"Demi Tuhan Ca...aku sudah katakan kalau dia itu sahabatku...sejak kecil kami tumbuh bersama dan dia memang seperti itu"
"Aku tidak suka padanya...dia sendiri yang mengatakan padaku kalau dia mencintaimu dan akan mengambilmu dariku"
"Kamu jangan mengada ada Ca...dia tak mungkin mengatakan itu..."
"Lalu...aku yang bohong?"
"Ca..."
"Aku tidak akan pernah minta maaf karena aku tidak salah..."
"Kamu yang mendorongnya sampai nyaris celaka Ca"
"Aku hanya membela diri karena dia hendak menamparku"
"Aku mengenalnya Ca...dia tidak mungkin melakukan itu..."

Aku memejamkan mata meredam kecewa yang kurasa. Dengan dia berkata begitu dia sudah menyatakan kalau aku berbohong.

"Apa maumu sebenarnya Ric"
"Minta maaf padanya"

Aku tak pernah menduga dia akan berkata seperti itu. Aku memejamkan mataku saat kurasakan sebulir air mataku jatuh begitu saja.

"Aku tidak akan pernah minta maaf...karena aku tidak salah"
"Ca..."
"Lebih baik kita putus...aku tidak mau menjalin hubungan dengan seorang yang tak mempercayaiku"

Aku melepas cincin couple kami dan meletakkannya di meja. Dia meraih tanganku dengan cepat membuat aku menatapnya tajam. Ada keterkejutan di wajahnya dan aku menyentak tanganku.

"Kau memilih mempercayai sahabatmu yang bisa saja berubah selama 5 tahun perpisahan kalian..."
"Dia tidak seperti itu"
"See...? Kau mempercayainya dan itu artinya kau tidak percaya padaku...kau melanggar sumpah kita untuk selalu jujur dan saling percaya...aku sudah jujur padamu tapi kamu tidak percaya padaku..."

Dia terpaku mendengar kata kataku. Dengan kasar aku menghapus air mataku dan berlalu pergi. Beruntungnya aku karena ada taksi yang baru saja menurunkan penumpangnya. Aku segera menaiki taksi itu dan mengatakan tujuanku. Air mataku mengalir begitu saja mengingat semua kenangan yang pernah aku lalui bersama Eric. Cinta pertama sekaligus pemberi luka pertamaku.

Ponselku bergetar tanda ada panggilan masuk dan aku mengabaikannya sampai tiba di tempat tujuanku. Setelah membayar ongkos taksi, aku mengatur ekspresi dan detak jantungku dan memasuki gedung tempat ayahku bekerja sebagai satpam. Dia tengah minum kopi di posnya saat aku tiba.

"Siang Ayah..."
"Siang juga putri ayah yang cantik..."
"Ish...memang cantik"

Ayah memelukku dan mengecup keningku dengan sayang.

My Another Short StoriesOnde histórias criam vida. Descubra agora