kesempatan

3.6K 428 14
                                    

Wooseok X1

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Wooseok X1

Sanha ASTRO

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Sanha ASTRO

Wonpil DAY6

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Wonpil DAY6

Hari ini Lisa mulai ngajar privat di rumah keluarga Kim. Dia akan mengajari bahasa Inggris nantinya. Dari informasi yang didapat, nama muridnya nanti Sanha. Kediaman Kim berada di lantai tertinggi sebuah apartemen mewah.

Lisa menekan bel sekali sampai pintu terbuka secara otomatis. Ia disambut oleh seorang pelayan. "Sore, Ibu Lisa. Silakan masuk."

"Ah, panggil nama juga gak apa-apa kok." Balas Lisa, tak enak.

Pelayan tersebut membawa Lisa ke ruang tengah. Ruangannya besar dengan ornamen kayu. Aroma citrus menguar, tak terlalu tajam. Lisa memilih duduk di sofa panjang, menunggu muridnya.

Tak lama seorang anak laki-laki muncul dengan hoodie hitam dan celana pendek. "Sore, pasti guru les yang baru ya? Saya, Sanha, salam kenal."

"Salam kenal, Sanha. Saya Lisa." Balas Lisa sambil tersenyum. Sanha langsung duduk di atas lantai, Lisa mengikuti. "Kalau boleh tau, sebelumnya kamu belajar sampai mana?"

"Gak inget. Kerjaan saya sebelumnya cuma main doang, eh tau-tau bentar lagi ujian tulis. Jadi, mohon bantuannya." Jawab Sanha cuek.

Lisa tersenyum, menepuk pundak Sanhan untuk member semangat. "Oke! Kalau gitu, kita mulai dari awal!"

Dari situ, Lisa mulai mengenal anak keluarga Kim. Sanha anak terakhir yang cuek namun memiliki ambisi,  Wooseok anak ke dua yang jarang pulang, dan Wonpil anak pertama yang sibuk bekerja. Dari Sanha, Lisa tahu kalau Wonpil ini bekerja keras untuk menjaga kekayaan eh bukan, bisnis keluarga mereka. Alasan Sanha belajar agar bisa membantu Wonpil nantinya. Soal orangtuanya, Sanha tak banyak cerita. Namun, Lisa tahu dari kepala pelayan kalau keduanya meninggal beberapa tahu lalu.

"Bawain minum dong." Ucapan itu datang secara tiba-tiba saat Lisa tengah menunggu Sanha. Saat mendongak, ia kira itu Sanha. Namun, berbeda. Wajahnya tak asing. "Kenapa? Pelayan baru 'kan? Bawain saya air dingin cepat."

"Eh, saya bukan-"

"Tumben pulang." Suara itu milik Sanha. Ia baru sampai dengan tas plastik berisi makanan ringan. "Inget rumah?"

Mata Wooseok memerah, menahan marah. "Udah ngerasa dewasa sekarang? Pake bawa cewek segala."

"Kalo gak tahu apa-apa mending diem." Balas Sanha, dingin. "Miss, kita belajar di kamar saya aja."

Dengan itu, tangan Lisa ditarik. Ia menoleh, menatap mata Wooseok. Lisa yakin, ia pernah bertemu dengan lelaki itu. Namun, ia tak ingat.

"Miss gak diapa-apain 'kan?" Tanya Wooseok di tengah pelajaran.

Lisa menggeleng, "enggak kok. Kamu jangan terlalu dingin, San sama kakakmu. Maaf kalau saya ikut campur."

"Dia yang mulai, Miss." Balas Sanha sambil menulis. "Pulang ke rumah jarang tapi kerjaannya ngabisin uang mulu. Gak ada kapoknya, akhirnya malah bikin kak Wonpil pusing."

"Tiap perilaku pasti ada alasan di baliknya." Ucap Lisa. "Kapan Sanha ngobrol tanpa emosi sama Wooseok?"

Sanha diam. "Gak inget."

Lisa tersenyum, menepuk pelan puncak Sanha. "Jangan cuma mengejar impian, kamu harus buka mata sama sekitar. Bukan cuma kamu yang menderita."

Sanha diam cukup lama, sampai akhirnya ia mengangguk. Saat kelas selesai, Lisa memilih mampir ke tempat makan cepat saji. Ia membeli burger dan milkshake. Saat itu, matanya menangkap Wooseok. Ia sendirian. Dengan nampan berisi makanannya, Lisa melangkah mendekati Wooseok. "Boleh duduk di sini?"

Wooseok mendongak kemudian mengangguk. "Maaf soal tadi."

Nyatanya Wooseok lebih lembut dibanding yang Lisa pikirkan. "Gak apa. Oh, boleh nanya? Kamu dulu di SMA mana?"

"Jaeguk." Balasan Wooseok membuat Lisa menepuk tangannya.

"Pantesan mukanya gak asing. Saya juga di Jaeguk, tapi beda angkatan. Saya satu tingkat di bawah kamu." Cerita Lisa.

Wooseok mengangguk, tak terlalu tertarik sebenarnya. "Oh."

Ada jeda cukup lama sampai Lisa akhirnya memberanikan diri menatap Wooseok. "Maaf kalau saya ikut campur. Tapi, Sanha khawatir sama kamu. Mungkin kalian bisa ngobrol lain kali."

Wooseok mendengus, "ngapain? Paling nantinya malah berantem."

"Kalau belum dicoba kita gak akan tahu." Balas Lisa.

"Itu namanya ikut campur." Sindir Wooseok.

Lisa langsung menunduk. "Maaf."

Kembali hening dan keduanya sibuk makan. Wooseok lebih dulu menyelesaikan makanannya. "Oh, saya inget kok sama kamu. Cewek yang nyiram temen saya pakai air bekas pel."

Lisa langsung menggeleng. "Saya gak nyiram, saya kesenggol jadi airnya tumpah."

Wooseok malah mengendikkan bahunya, tak peduli. "Sama aja." Kemudian ia pergi.

Lisa merengut. Keduanya 'kan berbeda. Namun, ia senang dapat bertemu lagi dengan Wooseok. Sejak dulu ada yang belum sempat Lisa ucapkan. Saat ini mungkin adalah kesempatan untuknya. Semoga begitu.

🤫🤫🤫

Hehe
Kok mereka bertiga agak mirip? Apakah saudara sepupu? Wkwks
-amel

bittersweetTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang