12. Manis

5.9K 763 215
                                    

Seperti angin lalu, hati Dita yang awalnya dirundung sedih dan rindu, dalam sekejap langsung berubah menjadi bahagia dan berbunga-bunga. Kekecewaan yang dia rasakan selama dua minggu dengan mudah terhempas oleh ungkapan manis dari Galen. Cowok itu benar-benar ahli dalam menjungkirbalikkan perasaan Dita. Ingatan mengenai hilangnya Galen tanpa kabar langsung terhapus secara otomatis dari otak Dita.

"Sumpah gue nggak nyangka banget dia bakalan kayak gitu, Dar." ujar Dita dengan mata berkilat penuh binar. "Jadi tambah cinta guenya."

Adara yang mendengarnya kontan terkekeh kecil. Dia menepuk bahu Dita tidak terlalu keras, hanya agar cewek itu melihatnya. "Lo beneran yakin sama perasaan lo ini?"

Dita yang awalnya menatap ke depan, beralih melihat Adara. Dia berujar penuh mantap "Gue yakin, Dar. Gue beneran udah jatuh cinta sama Galen."

"Berbalas?"

Bibir Dita terbuka namun terhenti ketika menyadari kalau ia kehabisan kata-kata untuk menjawab pertanyaan itu. Dahinya tidak bisa untuk tidak mengernyit, benar juga! Apa cintanya ini mendapat balasan yang serupa?

Dita mendadak termenung di tempat dan tidak melanjutkan langkahnya, yang otomatis juga membuat Adara ikut berhenti. Tapi itu tidak lama, Dita sudah mendapatkan kembali binar kebahagiaannya.

"Dulu dia emang nyuruh gue buat ngejauh, tapi gue ga mau. Beruntungnya dia malahan nawarin gue jadi pacar resmi, dan kemarin-kemarin perlakuan Galen udah ga sedingin biasanya." ujar Dita panjang lebar sambil berjalan kembali. "Gue yakin kalo Galen mulai suka sama gue. Dan tugas gue harus nunggu sampe dia ngungkapin perasaannya."

Adara yang cermat mendengarkan, menganggukan kepalanya beberapa kali. "Tapi Dit, gue rasa lo juga harus hati-hati. Gue gak tahu kenapa, tapi gue rasa Galen itu punya niat nggak baik sama lo."

"Maksud lo apa?" Dita mendelik dengan mata penuh selidik. "Lo bilang kalo Galen itu jahat gitu?"

"Ya maaf, itukan cuman firasat gue doang."

"Alah, bilang aja lo iri gara-gara gue bisa dapetin Galen!" sentak Dita marah. Dia mendorong bahu Adara kasar, "Dasar sahabat kentut!"

Dengan perasaan kesal, Dita lantas bergerak pergi meninggalkan Adara di belakang. Dia tidak habis pikir mengapa Adara bisa berpikir seperti itu.

Saat tiba di belokkan antara menuju ke toilet atau kantin, Dita yang sedang kesal harus bertambah kesal saat melihat Diki. Cowok itu datang dari arah toilet dan langsung memegang lengannya.

"Mau kemana, Dit?"

Suara Diki terdengar begitu menyebalkan di telinga Dita. Cewek itu mendesah malas sambil menarik lengannya lepas dari cengkeraman Diki. "Mau kemana gue pergi itu bukan urusan lo."

Diki berdecak pelan sambil menyugar rambutnya yang di setiap ujung bercat pirang. "Jangan jutek gitu dong, Dit."

"Ya suka-suka gue! Mulut-mulut gue kok!"

Diki menghela napas, matanya menatap Dita tulus. "Gue masih sayang sama lo, Dit."

Mendengarnya, Dita tertawa keras. "Cerita lama!"

Mendorong lengan Diki, Dita hendak pergi kalau saja cowok itu tidak menahannya lagi.

"Apa sih kurangnya gue dibanding Galen? Gue ganteng, kaya, perhatian sama lo!"

Dita memutar bola mata jengah.

"Sedangkan apa bagusnya si Galen? Cuman cowok miskin yang nggak bisa jalan alias cacat!"

Kali ini perkataan Diki sukses membuat amarah Dita meluap. Dia mendorong dada cowok itu dengan mata melotot marah. "Dengerin ya, Galen itu terlalu sempurna buat dibandingin sama lo yang what the f*ck ini!"

Frozen's LoveWhere stories live. Discover now