33. Pencerahan

2.7K 338 47
                                    

"Mau bermain teka-teki?"

Nandara tahu maksud dari pertanyaan itu. Suatu misteri harus ia pecahkan. Bukan sekedar puzzle, sudoku ataupun mencari harta karun serta menyelusuri labirin. Tetapi lebih rumit dari itu semua.

Tante Mauryn bukannya membantu, tetapi malah membuat Nandara semakin pusing.

"Orang-orang yang putus asa, akan linglung. Lalu mencari segala cara untuk membebaskan dirinya dari segala kerumitan."

Oke. Nandara tidak bisa menafsirkannya lebih jauh. Sepeninggalan Tante Mauryn, ia berjalan tanpa arah. Ia menjadi linglung. Kebingungan tanpa arah. Bahkan sampai lupa dengan pertemuannya dengan Xilon. Situasi seperti inikah yang dimaksud Tante Mauryn?

Nandara menghentikan langkahnya di depan sebuah toko. Toko yang tidak asing lagi. Nandara bahkan sudah sangat hapal isi dari toko itu. Barang-barang antik. Magic shop. Ia kembali lagi ke sini.

Seperti sebelum-sebelumnya, toko itu sepi. Namun, senyuman Madam membuat suasana toko sedikit hangat.

Nandara menarik sebuah kursi tua di sebelah Madam lalu menempatkan bokongnya di sana.

"Apa kabar, Madam?" tanya Nandara seraya memperhatikan wajah Madam. Untuk pertama kalinya, gadis itu memperhatikan wajah Madam. Terlihat familiar. Tetapi mirip siapa?

Madam tersenyum. Lalu ia mengeluarkan sesuatu dari laci mejanya. Sebuah botol parfum.

"Kamu butuh parfum Eucalyptus?"  tanya Madam. Nandara mengernyit.

"Untuk apa?"

"Kamu putus asa, kan?" tebak Madam yang seolah bisa membaca pikiran Nandara.

Gadis yang ditanya itu menundukkan kepalanya. Ia mengayunkan kedua kakinya dengan pelan. Seolah itu lebih menarik ketimbang merespon pertanyaan Madam.

"Awalnya memang baunya sangat menyengat. Tetapi lama-kelamaan akan beraroma harum. Orang yang putus asa akan mendapat sebuah keajaiban. Mengembalikan memori yang hilang, mungkin?"

Nandara menoleh pada Madam. Ia tidak paham maksud wanita tua itu. Matanya pun mengarah pada botol parfum di tangan Madam.

"Aku ragu," sahut Nandara.

"Hm, mau dengar sebuah cerita?"

Nandara tidak menyahut, tetapi ia memajukan wajahnya. Memperlihatkan keantusiasannya lewat tatapan penuh harap pada Madam. Wanita tua itu menarik napas panjang lalu membuangnya.

"Dulu, ada seorang wanita yang memiliki segalanya. Wanita itu sangat suka dengan bunga melati. Baginya, melati melambangkan ketulusan. Ia juga punya keluarga yang sangat harmonis. Baginya, tidak ada yang lebih bahagia daripada memiliki suami dan anak-anak yang selalu berada di sisinya. Tetapi semua berubah. Keluarganya menjadi berantakan. Semua itu berawal dari wanita itu sendiri. Dia divonis mendapat sebuah penyakit mematikan. Tidak ada yang menginginkan dirinya mati, bahkan dirinya sendiri. Kesialan demi kesialan mulai terjadi. Wanita itu sadar, satu-satunya cara agar keluarganya mengikhlaskannya adalah dengan mengirim orang lain menjadi penggantinya. Wanita itu egois, memaksa seorang gadis untuk menjaga keluarganya. Ia berpikir akan pergi tenang setelahnya.

"Namun siapa sangka? Kepergiannya secara diam-diam justru membuat keluarga itu semakin hancur. Anak lelakinya malah mendapat sisa kesialan. Wanita itu menurunkan penyakitnya pada sang anak. Di saat anak itu tahu mamanya sudah pergi, anak itu mencari cara agar bisa menyusulnya. Dengan cara ikut mati bersama."

Madam menjeda ceritanya. Lebih tepatnya, terlihat tidak ingin melanjutkannya lagi.

"Madam, gimana kelanjutannya?" tanya Nandara penasaran.

Jasmine Addict (Tamat)Where stories live. Discover now