Permulaan

1.8K 44 1
                                    

BAGAIMANA JADINYA Seorang lelaki yang sudah kamu dambakan selama dua tahun lebih dan selalu memberimu dukungan dalam menciptakan karya-karya hebat malah menjadi orang yang paling kamu benci dan ingin sekali menghilangkannya? Walaupun didalam agama...

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.


BAGAIMANA JADINYA Seorang lelaki yang sudah kamu dambakan selama dua tahun lebih dan selalu memberimu dukungan dalam menciptakan karya-karya hebat malah menjadi orang yang paling kamu benci dan ingin sekali menghilangkannya? Walaupun didalam agama tidak boleh membenci seseorang, tapi bagaimana jadinya jika orang itu yang menyebabkanmu terjebak dalam skandal memalukan yang di ketahui seluruh jurusan?

Dialah Elora Aelyn, seorang mahasiswi jurusan seni rupa, merasa dunianya runtuh ketika cinta yang dia ungkapkan kepada seorang seniornya di hadapan umum dengan penuh harapan akhirnya ditolak secara memalukan. Pemandangan itu seperti lukisan yang tiba-tiba rusak di bawah sinar matahari terang. Kedengarannya tawa dan bisikan-bisikan yang mengisahkan insiden itu menjadi topik pembicaraan di seluruh jurusan, dan Ael merasa seperti sebuah karya seni yang terpajang di galeri tanpa ada tempat untuk bersembunyi. 

Bahkan kata-katanya masih terlintas di kepala Ael; Maaf sebenarnya aku tidak bermaksud membuatmu berharap padaku aku hanya memanfaatkanmu untuk membantuku menyelesaikan tugas, ucapnya waktu itu.

Dalam usaha untuk mengatasi rasa malu dan kekecewaannya, Ael memutuskan untuk melakukan perubahan drastis. Dia telah menyiapkan dirinya untuk melanjutkan pendidikannya di luar negeri, tepatnya di New York City, Amerika Serikat. Sebuah universitas terkenal yang juga berkerja sama dengan kampusnya. Bahkan kesiapannya bukan hanya dalam hal akademis, tetapi juga secara finansial berkat beasiswa penuh yang berhasil dia dapatkan. Namun, di tengah persiapan dan kegembiraan, ada rasa takut yang menyelinap dalam pikiran Ael.

Hari keberangkatan akhirnya tiba. Aelyn berdiri di bandara dengan raut wajah campuran antara antusiasme dan kekhawatiran. Saat dia melihat orang tuanya, Gionino dan Chessy kedua kakanya itu berdiri di sampingnya, rasa haru dan cinta yang mendalam menyatu dalam hatinya. Mereka memberinya dukungan penuh meskipun terpisah oleh jarak yang jauh.

Namun, yang paling berat adalah momen berpisah dengan Winter, sahabatnya yang telah berada di sampingnya sejak awal perjalanan seninya. Mereka duduk di bangku taman dekat bandara, mata berkaca-kaca. Winter menatap wajah Aelyn dalam, "Kamu tahu, Ael, dunia di luar sana menantimu. Kamu memiliki bakat yang luar biasa, dan aku yakin kamu akan bersinar di sana."

Aelyn tersenyum lemah, membiarkan air mata mengalir di pipinya. "Aku takut, Win. Takut berpisah denganmu, dengan keluargaku, dengan semuanya yang telah menjadi bagian hidupku. Tapi aku gak bisa mereka menghakimiku hanya karena satu kesalahan itu"

Winter menepuk pundak Ael dengan lembut. "Ketakutan itu wajar, tapi jangan biarkan itu menghalangi impianmu. Aku selalu ada di sini untukmu, meskipun jarak memisahkan kita."

Dengan perasaan campuran antara berat hati dan harapan baru, Aelyn akhirnya berangkat menuju New York City. Dia tahu bahwa perjalanan ini adalah awal dari babak baru dalam hidupnya, dan walaupun takut dan rindu akan selalu ada, dia siap untuk menghadapinya dengan tekad dan semangat yang baru ditemukan.

