CHAPTER 8

2.2K 38 1
                                    

Kehadiranmu tak pernah kuharapkan. Fikiranku hanya tertuju pada hal-hal fana, semu, dan suram. Hingga suatu hari kau tetiba hadir tanpa permisi.

Awalnya kuanggap kau angin lalu yang senantiasa menemani langkah ku. Hingga bayanganmu mengganggu akal sehatku. Tanpa kusadari kau menjadi bagian terindah untuk melengkapi kepingan ruang dalam lubuk hatiku.

Kau laksana embun di pagi hari, meneduhkan relung jiwaku, menyejukkan sanubariku, menambah keindahan dunia ini, mengisi sebagian pasokan udara dalam setiap nafasku.

Hanya dirimu seorang yang mampu mengukir senyum di bibir ini. Memporak-porandakan jalur kehidupanku yang sunyi, sepi, kelam dan mencekam.

Layaknya rembulan kau menyinari hari-hari kelamku. Senyumanmu terasa berkilau di pelupuk mataku. Gestur tubuhmu membuatku ingin menyentuhmu, memelukmu, terutama memilikimu.

Akankah kau mau menerima diriku yang hina dan kotor ini?
Ah entahlah, tapi kurasa aku tak butuh persetujuanmu.
Aku hanya ingin menggenggammu dalam pelukku setiap harinya.

(Alvaro Zachery)

*****

Sinar pagi menerobos jendela besar yang berada disisi kanan ranjang mewah sebuah kamar yang menggambarkan betapa maskulin pemiliknya. Tepatnya di hadapan meja belajar lelaki itu.

Alvaro yang masih berbaring di ranjang king sizenya hanya menggeliat kekanan tanpa berniat membuka matanya sedikitpun. Tapi karena terpaan sinar matahari yang sangat terang itu mengganggu tidur nyamannya, Alvaro menyipitkan matanya sambil menghadang sinar matahari dengan tangan kirinya.

"Arggghhhh sial. Siapa yang sudah membuka jendela kamarku sepagi ini?" Alvaro bergumam sembari memukul keras tepi kasur disebelahnya.

Dengan terpaksa ia bangkit dari tidurnya menarik tirai jendela kamarnya agar tertutup rapat lalu melanjutkan tidur nyenyaknya kembali.

Selang beberapa menit kemudian jam wekker di atas nakas berbunyi nyaring memekakkan telinga pendengarnya.

Alvaro menggeram kesal. Kemudian melemparkan jam wekker ke sembarang arah lalu mengepalkan tangannya keras.
"Argghhhh, cobaan apalagi ini. Kenapa hari ini sungguh sial sekali. Tidak bisakah benda-benda disekitarku membiarkan aku menikmati tidurku?"

Ia melirik handponenya sekedar mengecek jam berapa sekarang. Ternyata sudah pukul 9 siang. Dering handphonenya berbunyi menandakan ada panggilan masuk di sana. Ternyata Mario yang menghubungi Alvaro. Alvaro menekan tombol hijau yang tertera disana.

"Hey tukang tidur, aku yakin kau pasti masih tertidur di ranjang empukmu saat ini. Ayo cepat bangun, lihat pukul berapa sekarang! Kau mau mendapat omelan dari prof. Roland?. Kutunggu kau di kampus sekarang juga. Cepat mandi dan jangan sampai terlambat!" Mario bersuara keras sambil memerintah Alvaro seenaknya di ujung sana.

Alvaro merupakan mahasiswa cuek, sombong dan angkuh. Tapi dibalik sikapnya ia termasuk mahasiswa yang sangat cerdas, selalu menampilkan ide-ide briliannya tanpa belajar sekalipun. Ia juga termasuk seorang yang cerdik dalam menyusun taktik tanpa diketahui orang lain. Ia menguasai ilmu taekwondo dan boxing yang dulu sempat dipelajarinya saat kecil.

Alvaro yang kesal pagi ini langsung menutup panggilan telepon Mario. Ia melempar handphonenya ke arah ranjang di samping. Ia meremas rambut hitamnya meredakan amarahnya yang meletup sepagi ini. Setelah amarahnya mereda, ia melangkahkan kaki jenjangnya menuju kamar mandi.

Sweet Passionate Obsession [ON GOING]Where stories live. Discover now