#3 Month Ago [Suga's Side]

333 36 1
                                    

Hhh~

Apa aku keterlaluan? Apa seharusnya aku benar-benar berbalik arah dan memeluknya saat itu?

Apapun yang terjadi, Eunha tidak pernah bersalah. Bukan dia yang melakukannya. Seharusnya aku tidak berpikir dangkal. Seharusnya aku ada saat seperti ini, Eunha juga terpukul karena keadaan ini. Pasti.
Seharusnya..

"Hentikan omong kosongmu, Yoon." ntah sejak kapan dia berada disini. Memang pantas kusebut dia alien.

Kim Taehyung. Sahabatku yang tidak pernah dapat kubohongi. Ia bagai Alien penyihir, dengan mudah ia dapat membaca semua pikiranku.

"Semua yang kau lakukan sudah benar. Meskipun bukan dia, tetap saja ketidakadilan itu tidak pernah lepas dari pikiranmu. Apa kau dapat menahannya saat bersama Eunha?" jelas Taehyung sambil menyesap kopiku yang sejak tadi belum kusentuh.

"Aku mengerti perasaanmu saat ini. Tapi itu tidak sebanding dengan apa yang telah mereka perbuat kepadamu. Percayalah..

Ini hanya sementara."

Yaps.. Ini sementara, kau bisa melupakannya.
.
.
.

3 bulan telah berlalu, 3 bulan pun aku tidak mendengar kabarnya lagi. 3 bulan ini pun aku resmi menjadi penerus Abeoji. CEO ADCorp. Dan disinilah aku berada, ruang CEO, tempat kerja ayahku sebelum insiden mendadak itu.

Dan..
Aku merindukannya? Tidak.

Hhh...

Ya, sesekali.

Inilah sebuah proses. Aku perlu bersabar. Tidak ada yang instan di dunia ini bukan?

Tokk tok tokk...

"Selamat pagi, Daepyonim. Hari ini ada interview untuk sekretaris barumu. Dan ini data-data calon sekretaris anda, dan apakah..."

"Tidak, uruslah dengan kalian."
Sebuah tradisi, ayah selalu turun tangan untuk mencari sekretaris. Hanya agar ia merasa nyaman saat bekerja sama.

Kalau aku?
Bahkan diruangan ini saja aku cukup muak. It's not my passion.

"Baik, Tuan. Saya permisi dulu."

Aku perlu menjernihkan pikiranku. Ntah apa yang salah dengan kepalaku belakangan ini, gadis pembunuh itu selalu saja muncul dibenakku.

"Siapkan mobilku." ucapku pada resepsionisku. Aku rasa sedikit menghirup udara segar sudah cukup.
.
.
.
Di Lobby AD Corp.

Saat ini, saat dimana pintu lift terbuka. Aku menyesal memutuskan untuk menghirup udara segar, ah tidak.. Seharusnya aku turun beberapa menit lebih lambat.

Ketika aku melihat gadis itu lagi, gadis mungil dengan balutan rapi hitam dan putih.

Sosok yang kurindukan, sosok yang ingin kuhilangkan, sosok yang mampu membuatku lupa cara untuk bernafas.

Jung Eunha. My Bunny.

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

.
.
Tunggu.
.
.
Mengapa dia berpakaian rapi? Jangan-jangan...!

Aku bergegas kembali pada ruanganku, kuharap dugaanku salah. Bisa saja aku hanya salah lihat. Tidak ada salahnya juga memeriksa bukan?

Aku terus berharap sampai aku menemukan berkas dengan nama 'Jung EunBi'.

"Ternyata benar..."
.
.
.

Tukk... Tukk.. Tukk..

Terus kuketuk pulpen ditanganku pada meja. Aku sudah tidak bisa berpikir dengan jernih.

Bagaimana aku harus memperlakukannya? Apa tujuannya ia kembali? Mengapa harus di sini?

Ratusan pertanyaan berputar dikepalaku saat ini. Aku benci penyesalan.

Kringg.. Kringg...
"Permisi, Tuan." kata seseorang diseberang sana. Karena ruangan ini kedap suara, mau tak mau saluran teleponlah satu-satunya jalan untuk menghubungiku dari luar.

"Masuk."

'Hadiah'ku baru saja sampai.
.
.
.
Gadis itu terduduk tepat di hadapanku. Dan kami hanya terpisah jarak meja kerjaku. Sesuai perkataan Taehyung. Aku tidak dapat menahannya.

Rindu itu ada, namun yang mendominasi adalah rasa benciku terhadap ayahnya. Bagaimana ayah tergeletak bersimbah darah di gedung ini. Air mataku tak dapat ditampung lagi, amarah itu kembali muncul.

"Wae?" kenapa ayahmu membunuh ayahku? Bukankah, waktu itu kita sepakat untuk menjadi saudara?

"Apa maksudmu?" tatapan polos ia layangkan.

"Semuanya." Tentang Ayahmu. Salahkan ayahmu yang menciptakan situasi ini.

"Aku ingin melamar menjadi sekretaris. Aku perlu menyambung hidup." jawabnya. Kau bodoh Eunha-ya!

"Cih, apa kau berhak untuk hidup? Tebal sekali wajahmu nona." ia kembali menundukkan kepalanya. Apa ia akan menangis?

"Dan kurasa kau sudah tahu jawaban atas permintaanmu."
ENYAHLAH DARI SINI!

"Saranghae!"

DEG!

Apa katanya? Kau ingin aku goyah, huh?!

Kau berhasil.

"Tunggu email dari kami, silakan keluar nona." ucap pegawai kami. Ya, sebelumnya aku sudah mengatakan bahwa interview ini hanya 5 menit. Tidak lebih dan kurang.

Eunha kembali dengan semburat merah ada di kedua pipinya. Aku melihatnya sekilas.

Tepat setelah pintu itu kembali tertutup rapat, aku menghela nafas.
Ini gila!

Kenapa Eunha-ya? Kenapa!? Kenapa kau masih berusaha masuk ke dalam hidupku.

"Nado saranghae..."
.
.
.
TBC...

Eaaa mau baper ah baperr... ><
Yuk ah, vote supaya semangat buat bikin cerita. Makasih yaa 😊
Share juga ke temen"mu biar bisa baper bareng" ☺☺☺ See You~

Death Missions [END] #WATTYS2019Where stories live. Discover now