13. Tak Terduga

5.6K 689 314
                                    

Malam ini adalah malam minggu. Langit gelap tanpa taburan bintang dan juga tidak ada tanda-tanda hujan, menjadi malam yang pas untuk sepasang kekasih menghabiskan waktu bersama. Tak terkecuali
Dita dan juga Galen, mereka berdua menghabiskan malam minggu dengan menonton film di bioskop. Manisnya, mereka tak sengaja kompak mengenakan pakaian berwarna hijau gelap.

"Sini gue bantu."
Dita memegang lengan dan bahu Galen, membantu cowok itu agar bisa duduk di kursi bioskop.

Tanpa menolak, Galen menerima bantuan dari Dita. Mata cowok itu bergulir, diam-diam melirik Dita yang dengan penuh kehati-hatian membantunya pindah dari kursi roda.

"Gue mau lipat kursi rodanya, pegangin tas gue dulu." ujar Dita sambil meletakkan tas selempang miliknya di tangan Galen. Cewek itu melipat kursi roda lalu menaruhnya di depan kursinya.

Ekspresi Galen sedikit melunak, namun cowok itu tidak berbicara sepatah katapun. Pandangannya
malah beralih menatap layar bioskop yang sudah menampilkan sebuah film.

"Kok film komedi sih, Len?" Dita berdecak saat melihat film yang sedang mereka tonton ternyata adalah film komedi. Padahal Dita berharap kalau ini adalah film horor, biar kayak cerita di novel—bisa modus-
modus gitu.

"Tapi nggak apa-apa deh. Yang penting gue nonton sama lo!" lanjut Dita tanpa menunggu respon dari Galen.

"Hm."
Galen menjawab hanya dengan deheman pelan, bahkan hampir tak terdengar. Bibir cowok itu menipis ketika merasakan bahunya dicolek beberapa kali.

Dita tentu saja melihatnya, dia merengut kesal ketika dua orang cewek di belakang mereka mencolek Galen beberapa kali. Binar di mata kedua cewek itu semakin membuat hati Dita menjadi dongkol. Risiko punya pacar ganteng ya seperti ini!

"Ini tangannya kenapa woy!" Dita menyentak kasar tangan-tangan genit seraya memelototi kedua cewek itu.

"Mbaknya yang kenapa, lha kita aja cuman mau kenalan sama babang ganteng ini kok." sahut salah satunya.

"Dia namanya Galen, suami gue dunia akhirat! Udah tahukan? Jadi nggak usah ganggu!"

Kedua cewek tadi tidak lagi menganggu Galen. Malah sebaliknya, mereka mencibir Dita dalam bisikan.

"Galaknya amit-amit. Udah kek dedemit pancoran aja ni cewek!"

"He'em. Gak ada cocok-cocoknya sama Galen, kek milkshake dibandingin sama air comberan."

Dita sendiri yang mendengarnya sih, cuek saja. Tapi Galen, cowok itu menoleh ke belakang dan menatap tajam kedua cewek tadi dengan penuh intimidasi. Membuat yang ditatap, langsung bergidik dan segera pergi guna menukar tempat duduk.

Melihat Galen yang membelanya, hati Dita tidak bisa untuk tidak berbunga-bunga. Kedua tangannya terasa gatal ingin memeluk Galen, namun apa daya dia tidak berani. Ekspresi Galen sedang dalam mode 'dark'.

"Lo udah suka sama gue ya?" tanya Dita pelan.

Galen menoleh dan matanya yang setajam elang menatap Dita lekat. "Menurutmu?"

Kalau Galen bertanya seperti itu, tentu saja Dita akan menjawab "Ya gue nggak tahulah."

Bagaimana mungkin Dita bisa tahu jika Galen itu menyukainya atau tidak, ucapan dan tindakan Galen sehari-hari saja sangatlah irit.

Perlahan, Galen memajukan wajahnya hingga hidung mancungnya hampir menyentuh hidung Dita.
Mata hitam kelam bertemu dengan mata hazel yang keduanya sama-sama memancarkan rasa yang berbeda.

"If you say I like you, it's true."

Tangan Galen terulur menelusuri lekuk wajah Dita, dan berhenti di pipinya cukup lama sebelum berkata serak

Frozen's LoveWhere stories live. Discover now