Bahkan keberangkatannya yang mendadak ini, membuatnya jadi tidak bisa menghadiri acara pernikahan sang kakak Chessy. Tapi, dia harus segera pergi. Bahkan Ael memutuskan menonaktifkan sleuruh sosial medianya dan juga mengganti nomor ponselnya dengan nomor baru. 

Selama di pesawat, Aelyn tidak henti-hentinya menangis. Mengingat betapa mengerikannya mulut orang-orang yang begitu dia percayai mengcemoohnya hanya karena seorang lelaki yang mereka anggap seperti dewa di dunia seni. Karena rasa kantuk pada akhirnya Aelyn tertidur juga. 

Dia kembali terbangun menyadari dia harus melakukan transit di Qatar sebelum menuju New York. Aelyn memutuskan untuk berjalan-jalan sejenak di Doha international Airport selama menunggu keberangkatannya yang memakan waktu sejam lagi. Selama berjalan-jalannya itu Ael menghubungi orang tuanya. Kebahagiaan kembali terpancar di wajahnya walau tidak menutupi mata sembabnya itu. 

"Ael...jangan nangis terus ya nanti disana, mama gak mau kamu malah jadi sakit" Aelyn mengangguk. Dia tersenyum menatap layar ponselnya yang menampilkan panggilan video dari sang mama. 

"Ma, nanti lagi ya Ael mau cari makan dulu" dia mematikan panggilan dan kembali melanjutkan berkeliling menuju foodcourt yang ada di bandara. Hidungnya dimanjakan oleh aroma kebab yang khas. Dia mendekati gerai kebab yang tengah memasak kebabnya. 

"Selamat datang, silahkan mau yang mana" ucap orang didepannya dengan bahasa inggris khas timur tengahnya. 

"Kebab dading, asap dengan extra keju" orang itu mengangguk. Sambil menunggu Ael mengambil air mineral di lemari pendingin. Dan memutuskan duduk disalah satu kursi. Dia merapikan hijabnya yang mulai berantakan dan menatap wajahnya yang mengerikan di layar ponselnya. 

"Ya ampun. Kok ngeri banget nih wajah" dia tertawa negejek diri sendiri. Dalam momen diamnya itu matanya tanpa sengaja dimanjakan oleh dua orang lelaki dan satu orang anak berwajah khas blasteran korea bule. Dia tersenyum saat melihat anaknya yang meledek sang ayah dan berlari kesembarang arah. 

Ael merasa sedikit terhibur, "Permisi nona, ini makanannya" seorang waitres memberikan satu nampan berisikan kebab dan kentang goreng. Ael spontan memanggil waitres tadi karena dia merasa tidak memesan ketang. 

"Maaf, tapi saya tidak memesan kentang" wanita tua pemilik gerai itu tersenyum. Lalu mendekati Ael. 

"Saya ingin bersedekah, karena hari ini adalah hari ulang tahun anak saya yang sudah lama meninggal. Dan senyumanmu mengingatkanku dengannya" Aelyn tertegun mendengarnya, dia pun menerima dengan senang hati dan berterima kasih banyak. 

Selesai memakan kebab dan kentang gorengnya, Ael memutuskan untuk ketoilet sejenak untuk mencuci muka dan melaksanakan sholatnya musafir. Setelah selesai, Ael yang merasa lebih nyaman itu segera kembali ke gatenya karena penerbangan tinggal hitungan dua puluh menit. Dia segera melakukan check-in dan menuju pesawat. 

Dia menatap langit malam dengan hamparan bintang dilangit selama perjalanannya menuju cabin. Didalam pesawat dia disambut dengan ramah oleh beberapa pramugari. Ael mencari tempatnya. Dia segera mendudukan diri dan mulai mengistirahatkan tubuhnya. 

♪ TERIMA KASIH SUDAH MEMBACA 

♪ FYI CERITA INI SEBENARNYA CERITA LAMA YANG DI REMAKE DENGAN PEMBAWAAN YANG BERBEDA DAN LEBIH RINGAN SEMOGA SUKA! 

SerenityWhere stories live. Discover now