3. Cinta Mematikan

5.9K 515 24
                                    

"Jatuh cinta itu sama seperti jatuhnya bintang. Penuh harapan."

_______

Langit malam terlihat indah dengan taburan bintang. Ditambah bulan purnama sebagai pemanis, membuat Nandara merasa tenang dan damai. Keindahan yang tidak pernah ia lewatkan. Langit malam.

Anggap saja ia adalah seorang gadis dengan perpaduan dari Nyctophile dan Astrophilia. Sang penyuka langit malam dan benda-benda langit.

Sayangnya, di namanya tidak tersemat satu pun nama yang berasal dari bidang astronomi. Ketimbang Jasmine, Nandara lebih suka jika namanya ada kata 'Bintang'. Hanya ada satu orang yang suka memanggilnya dengan sebutan itu. Dia adalah seorang lelaki yang beberapa tahun ini pergi, lebih tepatnya menghilang selama empat tahun.

Rindu. Suatu perasaan yang sudah lama ia pendam selama ini. Rasa yang membuat pikirannya membuncah tak berperi. Hanya dirinya dan Tuhanlah yang tahu betapa ia sangat merindukan lelaki itu.

Namun, rasa rindu itu akan segera terobati esok hari. Untuk pertama kalinya, ia merasa gugup. Ia khawatir dengan pertemuan perdana setelah beberapa tahun yang lalu tidak berjumpa.

Bimbang dan bingung secara sekaligus. Ia tidak tahu apa yang harus dilakukan saat berjumpa dengan pria itu. Haruskah menjewernya? Menendang kakinya? Marah? Atau ... memeluknya?

Setelah pergi tanpa kabar bak menghilang ditelan bumi, kali ini pria itu kembali dengan kabar yang mendadak pula. Bukankah itu menyebalkan? Jika saja Sagitta--sang mama tidak memberitahunya, sudah dipastikan lelaki itu akan muncul secara tiba-tiba. Lalu,ia harus masuk ke rumah sakit karena rasa kagetnya. Oke, itu agak berlebihan.

Suara ketukan pintu membuat lamunan Nandara membuyar. Dialihkan pandangannya pada pintu kamar yang perlahan terbuka. Sang mama dengan senyuman manisnya berdiri si sana.

"Makan dulu, Ra. Panda udah nungguin di bawah," ajak mamanya.

Nandara melangkahkan kakinya menuju ke arah sang mama. Lalu ia menggandeng tangan dan menyenderkan kepalanya di bahu Sagitta. Seperti inilah Nandara, manja. Sekalipun umurnya hampir beranjak dua puluh tahun, ia masih tidak rela berjauhan dengan Sagitta. Oleh karena itu, Nandara memilih universitas negeri yang dekat dengan rumah. Lagipula, jurusan yang ia minati juga terkenal bagus di universitas itu.

Dengan posisi seperti itu, akhirnya Nandara dan Sagitta tiba di meja makan. Di sana telah duduk Ren--sang papa dan Oktan-adik lelaki Nandara.

"Mine, gimana kuliah kamu?" tanya Ren begitu Nanda duduk di kursinya. Mine adalah panggilan Ren pada Nanda yang berasal dari Jasmine. Ingatkan Nandara bahwa ayahnya yang memberi nama itu padahal ia tahu ayahnya tidak suka aroma jasmine sepertinya.

"Kayak biasa, Pa," sahut Nandara seraya menyendokkan nasi ke piringnya. Di sebelahnya, Oktan terlihat fokus dengan tab. Apalagi kalau bukan main game.

"Tan, makan dulu!" marah Sagitta seraya menepuk tangan Oktan. Seketika layar tab memunculkan kalimat game over. Ingin marah, tetapi Oktan tidak berani melawan mamanya. Ia masih ingat sopan santun dan tata krama. Jadi, sekalipun sedikit lagi akan memenangkan game-nya, teguran mama adalah yang paling utama. Oktan pun meletakkan tab-nya di atas bufet yang berada tidak jauh dari meja makan.

"Oktan, kalau kamu masih sering main game, Panda akan sita tab kamu!" ancam Ren membuat Oktan memanyunkan bibirnya. Lelaki berusia lima belas tahun itu pun menyuapkan nasi ke dalam mulutnya.

Jasmine Addict (Tamat)Where stories live. Discover now