Maybe (Oneshoot)

456 33 2
                                    


Disclaimer: Fiksi, tidak ada maksud merendahkan siapapun. Original dari Chanie. Apabila ada kesamaan nama, tempat, waktu, peristiwa merupakan kebetulan. Terinspirasi dari Angin Pagi, dan Lagu Maybe (Tabun) - YOASOBI.



Play music lebih seru!


ENJOY


Alarm berbunyi nyaring menyambut sinar mentari yang menyusup tanpa izin. Tidak terima dikira pencuri, sinar hangat itu hanya beralasan bahwa ini sudah pagi. Penghuni ruangan harus bangun lagi.

Seokjin mendengar keributan yang menarik sadarnya dari mimpi. Usai menguap sesekali, ia regangkan otot-otot sesekali sebelum menguap lagi. Pertengkaran dalam ruangan masih terjadi, Seokjin dengan malas bergerak menengahi. Ia tepuk jam kecil yang berteriak dari tadi. Ia juga sibak tirai yang menjadi jalan masuk si penyusup tadi.

Seokjin tersenyum lelah, ah apakah ia bangun terlalu pagi? Tapi, si penyusup yang disambut sudah berterima kasih sejak tadi. Seokjin tahu bahwa selimutnya sudah sungkan memeluknya lagi.

"Bangunlah" seakan itu kalimat penolakan yang ia terima. Jam kecil juga tidak ingin bertengkar. Seokjin menguap sekali lagi. Seokjin kemudian menghampiri kamar mandi. Ia bersihkan sisa-sisa pergulatan malam yang menyelimuti. Ia sikat juga kejenuhan dalam rongga mulutnya yang hanya diam saat ia pergi ke dunia mimpi.

"Hai, Seokjin. Aku akan menyegarkanmu lagi" mungkin itu yang diucap si pasta gigi. Seokjin hanya diam, tidak peduli. Hanya sesaat, sudut matanya menangkap cangkir yang berdiri sendiri. Ia lanjutkan kegiatan bersih diri sebelum menemui dapur untuk menarik laci.

Dalam laci itu terdapat beberapa stock minuman kemasan, salah satunya berjenis kopi. Minuman panas Akan tetapi, Seokjin meraih sachet yang satunya lagi. Perut Seokjin sedang sungkan bertemu kopi saat pagi. Seokjin memilih sachet teh harum bunga melati. Tidak lupa, ia tambahkan juga gula dengan sendok kecil beberapa kali.

"Teh hangat saat pagi!" dapurnya menyambut lagi. Seokjin menarik kursi kecil sembari menenteng cangkir teh melati di tangan kiri. Tirai di sebelah meja mini ini sudah ia sibak tadi. Dengan suka hati mereka berikan pemandangan kota Seoul saat pagi.

Seokjin mengaduk gula dalam teh melati. Ujung indranya membau aroma melati+ yang tersenyum lembut padanya saat ini. "Apa tidurmu baik?" bahkan suaranya lebih lembut lagi. Seokjin hanya menghela napas, lalu bersiap menyesap kehangatan dari minuman ini. Tidak ada yang bicara ketika perpaduan minuman hangat dan aroma melati tegah bekerja. Mereka hanya diam menyaksikan saraf-saraf Seokjin yang ditenangkan. Pagi hari dimulai dengan ketenangan, bukan? Namun demikian, ujung pandangnya berhenti pada sudut meja kecil ini.

"Apa yang kamu cari?" aroma melati bertanya lagi. Bola-bola lampu ruangan ini sudah tidur lagi. Aroma melati mengetuk meja kecil yang hanya diam sendiri. Namun, sebelum ia bertanya, sudut mata Seokjin memerah tanpa diketahui. Hela napasnya terdengar, lebih kasar kali ini.

Tidak ada kalimat yang terucap sama sekali. Aroma melati dan meja kecil tetap tidak mengerti. Seokjin memilih kembali menyesap tehnya lagi. Ia tidak menjelaskan apapun pada hampa ruangan yang menyimpan memori. Oleh karena mereka benda mati, Seokjin memilih diam dan menyimpannya sendiri.

"Semoga harimu baik hari ini" hanya mereka ucap sebagai basa-basi. Seokjin membangunkan beberapa hal seperti laptop dan internet ruangan untuk briefing agendanya sendiri. Pintu-pintu dan almari hanya diam menemani. Ketika jam dinding menyebutkan pukul tujuh pagi, Seokjin beranjak untuk melakukan hal lain lagi.

Point of View -NAMJIN-Where stories live. Discover now