16. Racun Apa

1K 183 15
                                    


Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.


"Memangnya apa sih yang kulakukan?"

Jaehyun menatapku penuh penyesalan, "Kau meminum obat tidur dan racun secara bersamaan."

Oh. Tunggu. Apa katanya?



"He? R-racun?" Suaraku meninggi, "Racun apa? Aku--aku tidak menyentuh racun apapun." Aku menggeleng dengan cepat.

Suasana menjadi sunyi. Suaraku barusan seperti memadamkan hal-hal dalam ruangan. Kurasakan jemariku bergetar entah karena apa.


Doyoung hyung menggenggam tanganku dengan kedua tangannya.

"Malam itu Bibi Victoria menelponku. Ia mengatakan bahwa kau tidak sadarkan diri dengan mulut berbusa.

"Jadi kami semua segera ke sana. Kau memejamkan mata sambil telentang di kasur. Di samping kasurmu ada obat tidur dan racun yang hampir habis."

Doyoung hyung mengatakannya dengan mata yang berkaca-kaca. Sekali berkedip, bulir bening dan tulus itu bisa jatuh kapan saja.

Namun aku benar-benar tidak mengerti. Racun apa yang mereka katakan.

"Tidak, aku tidak melakukan itu. Aku tidak punya racun apapun." Kembali aku mengelak. Suaraku jadi semakin lirih.

Sembilan orang di hadapanku menatapku sendu.

Mereka pasti mengira aku mencoba bunuh diri karena selisih pahamku dan Jungwoo tentang posisi itu. Padahal hey, aku tidak selemah itu hingga harus menelan barang kimia berbahaya. Aku bahkan tidak kesal pada Jungwoo. Jadi aku tidak memerlukan alasan apapun untuk bunuh diri.


"Aku tidak melakukannya." Aku menggeleng penuh keyakinan. Yakin sekali. Bahkan aku tidak pernah seyakin ini sebelumnya.

Kucoba untuk fokus. Berkonsentrasi pada apa yang sebelumnya terjadi, pada apa yang kulewatkan. Tapi sungguh tidak ada yang kulupakan.

Aku hanya pulang, makan malam bersama Bibi Victoria, dan karena tiba-tiba mengantuk, aku pergi ke kamar dan tertidur. Tidak lama kemudian aku terbangun dan sangat pusing. Lalu saat hendak mengambil obat, yang ada di tanganku justru obat tidur. Namun kesadaranku perlahan hilang sebelum aku meminum pil itu. Aku tidak meminum obat apapun.

Benar. Hanya itu.

Pulang. Makan malam. Bibi memasak udang asam dan aku yang menghabiskannya. Lalu tidur. Pusing. dan Tidur lagi.

Tapi mengapa aku bisa ditemukan tergeletak dengan mulut berbusa?


Aku hanya pulang.

Makan.

Udang buatan bibi sangat enak dan rasanya pas sekali--

--tunggu.

Udang bumbu asam buatan bibi Victoria. Hanya aku yang memakannya. Bibi hanya tersenyum karena ia alergi seafood.

Udang itu... mungkinkah...

Udang asam itu adalah jawabannya?



Tiba-tiba aku teringat sesuatu.

Suara tawa melengking yang amat panjang, yang saat itu menyertai ketidak-sadaranku.


Itu suara bibi.





Itu suara bibi

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.


2 chapter lagi dan tamat gaes.. heheheh. Semangat kuyy💚



Hi ! •winwin&nct127•✔Where stories live. Discover now