5. Tragedi Rooftop

4.2K 774 334
                                    

Bukan sulap, bukan sihir, Galen benar-benar nggak mikir!

Dita sampai sekarang masih terasa jantungan dengan otak yang terkadang nge-blank. Aktivitasnya terganggu dan menjadi sering melakukan kesalahan kecil. Seperti tadi, ia memeluk Pak Sabar yang ia kira adalah Adara. Niat mau curhat, akhirnya malah dapat ceramahan sepanjang jalan tol!

"Bapak nggak ngira ternyata kamu doyan sama yang lebih tua, Dita. Tapi maaf-maaf saja, bapak masih setia sama istri bapak. Bapak nggak doyan daun muda, jadi mending kamu cari yang lain saja."

Mata Dita kontan mendelik. Sedangkan Adara di sebelahnya tampak tergelak.

"Dih, asal bapak tahu ya, gue itu niatnya mau meluk Adara, bukan bapak." Dita bersungut-sungut dan melipat kedua tangannya di dada."Lagipula siapa juga yang doyan sama orang tua kek bapak, udah cerewet, sok kepedean lagi!"

Perkataan Dita alhasil membuat Pak Sabar mulai tersulut emosi. Ia menunjuk Dita, "Dita, yang sopan kamu sama orang tua! Saya itu guru kamu!"

"Gimana mau sopan, bapaknya aja sih yang kepedean, jadi males gue!" Dita menjawab santai.

"Cabut, Dar!"

Tanpa mendengarkan Pak Sabar yang kembali mengomel, Dita mengajak Adara pergi menelusuri koridor kelas 10. Dita pergi kesini karena iseng, siapa tahu ia bertemu dengan adik kelas yang songong, itung-itung bisa dijadiin pelampiasan!

"Nggak ada yang songong kayaknya, Dit. Cupu semua nih!" Celetuk Adara ketika setiap adik kelas yang berpapasan dengan mereka menunduk takut.

"Mata lo! Liat noh!"
Dita menunjuk ke belakang dengan dagunya. 

Dan Adara spontan menoleh ke belakang. Dia bisa melihat adik kelas cupu yang melewatinya tadi kini menatapnya sinis sambil berbisik-bisik. Adara mendelik dan mengacungkan jari tengah hingga membuat mereka terdiam seketika.

"Adik kelas itu awalnya aja cupu, lama-kelamaan juga jadi bitch. Songong, nggak nyadar posisi!"

Adara mengernyit kurang setuju. "Nggak semuanya songong kok, Dit."

"Masih punya telinga? Gue tadi nggak bilang 'semuanya', dodol!" Jawab Dita jutek.

Dan Adara hanya menghela napas. Sabar, Dar! Orang sabar disayang Tuhan. Lagipula lo harus inget kalau watak Dita memang sudah seperti ini sedari dulu.

"Btw, abis ini gue mau bolos. Males liat pelajaran yang isinya ngitung debit-kredit mulu, pusing kepala gue!"

"Tapi abis ini ada ulangan ekonomi, Dit." Ujar Adara kurang suka dengan kebiasaan Dita yang satu ini.

Dita mendengus. "Mau ikut apa engga juga nggak ngaruh, nilai tetep di bawah kkm!"

"Tapi kan—"

"Ah, diem lo. Gue mau ke rooftop, nyari angin. Bye!"

Tanpa menghiraukan lagi Adara, Dita melenggangkan kakinya pergi ke tangga menuju rooftop. Sebenarnya ini tidak juga bisa disebut sebagai tangga karena tidak ada undakan. Tapi tetap saja orang-orang menyebutnya sebagai tangga.

Semilir angin menerpa wajah Dita dan mengibarkan rambut Aquamarine miliknya. Rasanya sangat segar dan menenangkan hati daripada berada di dalam kelas yang sesak. Apalagi saat Dita tak sendiri di rooftop ini. Ada Galen cuy!

Okay, Dita harus merapikan penampilannya terlebih dahulu. Supaya Galen tambah klepek-klepek!

"Galen!" Sapa Dita yang dibalas dengan keterdiaman laki-laki itu.

Dita melangkah mendekat dan berdiri di samping Galen. Dari sini ia bisa melihat fitur wajah Galen dari samping yang benar-benar adonis. "Kenapa nggak masuk kelas?"

Lagi, Galen tak merespon.

Benar-benar sudah seperti patung hidup ini cowok!

"Kapan sih Len, lo ngomong panjang sama gue? Masih inget kan kalo kita pacaran?" Celetuk Dita. "Terus kemaren gue juga liat nama panggilan mama gue di ponsel lo namanya 'mama mertua'."

Dita berbicara panjang lebar dengan berkacak pinggang dari samping. Gesturnya tampak kesal dan juga mengeluh.

"You're nothing."

Suara berat milik Galen terdengar sangat dingin dan matanya melirik tajam Dita hingga membuat gadis itu bergidik. "Go away from my life, or I'll make you hurt."

Dita tertegun. Suara dan wajah Galen terlihat lebih dingin dan menyeramkan dari biasanya. Ia menelan ludahnya dengan susah payah, seraya menggenggam jarinya yang gemetar ketakutan.

"Nggak, gue nggak bakalan pergi!"

Namun Dita tak gentar. Ia mulai menyadari ada perasaan aneh yang mulai tumbuh dihatinya. Niat yang hanya ingin tahu, kini sudah berubah menjadi sebuah rasa yang tidak ia kira.

Galen tersenyum sinis, manik hitam kelam miliknya bergulir menatap fokus ke depan. Tangannya mencengkeram erat kursi roda hingga kuku-kuku jarinya memutih.

"I'm gay."

Hening.

Petir seolah menyambar Dita hingga membuatnya tersentak di tempat. Perkataan Galen sama sekali tak ia duga. Sedangkan Galen sendiri tampak acuh tak acuh dan membuang muka ke arah lain.

Dita tertawa kecil, "Lo kalo nyuruh gue pergi, nggak usah bohong pake bilang kalo lo itu gay."

Dita bergerak berjongkok di hadapan Galen yang kini menatapnya lurus. Ia memegang pipi Galen, "Kalaupun lo itu gay, gue bakalan bikin lo jadi straight lagi!"

Galen kembali tersenyum sinis sembari menepis tangan Dita. Ia memundurkan kursi rodanya dan berbalik pergi.

"Gue tahu lo bohong! Dan gue nggak bakalan ninggalin lo! Gue siap sakit asalkan bisa bareng sama lo!"

Teriakan dari Dita membuat Galen spontan terhenti di tempat. Aura dingin nan mengintimidasi mulai menyebar di seluruh rooftop dan membuat Dita reflek menggigil. Tapi tapi lama kemudian Galen menoleh ke belakang dan matanya menatap langsung Dita.

"Kalau begitu, You're officially my girlfriend now."

.
.
.
TBC.

Bisa tembus 300 komen, aku update besok sore 😎 promise ✌✌

Frozen's LoveWhere stories live. Discover now