Fish Cake_2

718 106 3
                                    

Original by Chanie

.

Fish Cake pt.2

-play with music-

Enjoy!!

.

.

            "Namjoon-ah, kau sudah sadar?"


Suara Seokjin adalah yang pertama kudengar. Aku tidak yakin aku berada di mana. Seluruh pandanganku hanya berisi Seokjin saja. "Apa kepalamu terasa pusing?"

Seokjin tampaknya khawatir. Aku berusaha tersenyum untuk tidak membuatnya terlalu khawatir. Aku berusaha mengembalikan pola napasku yang terasa berat entah mengapa. Aku selalu begitu setiap bangun dari pingsan—seingatku.

"Ini, minum dulu."

Seokjin mengulurkan botol minum, sepertinya itu miliknya. Aku tidak punya botol minum seperti itu. Lebih tepatnya, aku tidak pernah punya. Aku tidak pernah bawa minum sendiri. Entah—malas saja.

Aku menerima botol minum itu, dan meminumnya hingga separuh. Tenggorokanku terasa kering. Berapa lama aku tertidur?

"Sekolah sudah selesai, Namjoon."

Aku baru saja mau menanyakan itu, tapi Seokjin seolah bisa membaca pikiranku. Aku terkejut, tapi bukan karena hal itu. Aku terkejut dia mengetahui namaku.

"Kim Namjoon, kan?" Aku terhenyak ketika jari telunjuknya menunjuk seragamku. Kemudian kurasakan pipiku memanas untuk sejenak. Benar juga, dia pasti tahu dari nametag yang aku pakai. Ah, bodohnya aku!

"Temanmu em, siapa ya tadi—"

"Hoseok?" tanyaku.

"Ya! Dan Jackson, mereka menitipkanmu padaku karena sepertinya ada urusan penting. Ah, jangan kesal pada mereka. Sebelum aku datang, mereka bergantian menungguimu—membolos begitu."

Aku hanya bisa menghela napas. Mana mungkin aku bisa kesal pada mereka? Aku jelas tahu kalau Hoseok hari ini ada kelas panahan. Jackson pasti juga ada latihan anggar. Kudengar dia akan ikut turnamen nasional musim depan.

"Nah, Namjoon? Apa kau sudah baikan sekarang?"

"Eh?" Seokjin menatapku, tampaknya penasaran. Aku cepat-cepat mengangguk mengiyakan.

"Kalau begitu, ayo pulang."

.

-Fish Cake-

.

Seokjin mengantarku pulang hingga ke halte terdekat. Kami sempat mampir ke warung di pinggir jalan untuk mencari makanan ringan. Seokjin membeli Eomuk, aku semakin yakin kalau dia sangat menyukai makanan itu. Dia membeli tiga, dan semuanya tampak sangat ia nikmati ketika menghabiskannya.

Ah, sayang sekali... Aku tidak suka Eomuk. Aku bisa makan, tapi aku tidak menyukai Eomuk. Aku selalu heran mengapa banyak orang yang suka. Tapi, karena itu Seokjin, aku tidak perlu bertanya mengapa.

Aku tidak membeli Eomuk. Aku membeli tteok.

"Oh, kau tidak beli Eomuk?" Aku sedikit terkejut ketika Seokjin tiba-tiba bertanya. Aku hanya menggeleng untuk menjawabnya.

Aku dan Seokjin memakan makanan yang kami beli sembari menunggu bus yang membawaku pulang. Kami makan dalam diam. Hanya suara kunyahan dan denyut jantungku yang terdengar—haha. Ya, aku sangat berdebar-debar. Aku tidak pernah bermimpi untuk bisa duduk bersebelahan dan menikmati sore sembari memakan makanan pinggir jalan bersama Seokjin seperti ini.

"Hey." Seokjin memanggilku, kulihat tangannya mengulurkan sesuatu. "Kau mau?"

Seokjin menawarkan Eomuknya padaku. Dengan senang hati aku menolak, tentu saja. Aku sedikit tidak enak hati menolak tawarannya. Namun demikian, aku senang sekali. Ternyata Seokjin baik sekali.

"Buka mulutmu!"

"He?" Aku terkejut, Seokjin masih belum menyerah ternyata. Tangannya masih mengudara, menyodorkan Eomuknya ke arah mulutmu.


"Aaa..."


Oh, astaga. Seandainya itu bukan Eomuk!

"Ah, Namjoon. Tanganku pegal, ayo buka mulutmu!"

Aku tidak yakin bagaimana ekspresiku sekarang. Aku mulai merasakan wajahku memanas. Apakah aku sudah sangat merona? Jantungku berdegup begitu cepat. Seokjin benar-benar tampak menggemaskan!

"I-itu... Ashh!"

Baiklah, aku menerima suapan itu. Aku tidak melihat bagaimana ekspresi Seokjin sekarang. Aku sangat malu. Aku tidak peduli lagi bagaimana rasa tidak sukaku pada eomuk. Aku berdoa aku tidak memuntahkannya hari ini.

Aku mendengar suara tawa dari sebelahku. Aku yakin itu suara Seokjin. Apa dia menertawakanku? Aku ragu untuk menatapnya, tapi ah.. dia benar-benar tertawa karenaku. Dia tampak senang, aku tidak merasa terhina. Jantungku justru berdegup lebih cepat sekarang...

"Kau manis sekali!"

Seokjin tertawa lagi. Tidak peduli betapa terkejutnya aku dipuji seperti itu. Ah, aku bisa gila. Kurasa, ikut tertawa dengannya sambil menahan malu tidak masalah. Aku tidak ingin meledak sendirian. Haha.

"Ahah... Hey, kau mau lagi?"

Aku sontak menggeleng. Seokjin menawarkan lagi sisa eomuknya. "T-teokku masih banyak," jawabku, menunjuk tteok yang tinggal separuh.

"Oh, atau kau mau kusuapi?"

Aku menggeleng lagi. Sungguh, kenapa Seokjin pantang menyerah pada manusia seperti aku ini? Aku menghela lelah.

"Hm... Maafkan aku. Apa kau terganggu dengan sikapku?" Aku terkejut, menggeleng segera.

"T-tidak! Mengapa berpikir begitu?" tanyaku. Seokjin justru menatapku.

"Aku hanya tidak ingin makan enak sendirian." Kemudian kulihat senyumnya mengerucut. "Aku berpikir, apa seharusnya aku menawarimu untuk meminjam uangku? Aku tidak tahu kalau uangmu kurang. Tidak enak jika aku makan makanan enak sendirian."

Seokjin pasti sangat menyukai eomuk. Dia menyebutnya makanan enak. Ah, manisnya. Aku tidak tahan untuk tertawa.

"Ahaha..."

Aku melihatnya mengerutkan kening ke arahku. Ah, apa dia kesal? Tapi, dia sangat manis. Aku bahkan menahan diri untuk tidak menyentuh pipinya yang bersemu merah.

Aku mulai menghentikan tawaku. Aku memberanikan diri untuk menatap matanya. Kasihan juga kalau dia salah paham begitu. Aku pun mencoba menjelaskan mengapa aku tidak membeli eomuk, bahkan sungkan untuk memakan tawarannya. Kemudian, kulihat mata Seokjin membesar, dan semu merah di pipinya mulai terlihat saat kujelaskan alasanku.



"Aku... tidak terlalu suka eomuk."



tbc

Mind to Review?

Salam!

Scramblegg__

Point of View -NAMJIN-Where stories live. Discover now