• Erlangga 16 •

15.7K 1.3K 171
                                    

Terima kasih untuk yang selalu meninggalkan vote dan komen. Mari kita doakan semoga para silent reader terbuka hati dan pikirannya untuk mau juga meninggalkan jejak seperti kalian. Amin.

[Repost 29 sept dengan perubahan]










Entah kenapa kaki nya malah lemas. Padahal ia baru menaiki undakan tangga. Belum melihat Elang dan Reta. Pintu kamar Elang terbuka sedikit. Baru saja Senja ingin kembali melangkah. Seruan yang memanggil namanya membuat gadis itu menoleh ke belakang dan mendapati Mama Elang yang menghampirinya sembari tersenyum.

"Kenapa, Tan?" tanya Senja saat Mama Elang sudah berada tepat di hadapannya.

"Di depan ada temennya Reta," jawab Mama Elang. "yaudah yuk." Zara menarik Senja menuju pintu kamar Elang. Betapa terkejutnya Zara saat membuka pintu dan mendapati apa yang Elang dan Reta lakukan.

Elang menatap Mama nya kaget. Reta. Gadis itu tak berbalik sedikitpun. Perempuan itu hanya terlihat sedikit menunduk.

"Mama,"

Reta yang awalnya menyeringai jadi tertegun, tubuhnya seketika panas dingin. Gadis itu dengan cepat membalikkan badannya dan matanya membulat saat mendapati Mama Elang yang telah membuka pintu kamar Elang lalu bersedekap dada dan Senja yang berada di belakang tante Zara terlihat kaget.

"Tante--"

Zara berdecak sembari menggelengkan kepala nya.

"Reta, kamu ikut tante." ucap Zara menatap Reta tak habis pikir. "Elang," kini tatapan Zara jatuh kepada Elang menyuruh Elang menjelaskan semuanya kepada Senja lewat mata.

Reta menunduk, sumpah! Demi apa dia malu. Reta berjalan menghampiri Mama Elang, dengan badan yang terasa menggigil ia menatap Mama Elang sekilas.

Menghela nafas terlebih dulu lalu melangkah meninggalkan Elang dan Senja di ikuti Reta yang berjalan di belakangnya.

Senja menatap Elang dengan tatapan kecewa lalu berbalik. Menutup pintu kamar Elang. Mengusap air mata yang entah kenapa harus keluar. Melangkah saat suara pintu di belakangnya terbuka. Pergelangan tangannya di tahan.

"Ja... "

"Lang. Gak usah jelasin apa-apa untuk saat ini." Senja kembali mengusap sudut matanya. Air mata terus saja keluar.

"Ja, gue--"

"Lang!" peringat Senja. "gak usah sekarang." lirih Senja. Tenggorokanya serasa tercekat.

Elang melepaskan pergelangan tangan Senja saat gadis itu mundur perlahan. Berlari menuruni undakan tangga. Elang meraup wajahnya. Kenapa Senja selalu datang di saat yang tidak tepat?

***

Elang menuruni undakan tangga. Mencari seseorang yang pagi ini tidak ada di meja makan seperti biasanya.

"Nyariin siapa, Lan?" tanya Mama saat Elang telah duduk di kursi biasa nya.

"Senja kemana mah?"

"Dia udah berangkat di anter sama sopir nya." jawab Zara membuat Elang menghela nafas.

"Kamu berantem sama Senja?" tanya Bimo setelah meletakan sendok dan garpu nya.

"Enggak." jawab Elang malas.

"Kalo enggak, Senja gak akan tiba-tiba mau batalin perjodohan ini." ucap Bimo menatap Elang serius.

Elang membalas tatapan Papa nya. "Senja ngomong gitu?"

"Fajar nelpon Papa semalam. Papa kecewa sama kamu!"

Elang menghela nafas kasar.

"Mungkin ini lebih baik buat Senja," ucap Elang membuat Bimo menatap nya tajam.

"Lebih baik? Kamu mau bisnis Papa hancur karena perjodohan ini batal?!"

Elang berdiri, berusaha untuk tidak membentak karena melihat Mama nya yang terlihat khawatir. Elang meraih tas nya lalu beranjak pergi daripada harus bertengkar dengan Papa nya.

"Dasar anak gak punya sopan santun!" cetus Bimo saat Elang baru saja melangkah beberapa langkah.

Mengabaikan ucapan Papa nya Elang cepat saja keluar dari rumah, mengendarai motornya dengan kecepatan di atas rata-rata.

Hanya butuh waktu 10 menit untuk Elang sampai di Sekolah. Laki-laki itu dengan cepat melangkah memasuki Sekolah, mencari seseorang.

Langkah nya ia percepat saat mendapati seseorang yang ia cari hendak memasuki kelas nya.

"Ja," Elang menahan pergelangan tangan Senja.

Senja menghela nafas, "masuk duluan aja, Fat." suruh Senja membuat Fatia melenggang memasuki kelas.

"Gue mau minta maaf, gue mau jelasin kejadian kemarin. Kemarin--"

"Gak perlu." potong Senja cepat.

"Ja, gue--"

"Hubungan kita udah berakhir." ucap Senja membuat Elang bungkam.

"Ja--"

"Lo bilang gue ngerepotin karena penyakit jantung yang gue punya kan?"

"Ja itu cuma--"

"Gak perlu khawatir. Papi udah gak ada. Perusahaan dan kerjasama sama bokap lo Abang gue yang pegang. Gue jamin Perusahaan Papi gak akan batalin kerjasama nya. Ini gak akan mempengaruhi bisnis bokap lo." lanjut Senja kembali memotong ucapan Elang. "Mulai hari ini kita bukan siapa-siapa lagi." putus Senja lalu membalikan badannya setelah sebelumnya melepaskan cekalan Elang di pergelangan tangannya.

"Ja, tarik ucapan lo barusan." ucap Elang penuh penekanan sembari kembali menahan pergelangan tangan Senja.

Senja mendongak menatap Elang, "gue mau nyerah. Jadi, jangan pernah bujuk gue lagi buat ngejar lo." ujar Senja lalu melepaskan kembali cekalan Elang dan berlalu memasuki kelas.

***

"Hubungan kita udah berakhir."

"Lo bilang gue ngerepotin karena penyakit jantung yang gue punya kan?"

"Gue mau nyerah. Jadi, jangan pernah bujuk gue lagi buat ngejar lo."

Ucapan Senja terus terulang di dalam kepala nya. Elang tendang pintu kelas nya membuat siswa-siswi yang berada di dalam ruangan berjengit kaget.

Elang melangkah menuju bangku nya yang berada di barisan belakang. Mengangkat salah satu kursi terdekat nya lalu melemparkannya ke dekat kerumunan siswi-siswi yang tengah bergosip di sudut ruangan. Untung saja tidak ada yang kena.

Karena peristiwa tadi gosip kalau Senja bukan lagi tunangan Elang menyebar begitu saja. Entah siapa yang telah mendengar percakapan Elang dan Senja tadi sampai gosip itu menyebar dengan cepat.

Kendra berdecak sembari menggelengkan kepala, "Lan--"

"Jangan ganggu gue!"

"Lan, lo--"

Kendra menghentikan ucapan nya saat Elang melemparkan tas kepada nya.

"Gue bilang jangan ganggu gue!"












TBC

Mau update lagi kapan? Spam komen ya🐰

Erlangga: Bad Fiance ✓Where stories live. Discover now