Part 7

377 26 0
                                    

   Hari minggu adalah saat untuk bersantai namun berbeda dengan Amanda, di hari minggu seperti ini adalah saatnya untuk  dirinya pergi ke psikolog. Memang sudah seharusnya Amanda  melakukan cek rutin ke psikolog namun hal itu tidak bisa ia lakukan karena keterbatasan biaya. Tapi demi menyembuhkan Phobianya Amanda rela menyisihkan uang yang ia miliki sedikit demi sedikit untuk datang ke psikolog.

“Bun.... Amanda pergi dulu ya?” pamit Amanda pada Dewi-Ibunya.

“Iya, tapi kamu mau kemana?” Tanya Dewi pada putrinya. .

“Pergi ke psikolog bunda, Amanda udah lama gak kesana” balas Amanda sambil bersiap untuk pergi.

“Yaudah hati-hati, kamu punya uang buat kesana?”

“Ada kok bun, yaudah Amanda  pergi dulu ya... Assalamualaikum..”

“Waalaikumsalam” balas Dewi sambil menatap Amanda yang sudah hilang dari pandangannya.

Dewi sebenarnya perihatin melihat kondisi putrinya yang berjuang untuk sembuh dari phobia, ingin rasaanya dia mengantarkan putrinya ke psikolog setiap minggunya tapi hal itu tidak bisa Dewi lakukan karena keterbatasan biaya.

“Maafkan bunda ya Nak, bunda  gak bisa membuat kamu bahagia” batin Dewi sambil mata yang berkaca-kaca.

“Bun, bunda kenapa?”tanya Aldi yang tiba-tiba datang.

“Bunda nangis ya?”

Dewi tampak buru-buru menusap air matanya.

“Gak kok, mata Bunda perih kelilipan debu” kilah Dewi.

Aldi hanya diam, ia tau benar Dewi sedang berbohong sekarang. Ibunya menangis karena melihat kondisi  Amanda, kondisi yang di sebabkan sang ayah yang kini pergi entah kemana. Tapi hanya satu yang pasti, Aldi akan berusaha membantu Amanda keluar dari kondisi yang sedang membelenggu adiknya.

Amanda mempercepat langkahnya untuk mencapai klinik psikolog yang biasa ia datangi, karena ia takut jika terlambat sedikit saja mungkin kali ini dia tidak bisa diterapi seperti seharusnya.

“Semoga gue gak terlambat”

“Dan semoga dokter Habiba hari ini ada” ucap Amanda  sambil mempercepat langkahnya.

Disisi lain Angga  sedang joging di jalan kota dengan mengunakan headset yang melekat ditelinganya. Cowok  itu berlari kecil melewati taman dan menembus jalan yang sibuk, keringat sudah membasahi wajah dan tubuhnya. Dari kejauhan Angga menangkap sosok cewek yang ia kenali, di seberang sana Angga melihat cewek berswiter merah muda dengan rambut coklat yang dibiarkan tergerai sempurna. Angga mengenali gadis itu, ya! Itu Amanda teman sebangkunya.

“Eh itukan si cewek aneh, mau kemana dia pagi-pagi gini” tanya Angga pada dirinya sendiri.

“Apa gue ikutin aja ya?”

“Toh gue masih penasaran sama nih cewek” monolog Angga pelan.

Angga berjalan perlahan mengikuti langkah Amanda mencari tau kemana gadis ini akan pergi. Amanda yang tak menyadari kehadiran Angga terus melanjutkan langkahnya menuju kliniik psikolog. Amanda terlihat berhentin didepan bangunan dengan kaca transpara sebagai pintunya. Pelan namun pasti Amanda mulai mendorong pintu kaca dihadapannya dan masuk ke dalam klinik itu.

“Permisi, dokter Habiba nya ada?” tanya Amanda sopan.

“Ada tapi anda harus menunggu sebentar karena beliau masih ada pasien di dalam” ucap resepsionis itu.

PHOBIA(Comeback)-TAMATWhere stories live. Discover now