five

10 2 2
                                    

Rafa terduduk di pinggir lapangan sembari mengatur napasnya yang tak karuan. Keringat yang mengalir di pelipisnya segera ia hapus dengan handuk kecil yang terlampir di bahunya. Jersey biru dongker khas anggota futsal SMA Balayudha yang dikenakannya terlihat basah karena keringat.

Waktu sudah menunjukkan pukul lima sore saat latihan futsal berakhir. Gedung sekolah yang biasanya ramai akan hiruk-pikuk siswa dan siswi yang menimba ilmu kini sudah kosong-melompong, hanya menyisakan beberapa anak yang masih mengikuti kegiatan club seperti Rafa dan tim futsalnya.

"Nih," Alvin menyondorkan botol air mineral sebelum duduk di sebelah Rafa, wajahnya terlihat sama lelahnya dengan lelaki itu. "Panas banget, gila."

Rafa mengangguk tanda terima kasih. Ia menerima botol tersebut dan menegak isinya dengan cepat. Setelah tersisa seperempat, ia membasuh wajahnya dengan air tersebut.

"Oy Raf, Vin, gue balik duluan, ya!" seru Reza yang diikuti oleh beberapa anggota futsal lainnya.

"Yoi, hati-hati!" balas Rafa dan Alvin bersamaan. Sudah menjadi rutinitas bagi kedua lelaki itu untuk duduk dahulu di pinggir lapangan sembari mengembalikan energi mereka yang sempat terkuras sebelum beranjak pulang ke rumah.

"Aduh!"

Dengan samar, Rafa dan Alvin mendengar suara yang berasal dari UKS. Sontak, kedua lelaki itu saling menatap dengan ekspresi bingung. "Siapa?"

Saat pandangan mereka kembali tertuju pada ruang UKS yang berada di seberang lapangan, mereka melihat Lala yang keluar dari ruangan tersebut sembari mengusap dahinya yang terbentur. Gadis itu kemudian memasukkan slayer PMR-nya ke dalam ransel.

Rafa mengerjapkan matanya sejenak, kemudian tertawa kecil saat melihat Lala yang tiba-tiba terlihat panik seraya mengobrak-abrik isi ranselnya, mencari keberadaan kunci UKS yang tadinya ada di dalam ransel tersebut.

Alvin yang melihat kejadian tersebut jelas menyimpan tanda tanya besar di dalam kepalanya. Ia menatap Lala dan Rafa secara bergantian sebelum membuka suara. "Sebenernya lo sama Lala ada apa, sih?" lelaki itu menatap Rafa heran. "Akhir-akhir ini lo jadi sering ngajakin dia ngobrol."

"Bukan ngobrol sih," ralat Alvin. "Lebih tepatnya ngegodain."

Rafa kembali tertawa tanpa melepas pandangannya dari Lala. "Nggak ada apa-apa, beneran deh."

"Tapi?" Rafa kini menoleh kepada Alvin yang menatapnya dengan satu alis yang terangkat, menunggu jawaban dari lelaki itu.

Rafa tersenyum simpul, kembali menatap Lala yang masih berkelut dengan ranselnya. "Orangnya lucu aja, buat penasaran."

"Jadi lo suka?" Rafa kembali menatap Alvin, sedikit terkejut dengan pertanyaan yang dilontarkan sahabatnya itu. Alvin sontak tergelak saat menyadari eskpresi Rafa. "Serem banget muka lo, gue cuma nanya doang, keleus!"

"Alay lo." Rafa menjitak kepala Alvin. Saat lelaki itu kembali melihat ke arah UKS, Lala sudah tak lagi berada disana. Menghela napas, Rafa kemudian mengambil ranselnya dan berdiri. "Cabut, yok."

Kedua lelaki itu tengah bercengkrama ria sembari berjalan menuju area parkir saat mereka melihat sosok gadis berambut panjang berada di pos satpam seorang diri. Gadis itu terlihat sedang menelepon seseorang.

"Itu bukannya Lala?" Alvin menunjuk gadis itu dengan dagunya, membuat Rafa mengangguk mengiyakan. "Ajakin balik sono."

"Nggak ah, nanti Bu Dian curiga." balas Rafa seraya menggaruk kepalanya yang tidak gatal.

MisadventureWhere stories live. Discover now