Serangan Para Mantan [3]

1.1K 162 2
                                    

    Eunha mengerutkan dahinya saat melihat deretan nama yang muncul di layar ponselnya.

    "Halo?" Eunha merutuki dirinya sendirian karena suara nya benar-benar terdengar kacau.

    "Eunha? Suara lo kenapa? Lo nangis ya?"

    Orang di seberang sana langsung memberi Eunha serangan pertanyaan.

    "Nggak apa-apa kak, tumben nelfon kenapa?"

    "Gue mau ngajak lo jalan, tapi lo kayaknya lagi nggak baik, kapan-kapan aja deh." ucapnya.

    "Eh? Mau ngajak pergi sekarang?" tanya Eunha.

    "Tadi nya iya, gue udah di depan rumah lo sih, tapi lain kali aja suara lo kacau banget gitu."

    "Tunggu kak, gue ganti baju dulu sama cuci muka." ucap Eunha.

    "Nggak usah, jangan di paksain kalau lagi nggak baik."

    "Sekalian nenangin fikiran kak, tunggu ya." Eunha mematikan ponselnya lalu berjalan kekamar mandi untuk mencuci muka.

    Nggak sampai 15 menit Eunha udah turun kebawah, melihat ibunya sedang mengobrol dengan cowok yang tadi menghubungi Eunha.

    "Jangan malem-malem ya pulangnya besok masih sekolah." ucap ibu Eunha.

     "Cuma bentar kok Tan, tenang aja."

    "Yaudah, sana cari udara segar, semoga pulang jangan nangis lagi." ucap Ibu Eunha sambil mengusap rambut Eunha lembut.

    "Pulang nanti Eunha mau makan yang pedes-pedes ibu masaknya yang pedes aja." ucap Eunha.

    Ibu Eunha hanya mengangguk saja, padahal dia tahu Eunha nggak kuat pedes.

    Eunha masuk kedalam mobil, entah kenapa nggak ada yang berubah dari mereka berdua.

    Walau udah pisah Yuta mungkin yang paling akur dengan Eunha. ya Nakamoto Yuta cowok itu sudah Eunha anggap kakak sendiri sekarang.

    "Lo nangis kenapa?" tanya Yuta langsung.

    "Nggak mau bahas." Eunha menggelengkan kepalanya.

    "Gue bisa tanya temen lo kalau nggak mau cerita."

    Eunha tiba-tiba saja menggeram kesal, membuat Yuta jadi kebingungan.

    "Apaan sih lo? Kesurupan?"

    "Kenapa sih semua mantan gue tuh nyebelin!" ucap Eunha dengan sedikit pekikan.

    "Hah? Gue?"

    Eunha menoleh, "Iya elo juga termasuk!" balas Eunha sebal.

    "Apaan sih? Kenapa?"

    "Mereka tuh gak punya perasaan, apa nggak punya otak sih? Tega banget sama gue!"

    Yuta bergedik ngeri, cewek di sebelahnya tiba-tiba saja jadi meledak-ledak seperti orang gila.

    "Gue tuh nggak mau nambah musuh mereka tuh nggak ngerti!"

    Tiba-tiba Yuta tahu siapa yang Eunha maksud.

    "Eunwoo? Jungkook? Yugyeom?"

    "Mereka tuh sinting!"

    "Kenapa?"

    Eunha menceritakan kejadian yang hari ini terjadi di sekolah, Sementara Yuta sesekali hampir tertawa karena cerita Eunha.

    "Gue rasa mereka emang udah sekongkol buat gue malu, kenapa coba mereka kayak gitu?"

    "Ya mereka masih mau ngegas lo kali?"

    "Tapi gak gitu caranya kak! Gue malu banget!"

    Yuta mendengus, "Gara-gara di Serang mantan aja lo sampe bengep kayak gitu."

     "Gue nggak suka di kerjain kayak gitu!  Kalau mereka marah sama gue, kan bisa di omongin baik-baik."

    "Itu bentuk perhatian mereka sama lo, gue rasa sih mereka masih suka sama lo."

    Entah kenapa Eunha malah berfikir jika dia dan Yuta balikan mungkin mereka semua akan berhenti ganggu eunha, namun sayang, saat melihat cincin yang melingkar di jari Yuta langsung menelan bulat-bulat pikirannya itu.

    Kenapa tiba-tiba dia berfikir seperti ini sih? Yuta jelas-jelas nggak akan kembali sama Eunha.

.
.
.
.
.
.

    "Sorry kemarin nggak bisa dateng." Eunha berdiri di depan Jungkook yang sedang mengutak-atik gitar miliknya.

    "Eh? Kirain siapa, nggak apa-apa sini duduk." Jungkook menepuk-nepuk tempat kosong di sebelahnya.

    Mereka ada di studio sekolah, memang jarang yang datang kesini, paling cuma anak band sama anak padus.

    "Lo nggak latihan?" tanya Eunha.

    "Nggak Yein lagi sibuk belajar kelompok, makanya gue ngajak lo."

    Eunha mengangguk, menyandarkan tubuhnya pada dinding di belakangnya.

    "Eunha," Eunha menoleh kearah Jungkook, "Sorry buat yang kemarin, gue cuma bercanda, gue denger dari Lisa lo nangis."

    Eunha menghembuskan nafasnya, "Gue sebenernya nggak masalah, cuma lo tau kan anak sini gimana, apa lagi kalian termasuk cowok-cowok famous yang jadi inceran banyak cewek, gue nggak nyaman kalau jadi bahan gosip."

    "Gue kaget kemarin lo tiba-tiba aja makan bareng mereka, kirain balikan?"

    "Nggak akan, gue takut pacaran sekarang."

    "Kenapa?"

    "Gue selalu salah dalam bertindak, kalau kata Rose gue itu belum siap buat pacaran, katanya lebih baik nggak usah pacaran dulu."

    Jungkook meletakkan gitarnya bersandar pada dinding, dia melirik kearah Eunha yang menunduk sambil menatap jari-jarinya.

    "Sorry ya, gue malah jadi salah satu cowok yang nyakitin lo."

    "Eh? Nggak kok ini salah gue, yang lain juga bilang gitu, jujur lo pacar terlama gue, dan waktu itu gue nyaman banget sama lo, tapi ternyata di sana letak kesalahan gue."

    "Kesalahan?"

    "Gue terlalu ngerasa nyaman sampai gue jadi takut kalau nanti lo minta putus."

    "Tapi kan-"

     Eunha mantap Jungkook, "Gue tau lo pasti mau bilang kalau gue yang mutusin kan? Mau tau kenapa?"

    "Lo bilang udah nggak nyaman sama gue?"

    Eunha menggeleng, "Sorry gue bohong, karena kalau enggak gue nggak akan punya alasan buat mutusin lo, gue takut semakin nyaman sama perasaan gue sendiri."

    "Mau cerita?"

    "Mau denger? Tapi pasti ngebosenin."

    "Gue mau denger apa yang terjadi sebenarnya." ucap Jungkook.

.
.
.
.
.
.
~~~~~~~~~~~
Uhuy Bau-Bau mau ending
Aku kejar tayang untuk cerita ini dulu
Jadi pantengin terus
Jangan lupa like and subscribe #apaansihemangchanelyoutube
Jangan lupa vote dan comment yaaaaaa
Muach :*

   

My Ex Boyfriend [JEB] ✔Where stories live. Discover now