5. Mencurigakan

8.5K 338 0
                                    

Waktunya bagi semua siswa mengisi perutnya di kantin karena bel istirahat sudah berdendang dengan merdunya memenuhi penjuru kelas.

"Res, cilok-nya Pak Imam aja yuk, gue lagi pengin nih," ucap Indah yang sudah bangkit dari duduknya.

"Kalo gue sih ngikut aja, kalo lo gimana Lin?" Resti bertanya pada Lina yang masih sibuk dengan ponselnya, Lina mendongak dan memandangi wajah Resti beberapa detik, lalu ia pun berucap, "ya gue ngikut lo berdua aja, yang penting cacing diperut gue diem, dari tadi udah gigit-gigit daging nih," ucapnya asal sambil nyengir.

"Eh gaes, lo berdua ke kantin aja deh dulu. Pesenin gue juga, gue mau ke toilet bentar, oke?" ijin Resti.

"Aduh Res, lo kayaknya demen banget ke toilet, gue ragu nih. Jangan-jangan di sana memang ada wifi lagi," ucap Indah seraya membayangkan apabila hal itu memang benar adanya.

"Ngaco lo, udah ah gue pergi dulu biar cepet, lo berdua juga buruan pergi sana," perintah Resti sembari mengibaskan tangannya.

"Ya aelah Res, emang lo lupa kita siapa? Nggak usah takut nggak kebagian tempat, kita datang aja mereka udah pada cabut, gila emang, gue ngerasa jadi penjahat yang paling ditakuti di muka bumi aja," ujar Lina penuh dengan tawa.

Tidak lama berselang, Resti mulai melenggang meninggalkan Indah dan Lina, lalu ia segera melangkah menuju bilik toilet, jaraknya lumayan cukup dekat dari dalam kelasnya.

Di lain tempat, Weeby juga tengah berjalan ke arah toilet, setelah sampai di tempat itu, Weeby mengecek seluruh toilet siswa, barangkali ada seseorang di sana. Weeby tidak mau ada yang tahu atas tindakan yang akan dilakukannya. Pokoknya tidak boleh ada yang mengetahuinya, sekalipun sahabat terdekatnya sendiri.

Beruntung, Weeby adalah satu-satunya orang yang berada di toilet, setelah mengecek semua bilik, ia tidak menemukan siapa pun.

Menengok ke kanan kiri sesaat, lalu Weeby mengambil obat dari dalam sakunya. Sebelum menelan obat itu, Weeby menghela napas berat. Entah kenapa jika mau meminum obat, Weeby selalu teringat akan gertakan dan paksaan dari Andika. Laki-laki kejam yang tega membuat anaknya seperti itu.

"Lo minum obat apaan?

Suara itu? Suara yang yang sangat familier yang biasa masuk ke gendang telinga Weeby. Setelah menelan obatnya susah payah, lantas Weeby langsung menoleh ke belakang. Dadanya naik turun tak beraturan, orang itu telah mengagetkan Weeby.

"Lo ngapain di sini?" tanya Weeby, raut wajahnya terlihat gelisah ketika mendapati Marcell sudah berada di dekatnya. Tapi bagaimana bisa?

"Gue tanya sama elo, ngapain minum obat? Perasaan lo baik-baik aja tuh," seloroh Marcell seraya melipat kedua tangan didepan dada bidangnya. Punggung lebarnya ia sandarkan di tembok belakang.

"Ih lo keluar sana, ini toilet cewek. Haram bagi lo buat masuk ke sini!" omel Weeby keras.

Mampus gue, Marcell udah tau gue minum obat!

"Nggak usah ngelak, gue tanya sama lo sekali lagi, lo minum obat apaan? Coba gue lihat!" ucap Marcell, ia benar-bebar ingin tahu.

"Eh lo jangan mendekat ke gue!"

Seketika Marcell menghentikkan langlah kakinya, sedetik kemudian ia memicingkan satu alisnya, ia sungguh bingung dengan perilaku cewek di hadapannya ini.

"Ini cuma obat diare biasa kok, sana lo pergi! Lagian kenapa lo bisa ke sini sih?!" Weeby memutar bola matanya kesal. Ia terpaksa berbohong kali ini.

"Gue ngikutin lo," jawab Marcell enteng.

"Ha? Emang gue kenapa? Nggak usah ngikutin gue, emang lo pengawal gue, ha?"

"Gerak-gerik lo mencurigakan tahu, lagian kenapa tadi lo buka-buka semua pintu toilet, mau ngecek apaan lo? Dan kenapa harus di sini kalo lo emang minum obat diare, aneh banget tahu nggak?!" cecar Marcell menggebu-menggebu.

Too Late To Realize (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang