9. Menyadari Sesuatu

5.4K 265 2
                                    

"Nih, gue udah seles—"

Setelah membersihkan tangan Weeby dengan bersih, Marcell langsung menoleh ke samping. Marcell tidak melanjutkan ucapannya karena sorot matanya kini terkunci dengan manik mata Weeby.

Mereka terus beradu pandang dalam diam. Namun, lima detik setelahnya, Marcell buru-buru membuang muka. Kenapa jadi seperti ini? Baru kali ini Marcell merasakan degup jantungnya yang memburu dengan cepat saat didekat Weeby. Marcell juga merasakan canggung dan kikuk.

"Yuk balik ke kelas!" Marcell dengan segera melepaskan tangan Weeby.

Tanpa menunggu lebih lama lagi, ia berjalan dengan cepat keluar dari toilet. Napasnya sedari tadi sudah susah dikeluarkan dari dalam paru-parunya.

Tubuhnya juga menghangat, bagaikan terkena aliran listrik kecil. Ah, Marcell sungguh bingung dan frustrasi saat ini. Apa yang dirasakannnya barusan? Kenapa dirinya merasa ada aura berbeda dari diri Weeby?

Tanpa menoleh ke belakang, Marcell buru-buru mempercepat langkahnya, ia tidak mau terlihat salah tingkah dihadapan Weeby. Selain itu, Marcell juga tidak mau jika tiba-tiba Weeby dapat menyusul dirinya.

"Marcell, tungguin gue!"

Teriakan Weeby itu mampu masuk ke gendang telinga Marcell, mendengar raungan suara itu membuat Marcell tercengang. Tanpa babibu lagi, ia semakin cepat melangkahkan kakinya.

Hal serupa juga dialami Weeby, ia merasa hatinya menghangat saat mendapati perlakuan lembut dari Marcell. Cowok itu sepertinya sangat tulus mengusap tangan Weeby saat di toilet tadi. Keseriusan wajah Marcell saat mencuci telapak tangannya akibat kena kotoran kelelawar juga membuat Weeby tersipu.

"Ih, kenapa lo tinggalin gue sih?" Setelah menyeimbangi derap langkah kaki Marcell, dengan spontan Weeby mencubit lengan Marcell dengan kuat.

Tidak ada reaksi apa-apa. Marcell tetap diam sembari melanjutkan jalannya. Aneh? Tentu saja. Biasanya mereka akan terus berantem layaknya Tom and Jerry. Namun, kali ini sikap Marcell sungguh berbeda. Ada apa dengan cowok itu? Kerausakan arwah apa?

Weeby malah tidak suka jika Marcell cuek seperti ini, ia lebih suka dengan sikap Marcell yang dulu, usil dan selalu menyebalkan. Itu lebih baik daripada kali ini.

Tidak sadar, Weeby sudah mengerucutkan bibirnya ke depan. "Marcell, lo marah sama gue?" tanya Weeby dengan nada lirih, air mukanya sepenuhnya terekspos ke arah Marcell.

Ya, gue marah sama lo karena bikin jantung gue mau copot, batin Marcell mengatakan itu.

"Nggak!" balas Marcell tegas dan keras.

"Ih Marcell, kok lo jadi gini sih? Di toilet tadi lo kesambet arwah apaan coba?"
Weeby berujar kembali sembari mengangkat salah satu alisnya.

"Gue nggak marah sama lo By, udalah ah!" Marcell berucap lirih, lalu ia semakin cepat melenggang ke depan.

Weeby memberhentikan langkah kakinya, manik matanya menatap punggung Marcell yang semakin lama semakin mengecil. Cowok itu sudah menyita otak Weeby untuk berpikir keras.

Setelah sampai di dalam kelas, Weeby langsung dihujani pertanyaan dari temannya..

"By, lo nggak pa-pa, kan? Marcell nggak apa-apain lo di UKS, kan?" tanya Kenya yang kini sudah duduk di hadapan Weeby.

Weeby sekilas melirik Marcell yang duduk disampingnya. Cowok itu sedang asik bergelut dengan ponselnya. Dari samping, Weeby dapat melihat wajahnya yang tampan. Ish, kenapa Weeby baru menyadari akhir-akhir ini kalau wajah Marcell sungguh kelewat tampan?

Weeby kembali menoleh ke Kenya yang sebelumnya meminta jawaban darinya, Weeby tersenyum kecut, "nggak kok, aman gue Nya."

Hanya itu jawaban yang mampu Weeby berikan, selebihnya ia kembali menatap wahah Marcell dalam diam.

Too Late To Realize (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang