3. Aquamarine

5.9K 975 186
                                    

Hari ini adalah hari jum'at, itu berarti SMA Nirwana pagi ini akan melaksanakan kegiatan senam. Dan hari ini adalah jum'at kedua pada bulan ini, jadi jadwal bagi seluruh murid jurusan IPS untuk mengikuti senam. Namun dari 385 jumlah murid IPS, di lapangan kini hanya ada kurang lebih 300 murid saja, diantaranya lebih memilih untuk membolos daripada harus mengikuti gerakan senam yang menurut mereka sedikit lebay.

"Gue emang syantik selalu!"

Dita mengibaskan rambut barunya yang bercat ombre aquamarine dengan gaya centilnya. Hari ini penampilannya terlihat berbeda, selain rambutnya—ia juga memakai lensa kontak berwarna aquamarine yang membuat penampilannya terlihat semakin cantik. Orang-orang yang lewat kompak memusatkan perhatian kepada cewek itu, ada yang terpesona, adapula yang merasa iri.

"Ntar dihukum guru lho, Dit!" ucap Adara yang kurang suka dengan rambut Dita yang diwarnai. Peraturan di sekolah tidak membolehkan siswa-siswinya untuk mewarnai rambut, bisa gawat kalau ketahuan guru!

"Kalau dihukum, ya tinggal dijalanin! Gitu doang kok repot!" jawab Dita santai. Kaki jenjangnya melangkah mencari posisi di antara cewek-cewek lain yang bersiap untuk mengikuti senam.

"Eh, Dar! Galen mana? Kalian sekelas kan?" Ambrita, cewek kelas sebelah menyenggol lengan Adara.

Sebelum Adara menjawab, Dita sudah terlebih dahulu menyahut ketus,"Ngapain lo cari pacar gue? Mau jadi pelakor?"

"Dih, santai dong! Gitu aja ngegas!" balas Ambrita dengan mata mendelik sebal. Sebelum akhirnya cewek itu beralih ke teman-temannya.

Dita sendiri mengusap rambutnya sambil mengerutkan dahi. Ia baru sadar kalau sedari kelas sampai ke lapangan, ia belum melihat sosok Galen sama sekali. Kira-kira dimana pangeran es itu?

"Tolong baris dengan benar! Kalian bukan lagi anak TK!"

Di sudut lapangan, Pak Sabar tampak mengomel kepada barisan cowok yang malah duduk-duduk dan bermain ponsel. Sudah tidak memakai seragam olahraga lengkap, ini malah berbaris saja susah!

"Lha yang bilang kalo kita anak TK siapa, pak?" Juna menyahut.

"Berani kamu ngelawan guru?"

"Berani dong, pak! Juna kan takutnya cuma sama yang di atas!"

"Juna!"

"Udah pak, seret aja tuh makhluk ke ruang BK! Ngotorin pemandangan aja!" teriak Dita yang posisinya tidak terlalu jauh.

Adara yang mendengarnya hanya bisa menghela napas. Kenapa Dita harus ikut campur, itu pasti akan membuat perhatian Pak Sabar akan teralih dan...

"Dita, kamu apakan rambutmu?!" teriak Pak Sabar garang.

Mampus!

"Oh wahai bidadariku! Engkau terlihat semakin cantik dengan rambut barumu itu." Juna terpana dan tanda cinta tampak terlukis di manik matanya.

"Dita dan Juna, setelah senam selesai, kalian temui bapak di ruang guru!" Pak Sabar yang mulai lelah menghadapi tingkah laku muridnya, akhirnya lebih memilih untuk segera pergi.

"Jauh-jauh lo sana!" usir Dita ketika Juna menunjukkan tanda-tanda mau mendekatinya. "Gue nggak mau ketularan virus bodoh dari elo!"

Dan tidak seperti biasanya, Juna mengurungkan niatnya dan tetap diam di tempat dengan tampang bodohnya. Adara yang melihatnya tampak tertawa sambil menepuk lengan Dita.

Dan Dita sendiri hanya menyilangkan kedua tangannya di dada. Tanpa menyadari bahwa sepasang mata hitam kelam sudah mengawasinya sedari tadi dari sudut paling gelap.

°_°_°_°_°_°_°_°_°_°_°_°_°_°_°

Hari ini sungguh hari yang menyebalkan bagi Dita. Selain karena mendapat hukuman membersihkan toilet, ia juga tidak melihat Galen seharian ini. Galen tidak masuk sekolah!

Dengan lesu, Dita mengaduk lemon tea miliknya tanpa berniat untuk meminumnya. Di kantin yang ramai ini, ia hanya duduk sendirian karena Adara sedang pergi ke toilet. Sepiring nasi goreng di depannya sudah hilang kehangatannya sehingga membuat daya tariknya berkurang. Nafsu makan Dita menghilang sedari pagi, tapi dengan bodohnya ia malah memesan makanan.

"Sendirian, Dit?"

Mata Dita langsung melirik ganas ke arah Diki yang baru saja menyapanya. "Udah tahu, masih aja nanya!"

Diki, ketua basket sekaligus mantan dari Dita ini tampak mengulas senyum kecut. "Gue kangen banget sama lo, Dit. Gue kangen kebersamaan kita dulu."

"Terus gue harus peduli gitu? Gue aja hampir lupa kalo kita pernah pacaran." jawab Dita blak-blakan.

Sekali lagi Diki tersenyum kecut, sorot matanya tersirat rasa kecewa dan juga rindu yang bercampur menjadi satu. "Semoga lo selalu bahagia, Dit."

Sebelum Dita menjawab, Diki sudah terlebih dahulu pergi. Meninggalkan Dita yang tampak acuh tak acuh di tempatnya. Di antara kesekian banyak mantannya, Dita akui kalau Diki adalah yang paling susah move on. Salah sendiri siapa suruh jatuh cinta sama dirinya!

Di tengah lamunan Dita, seseorang tiba-tiba datang tanpa suara dan menempatkan diri di sebelah Dita, membuat cewek itu menoleh dan langsung terhenyak.

"Ga-galen?"

Mata Dita membulat kaget. Wtf! Kenapa Galen tiba-tiba bisa berada disini? Mana ganteng banget lagi!

"Sedari pagi kok gue belum liat elo? Tadi juga lo nggak masuk ke kelas?" tanya Dita beruntun.

"Baru masuk." jawab Galen datar. Matanya menelisik penampilan Dita dengan pandangannya yang tajam.

Membuat Dita merasa kurang nyaman karena ditatap sedemikian rupa. Memang hari ini Galen terlihat sangat keren dengan rambutnya yang sedikit berantakan, dan itu membuat hati Dita berdesir. Bukan hanya Dita saja, tapi semua cewek yang berada di kantin.

"Kenapa lo liatin gue terus?" Dita mengerjapkan matanya bingung. Apa karena penampilannya yang berubah?

"Cantik."

Satu kata yang keluar dari bibir Galen langsung membuat jantung Dita seakan berhenti berdetak. Matanya mengerjap tak percaya, apakah ia salah dengar? Galen memujinya?!

Namun walaupun berkata seperti itu, ekspresi wajah Galen tetap datar dan dingin. Matanya juga belum beralih sama sekali dari wajah—tidak, lebih tepatnya dari mata Dita.

"Gu-gue kan emang cantik!" Dita tergagap akibat rasa gugup yang tiba-tiba menerpanya. Sial! Galen hanya memujinya cantik, tapi kenapa ia bisa sampai segugup ini!

Dita tampak salah tingkah di tempatnya, sedangkan Galen sendiri tampak acuh tak acuh dengan pandangan yang sekilas tersirat rasa sedih—tapi itu tak bertahan lama.

"Nomor."
Galen mengulurkan ponselnya kepada Dita.

Wtf!

Dita menganga di tempat. Galen meminta nomornya?!

"Se-serius?" tanya Dita tak percaya. Tapi ia tak menunggu jawaban dari Galen, dan langsung mengetikkan nomornya pada ponsel cowok itu.

Setelah menerima ponselnya, Galen langsung menjalankan kursi rodanya pergi tanpa mengucapkan sepatah kata lagi.

Dita sendiri tertegun di tempat. Sebelum Galen pergi, ia bisa merasakan belaian tangan seseorang pada rambutnya yang diwarnai. Tanpa menoleh, ia tahu kalau Galen lah yang membelai rambutnya.

Wtf! Apakah mata dan rambut aquamarine ini membawa keberuntungan?!

-----------------------------------------
Tbc.

Maafkeun aku yang udah lebih dari 1 bulan belum up 🙏

Frozen's LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang