15. Keceplosan

5.1K 246 0
                                    

Saat perjalanan berangkat ke sekolah, pikiran Weeby semakin kalut, apalagi kemarin sepulang sekolah ia melihat Resti yang ternyata sudah hamil karena ulah cowoknya. Hal itu sungguh merenggut otak Weeby untuk kembali memikirkannya.

Resti sudah hamil? Weeby masih setengah belum percaya. Sebenarnya Weeby juga kasihan melihat Resti yang menangis sampai sesenggukan seperti kemarin sore, tetapi ia juga masih kesal saat Resti semakin akrab dengan Marcell.

Setelah sampai di sekolah, Weeby segera memarkirkan motornya di tempat biasa, lalu ia mulai keluar dari kendaraan beroda empat itu, dan dilanjutkan melangkah kaki dengan cepat.

Weeby baru ingat kalau hari ini akan diadakan ulangan, sungguh sial nasibnya. Weeby sama sekali tidak belajar semalam, ia hanya asik memikirkan Resti dan segala kemungkinan-kemungkinanmya kalau ia  hamil.

Tak sadar, Weeby sudah berdecak sembari menggerutu tak jelas, entah cara apa yang dilakukannya nanti saat ulangan. Sekarang Marcell sudah tidak ada di sampingnya, dan otomatis Weeby tidak bisa mencontek ulangan milik cowok itu.

Begitu pijakan kaki Weeby sudah berada di depan kelas, seketika Weeby menelan ludahnya dengan susah payah saat melihat teman-teman kelasnya sudah asik bergelut dengan buku yang ada di bangku masing-masing.

Semua mendadak rajin, ruang kelas pun seakan seperti kuburan, sunyi dan sepi. Tanpa ada suara sedikitpun. Yang sedari telinga Weeby tangkap adalah suara embusan napas gusar dan lembaran buku yang dibolak-balik.

Saat Weeby berjalan ke arah bangkunya pun, semua siswa tidak ada yang menoleh, sangat fokus pada ulangan kali ini. Weeby tahu, ini adalah ulangan yang diadakan oleh Pak Subroto, guru matematika yang terkenal killer itu.

Sekali ketahuan mencontek, beliau tak segan-segan akan merampas kertas milik siswa yang mencontek, tidak sampai di titik itu, Pak Subroto akan menyobek kertas ulangan hingga menjadi beberapa keping. Masih ada satu lagi, beliau akan murka dan marah besar tentunya. Dan guru itu tentunya bakal mengeluarkan siswa tersebut dari dalam kelas.

Membayangkan itu, nyali Weeby mendadak ciut, ia menelan salivanya susah payah. Weeby segera duduk di bangkunya, Uti pun tampak tidak terkecoh atau sekadar menoleh saat Weeby mendaratkan bokongnya dikursi.

Weeby tidak ingin mengganggu Uti, biarlah cewek gemuk itu fokus pada belajarnya. Weeby tidak langsung membuka buku seperti siswa yang lain. menurutnya, bila dirinya melakukan hal itu, percuma saja karena materi yang baru saja diambil tidak akan terekam diotaknya.

Sepuluh menit setelah Weeby duduk dengan nyaman, tiba-tiba saja aura kelas menjadi semakin mencengkam saat Pak Subroto berjalan dengan rahang tegas memasuki ruang kelas.

Semua diam, menyaksikan gerak gerik guru killer itu. Pak Subroto lalu mengucapkan salam singkat dan dilanjutkan membagi kertas ulangan pada semua siswa.

Soal yang guru matematika itu bagikan terdiri dari tiga tipe soal berbeda, hanya soalnya saja yang berbeda, namun cara dan rumusnya tetsp sama. Weeby hanya bisa membuang napasnya gusar, ia pasrah begitu saja.

Saat lembar soal dibagikan, Weeby mendapatkan tipe soal A, sementara Uti mendapatkan tipe soal C. Ish, Weeby spontan mencebikkan bibirnya kesal, sekarang ia tidak bisa mencontek Uti.

"Empat puluh lima menit seharusnya cukup untuk menyelesaikan semua soal yang bapak berikan, jangan nyontek kalo nggak mau nilainya kosong," ucap Pak Subroto dengan tegas, siapa yang mendengarnya pasti akan menelan ludahnya dengan takut.

Lima menit pertama, semua siswa asik mengisi jawaban soal yang dirasa benar, sementara Weeby hanya bisa celingukan, menatap teman kelas yang sangat rajin mengisi jawaban soal.

Too Late To Realize (END)Donde viven las historias. Descúbrelo ahora