CHAPTER 4

3.7K 72 4
                                    

Tepat pukul 3 malam, ponsel Alvaro berdering di atas nakas. Menandakan ada sebuah panggilan disana.

Alvaro yang sejak tadi berdiam diri di balkon kamarnya sambil merokok langsung masuk ke kamarnya dan menerima panggilan telfonnya.

Tertera nama Jaden disana.

"Ada apa kau menelfonku Jaden?" tanya Alvaro

"Sepertinya kau lupa apa yang kita bicarakan kemarin Varo. Bukankah rencana kita akan berjalan sekarang?" imbuh Jaden mengingatkan Alvaro yang melupakan suatu hal yang sangat penting.

"Oh Shit. Aku melupakannya. Baiklah tunggu aku, 25 menit lagi aku akan segera sampai disana" ucap Alvaro.

Jaden yang berada diujung sana hanya membalasnya dengan deheman keras dan mengangguk kecil.

"Ah yaa satu lagi. Bangunkan si bocah Mario. Sepertinya saat ini ia masih terlelap dalam mimpi indahnya." ucap Alvaro dengan nada memerintah.

"Baiklah" ungkap Jaden seraya mengakhiri panggilan telfonnya.

Tak lama setelah itu, Alvaro langsung menyambar jaket hitamnya, meraih sepatunya dan mengambil kunci mobilnya lalu berjalan keluar kamar.

Tapi ditengah jalan ia baru saja teringat akan sesuatu. Ia kembali lagi ke dalam ke kamarnya, mengambil secarik kertas dan mulai menulis disana.

Isi suratnya:

"Beristirahatlah sejenak disini. Jika kau butuh sesuatu atau suatu makanan ambil saja di dapur. Anggap saja rumah sendiri. Aku keluar dulu, jangan kemana-mana!. Tunggu aku kembali."

ADZ

Sebelum pergi ia menyempatkan diri menatap lama wajah Rose, mengelus pipi gembulnya, dan mencium bibirnya sangat lembut.

"Jaga dirimu. Aku pergi dulu" ucap Alvaro akhirnya

***


Bunyi kicauan burung bersahutan di antara dedauan pepohonan. Udara pagi mulai menghembuskan kehadirannya menerpa kulit gadis cantik yang masih terlelap dalam tidur panjangnya saat ini.

Rose yang merasa silau matahari menerpa kulit wajahnya, menggeliatkan diri sambil bergumam "mmmhh...engghh".

Ia mulai merenggangkan otot-otot tangan dan kakinya untuk merilekskan diri, anggota tubuhnya pegal-pegal karena mabuk semalam.

Ia mulai membuka matanya perlahan dan melihat ke arah sekitar mengedarkan pandangannya dan baru menyadari bahwa ia tidur di kamar asing saat ini.

"Aku berada dimana sekarang? Kenapa desain kamar ini seperti kamar laki-laki?" tanya Rose pada dirinya sendiri. Dia menatap sekeliling kamar itu dengan tatapan aneh sambil mengerutkan keningnya.

Kamar Alvaro didominasi dengan cat dark grey, bau maskulin menguar di mana-mana, di kamar ini ada ranjang king size dengan seprai dan selimut warna hitam. Diseberangnya ada sofa duduk yang sangat empuk. Di hampir semua lantainya ditutupi permadani yang sangat halus bulunya.

Rose pun mulai menegakkan tubuhnya, manyandarkan punggungnya di headboard. Dan mulai melangkahkan kakinya menuruni ranjang king size itu.

Untung saja hari ini weekend, jadi ia tak perlu terburu-buru untuk berangkat kuliah. Ia langsung mencari handphone di atas nakas tapi tidak menemukannya. Rose baru ingat kalau semalam ia meninggalkan handphone beserta tas nya di ruang VIP club malam itu.

Rose mengusap wajahnya, berpikir langkah apa yang harus ia lakukan sekarang. Dirinya tersesat dan terdampar di rumah orang asing sekarang. Ia berjalan untuk segera kembali pulang kerumahnya, tapi matanya menangkap secarik kertas berisi surat Alvaro dan mulai membacanya.

Sweet Passionate Obsession [ON GOING]Where stories live. Discover now