01

26K 1.7K 203
                                    

Angin kencang berembus mengenai tubuh ramping gadis yang tengah berdiri di depan gerbang sekolah. Roknya ikut bergerak beserta surai yang berantakan akibat terpaan angin.

“Tidak pulang bersamaku saja, Jihye Sunbae?” Suara Donghan menyambar gendang telinganya. Motor gagah yang ia pakai kini berhenti tepat di samping tubuh Park Jihye.

Sedikit berat hati, Jihye menggeleng. “Pamanku akan menjemput sebentar lagi, Donghan-ah. Kau bisa pulang dulu—ah, itu dia. Aku pulang, ya. Hati-hati di jalan,” kata Jihye kemudian berlari kecil sembari melambaikan tangan pada adik tingkatnya.

Senyum manis itu. Park Jihye tak pernah bosan memandang senyum Donghan setiap mereka berpapasan. Ditambah lesung pipit yang menggemaskan.

“Siapa?” Jihye tersentak manakala suara berat itu mendadak menyapanya usai menutup pintu mobil.

Jihye tersenyum riang. “Ahjussi, kau harus tahu nilai ulangan Matematika yang aku dapatkan hari ini!”

Jihye merogoh tas ranselnya, buru-buru mengeluarkan selembar kertas ulangan dengan nilai tinggi yang pertama kali ia dapatkan.

Kim Namjoon, pria berusia awal tiga puluh itu tersenyum. “Woah, Bos Jeon pasti senang sekali mendengarnya.” Namjoon mengulas senyum tipis. “Tapi kurasa belum tentu senang jika melihat gadisnya berduaan dengan lelaki lain,” lanjutnya.

Jihye menciut. Niat awalnya ingin mengalihkan pembicaraan, namun Kim Namjoon malah tidak menghiraukannya sama sekali.

Gadis Park itu mendengus. “Ahjussi ... sehari saja. Kita harus bersahabat. Oke?”

“Kenapa harus? Yang memberiku uang itu Pak Bos, bukan gadis kecil sepertimu.” Namjoon menjalankan mobilnya membelah jalanan dengan suara musik rock yang memenuhi ruangan mobil.

Sementara di kanannya, Jihye tengah cemberut. Jika beradu mulut dengan sopir pribadi yang sudah ditugaskan untuknya, memang sangat amat percuma. Apalagi Namjoon bukan tipe orang yang mudah percaya dengan alibi-alibi konyol Jihye jika gadis itu ketahuan melanggar larangan yang Jungkook berikan.

“Aku belikan es krim, deh, Ahjussi. Ya, ya? Jangan beritahu Jungkook Oppa.” Kedua tangan Jihye memegangi lengan kekar Namjoon—bermaksud merayu. Namun yang ia dapat tetap gelengan dengan wajah datar milik pria Kim itu. “Ah, Joon Ahjussi sangat-sangat tidak asyik!”

“Kau pikir kau itu asyik?”

Jihye membelalakkan matanya. “Ya ampun, Ahjussi ... aku punya banyak teman—apalagi lelaki-lelaki tampan di sekelilingku. Tentu saja aku asyik!”

Namjoon menaikkan salah satu sudut bibirnya. “Bagus. Akan aku laporkan pada Bos Jeon bahwa gadis kecilnya adalah gadis nakal yang suka menggoda lelaki tampan di sekolah.”

Ahjussi!”

Sepanjang dua bulan Kim Namjoon ditugaskan untuk menjadi sopir serta bodyguard bagi Park Jihye, keduanya tidak pernah bisa menjadi seorang teman atau menjalin hubungan yang baik.

Kim Namjoon tidak suka lelucon dan pecinta ketenangan. Sedangkan Jihye adalah gadis cerewet tidak suka kedamaian. Sangat tidak cocok. Sialnya, Jungkook tidak pernah mau mendengar rengekan Jihye agar menggantinya dengan Kim Taehyung saja; sopir pribadi Jungkook yang tampannya luar biasa.

Mereka tiba di apartemen mewah yang terletak tidak jauh dari sekolah Jihye. Gadis Park itu menyemburkan napas jengkel.

Ahjussi, aku butuh pulang,” katanya lirih. Maniknya menatap Namjoon seolah memohon agar kalimatnya bisa dituruti. Akan tetapi, tugas Namjoon harus selalu menolak kemauan Jihye.

AFFAIRWhere stories live. Discover now