10. Tentang Xilon

3.8K 385 5
                                    

Apa yang paling membuatmu ragu? Akukah? Atau dirimu sendiri?

____


Nandara sudah menduga bahwa hidupnya akan serumit ini. Cepat atau lambat, ia pasti akan melibatkan orang lain masuk ke dalam kehidupannya yang penuh kutukan.

Ya, kutukan. Nandara merasa hidupnya dipenuhi kutukan. Sejak lahir, ia hanya bisa membuat kedua orang tuanya sedih. Bagaimana tidak? Ia membuat papa-mamanya khawatir karena tubuh yang lemah. Ia sering jatuh sakit.

Lalu kutukan yang sebenarnya muncul saat dirinya berumur lima tahun. Nandara bisa mencium aroma kematian seseorang. Aroma itu akan semakin menusuk hidung jika ajal orang itu semakin dekat. Korban pertama dari kutukan Sagitta adalah neneknya sendiri, Farah.

Neneknya yang terlihat muda, bahkan tergolong sangat sehat tiba-tiba jatuh sakit. Awalnya, aroma melati pada tubuh neneknya sangatlah harum. Tidak heran karena sang nenek suka menanam bunga melati. Namun, lama-kelamaan aroma itu semakin berbeda. Anehnya lagi, hanya Nandara yang bisa mencium aroma itu pada neneknya.

Nandara tidak suka aroma itu sejak neneknya meninggal. Karena setelah kematian sang nenek, ia mulai terus mencium aroma itu pada orang-orang yang mendekati ajalnya. Terutama saat dirinya masuk ke rumah sakit. Baunya sangat pekat, hingga ia pernah tidak sadarkan diri saat dirinya ke RS untuk mencabut gigi. Bukan hanya sekali, bahkan berulang-ulang kali. Sagitta yang penasaran dengan kondisi anaknya pun bertanya apa yang dirasa olehnya.

Sagitta merasa putrinya terlihat aneh. Terutama sejak meninggalnya sang mertua. Setelah mendengar cerita Nandara, Sagitta mulai mencari tahu penyebabnya. Hingga seorang wanita tua datang dan memberi kabar buruk. Nandara sedang dikutuk.

Karena itulah, Nandara mencoba menghindar dari kebanyakan orang. Ia menjadi anak yang pendiam, kecuali dengan orang-orang terdekatnya. Ia bahkan nyaris tidak punya teman jika saja si kembar tidak mendekatinya. Satu orang lagi yang akrab dengannya, yaitu Zuma--sepupu lelakinya. Zumalah yang selalu ada untuknya sejak kecil. Hingga tidak heran jika Nandara jatuh cinta pada sepupunya sendiri.

Membahas cinta, Nandara sempat berpikir untuk tidak memiliki pasangan atau dengan kata lain menikah. Tidak peduli dengan perasaan cinta yang ia pendam pada Zuma bertahun-tahun lamanya. Zuma di sisinya saja, itu sudah lebih dari cukup.

Nandara hanya tidak ingin menambah daftar orang-orang baru di kehidupannya. Semua karena kutukan itu. Ia takut, karena selalu mencium aroma kematian orang-orang yang disayanginya. Ia khawatir tidak bisa mengendalikan perasaan takut tersebut. Sangat menyakitkan rasanya. Dan untuk kedua kalinya, ia mencium aroma kematian orang yang disayanginya terlebih orang itu adalah mamanya sendiri.

Nandara berharap, ia akan mati lebih dahulu dari sang ibu. Ia takut. Takut kehilangan.

"Hei, Nda!" Seruan itu membuat lamunan Nandara buyar. Ia mengangkat wajahnya yang sedari tadi menunduk lalu memandang ke arah sosok yang menegurnya tadi. Zuma.

"Hai, Kak," sahut Nandara tidak bersemangat.

Zuma duduk di sebelah Nandara. Nandara terus memandang pergerakan sepupunya.

"Ngelamun mulu, nggak capek apa?" kelakar Zuma seraya mengacak rambut Nandara. Hal itu membuat Nandara mengerucutkan bibirnya.

"Lebih capek rapiin rambut yang Kakak rusakin," dengus Nandara dengan tangan-tangannya yang lihat merapikan rambutnya. Zuma tertawa dengan pelan. Bagian yang paling disukai oleh Nandara. Untuk sesaat, ia kembali terpesona pada sepupunya itu.

"Dari pada melamun terus. Jadi penasaran, kamu pasti mikirin Xilon, ya?" goda Zuma membuat Nandara tersenyum tipis sebelum akhirnya memasang wajah datar.

Jasmine Addict (Tamat)Where stories live. Discover now