29. Im(possible)

2.4K 287 8
                                    

Hembusan angin sejuk menerpa wajah Nandara. Aroma menenangkan dari bunga jasmine yang khas. Seolah dirinya berada di sebuah tempat ternyaman yang ada di dunia. Pengisian baterai kehidupan selesai. Ia mengerjapkan matanya perlahan.

Tidak ada yang aneh. Hal pertama yang ia lihat adalah langit-langit kamarnya yang terlihat polos, tetapi apabila malam hari datang, langit-langit kamar itu akan berubah menjadi langit malam yang dipenuhi taburan bintang hasil dekorasi modifikasi. Indah.

Hal yang terasa tidak aneh itu menjadi aneh tatkala ia tidak menemukan siapa pun di sana. Suasana yang tadinya seperti di dalam kamarnya tiba-tiba berubah menjadi kamar asing yang berbau kloroform. Aroma khas rumah sakit dengan campuran aroma jasmine. Ia tidak tahu hal apa yang membuatnya berakhir di sana. Yang terakhir berhasil ia ingat adalah kejadian di acara pernikahan Om Sega--papa Xilon.

Xilon. Ya, terakhir kali lelaki itu hampir terkena sebuah tembakan dari lelaki asing di sudut ruangan. Lalu ia datang menyelamatkan Xilon. Namun, yang terjadi selanjutnya hanya kegelapan yang mendominasi. Bersama dengan semerbak jasmine yang sangat pekat.

Dari apa yang Nandara lihat, tubuhnya tidak merasa kesakitan sedikit pun. Sebaliknya, ia jadi penasaran mengapa kakinya menjadi sulit digerakkan.

Ini mustahil! Ia bahkan mencoba untuk bersuara, tetapi tidak ada sepatah kata pun yang keluar dari bibirnya. Tubuhnya kaku, tidak bisa digerakkan. Seolah dirinya terkekang oleh sesuatu.

Nandara mencoba memberontak, tetapi tubuhnya tidak bereaksi sama sekali. Ini tidak bisa dibiarkan.

Siapa pun, tolonglah aku!

Pintu ruangan tiba-tiba terbuka, menampilkan sesosok lelaki yang sangat ia kenal. Lelaki dengan setelan jas yang sama seperti terakhir kali berada di pesta yang berantakan itu. Oktan.

Oktan, tolong Kakak!

Percuma, jeritannya tidak akan terdengar. Ia bisa melihat wajah kusut Oktan yang terlihat lelah, sedih, dan khawatir secara bersamaan. Adik lelakinya itu tidak pernah seperti ini sebelumnya.

Oktan duduk di sisi ranjang Nandara. Ia menggenggam sebelah tangan Nandara lalu tiba-tiba menangis. Nandara tidak tahu apa yang terjadi. Ia ingin bertanya, tetapi tidak ada suara apa pun yang keluar dari mulutnya.

Oktan ....

Adik lelakinya itu menangis sesegukan. Nandara benar-benar tidak tahu apa yang terjadi.

"Setelah Manda, kenapa harus Kak Nanda lagi?" isak lelaki itu.

Apa yang terjadi pada Manda?

"Kak Nanda, bangun ...," lirih Oktan lagi.

Oktan, Kakak udah bangun. Tapi enggak bisa gerakin badan.

"Kak Nanda bangun. Kalau Kakak enggak bangun, terpaksa, Xilon harus mati."

Apa? Apa maksudnya? Oktan!

Oktan beranjak dari ranjang. Lelaki itu mengusap air matanya. Rahangnya tiba-tiba mengeras dan kedua tangannya mengepal kuat. Ia terlihat marah. Sangat marah.

"Sedari awal gue udah peringatin, jangan jatuh cinta sama dia. Dia pembunuh! Dia yang akan bunuh elo untuk kepentingannya sendiri. Seharusnya gue larang dia deketin elo," geram Oktan.

Apa maksudnya? Xilon, kan? Kenapa Kak Xilon mau bunuh aku? Aku kenapa?

"Harusnya gue enggak terhasut ucapannya. Katanya dia bakal lindungin elo dari roh jahat. Katanya dia bakal lindungin Manda.  Tapi ternyata, dia juga punya niat busuk. Dia yang bakal bunuh lo untuk kepentingannya sendiri. Aarrgghh! Kurang ajar!" seru Oktan lalu meninju tembok di sebelahnya.

Jasmine Addict (Tamat)Where stories live. Discover now