16. Rapuh

6.5K 740 432
                                    

Kemarin Kharismaintan_p ultah, dan dia minta kado up cerita ini 😓

Jadi maaf ga sesuai alur, Heart Mask up besok ya gaes ❤

.
.
.

Dita pernah mendengar apa itu karma. Tapi, dia tidak pernah menyangka akan mengalaminya. Dita paham, semua hal yang dia alami malam ini adalah balasan akan perbuatannya. Dulu Dita suka menyakiti orang, tidak peduli dengan perasaan orang yang telah dia permainkan. Dan sekarang, dia mendapatkan balasannya.

Air mata Dita tidak berhenti mengalir walaupun matanya sudah memerah. Wajahnya yang sembab menjadi pusat perhatian orang-orang yang berlalu lalang. Tapi Dita tidak peduli, dia hanya mengikuti kakinya yang melangkah entah kemana.

Lo cuman pengganti sementara!

Lo cuman pelampiasan!

Bisikan-bisikan itu menghantui hati dan juga pikiran Dita. Kata demi kata yang menyakiti perasaannya, tidak bisa dia tepis. Sakit sekali rasanya.

"Lo emang goblok, Dit." Dita tersenyum, kontras dengan tatapan matanya yang linglung tanpa tujuan.

Kaki Dita berbelok dengan sendirinya menuju ke arah taman yang entah mengapa malam ini tidak ada orang yang berkunjung. Sangat sesuai bagi orang yang sedang diliputi lara, membutuhkan ketenangan.

"Dita sayang!"

Baru saja Dita duduk di kursi taman, bariton suara itu terdengar. Dita tidak perlu menoleh karena ia sudah tahu siapa. Dan Dita juga tidak perlu mengusap air matanya karena orang itu pasti sudah melihatnya.

Tadi, Juna baru saja dari minimarket. Di jalan, dia melihat seseorang yang posturnya dari belakang mirip sekali dengan Dita. Akhirnya Juna pun mengikuti sampai tebakannya ternyata benar.

"Lo kenapa?" Juna berjalan mendekat dan duduk di samping Dita. Membuat cewek itu kontan membuang muka.

Melihat Dita yang tak menjawab, dan beralih tak acuh, Juna memegang bahu Dita. Tapi dengan segera ditepis kasar.

"Jangan sentuh gue!"

Sungguh, Dita sama sekali tidak ingin bertemu apalagi berbicara dengan orang yang dikenalnya sekarang. "Pergi lo!"

"Pergi dan ninggalin lo dalam keadaan kek gini?" Juna menggeleng, "No. Abang Juna nggak setega itu."

Dita kembali membuang muka. Diam.

"Kalo lagi sedih itu, jangan sendirian. Tahu nggak kenapa?" Juna menjulurkan kepalanya dan menatap wajah sembab Dita. "Soalnya kalo sendirian, nanti takut di makan genderuwo."

Dita masih tak merespon. Cewek itu masih terbayang-bayang akan kejadian di bandara tadi.

"Kalo cewek lain, gue ikhlas lahir batin. Tapi kalo lo, ga bisa. Gue kan cinta sama lo, kalo lo nggak ada, gue mau cinta sama siapa?"

Dita masih terdiam di tempat. Dia sangat tidak suka akan keberadaan Juna sekarang. Itu mengganggunya.

Tapi Juna terlihat tak patah semangat. Dita saja sudah patah semangat, kalau dia juga sama, maka siapa yang akan menghibur Dita?

"Gue tahu, lo kek gini pasti gara-gara Galon es."

Tanpa menunggu respon Dita, Juna tiba-tiba membalik Dita agar cewek itu berhadapan dengannya. Air mata yang masih mengalir di pipi cewek itu mau tak mau membuat Juna sesak.

Menangkup pipi Dita, Juna berkata dengan hati-hati. "Gue tahu hati lo sakit. Sakit banget. Tapi kalo lo cuman diem, cuman nangis, sakitnya malah nambah."

Mata Dita menatap lurus ke wajah Juna dimana kilatan matanya tersirat khawatir. Tapi dengan cepat dia menepis tangan Juna yang berada di pipinya.

"Lo nggak tahu apa-apa." ucapnya serak.

"Gue emang gak tahu, dan gue gak nuntut lo buat cerita." Juna menghela napas, "Tapi lo jangan diem aja, dengan diem dan cuman nangis, pikiran lo dengan senang hati akan nyakitin lo."

Dita berdecih, "Terus gue harus gimana, sat?!"

Juna tersenyum tipis. Dia meraih tangan Dita, "Anggep gue Galen. Maki gue, pukul gue, lampiasin amarah lo ke gue!"

Dita tertawa tapi tidak  tertawa. "Gak semudah itu, bangsat!"

"Emang gak mudah. Tapi bisa lo mulai dengan inget kejadian Galen sama itu cewek. Gimana mesranya mereka. Gimana cueknya dia sama lo! Gimana Galen ngebuang lo!" tebak Juna yang sialnya tepat sasaran.

Dan saat itu juga, emosi Dita langsung meledak.

"Galen, lo bangsat! Jahat lo sama gue! Benci gue sama lo! Benci!!"

Dita meraung sambil memukuli dada Juna dan menangis sejadi-jadinya. Dia terlihat frustasi dan juga putus asa. Perasaannya hancur, cintanya hancur!

"Gue udah beneran jatuh cinta sama lo, Jingan!!"

Pukulan Dita semakin brutal dan Juna takut kalau cewek itu akan menyakiti dirinya sendiri. Juna beralih memeluk Dita, berusaha menenangkan.

"Gue udah cinta sama lo! Hiks.."

Dita menangis di pelukan Juna dengan pukulannya yang melemah. Dia terisak dengan bibir yang tak berhenti mengungkapkan cintanya pada Galen.

Tanpa tahu bahwa ucapannya itu menyakiti hati Juna.

.
.
.
TBC.

Btw hari ini aku ultah 😓

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: May 07, 2020 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Frozen's LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang