6. Kekurangan

33 10 0
                                    

Akhirnya, setelah hampir 30 menit menunggu, Aksa datang juga. "Ada apa, Ndin?"

Cewek itu mengendikkan dagu kearah kursi didepannya. Mengisyaratkan Aksa untuk duduk disana.

"Langsung keintinya aja, ya. Aksa, gue suka sama lo. Dari awal lo dateng kesekolah ini, gue udah suka sama lo."

Aksa tersenyum. Dia membelai mesra rambut cewek yang mengenakan rok 15 centi diatas lutut itu. "Tapi, dihari pertama gue dateng di Pelangi High School, gue liat lo lagi pelukan ama cowok didalem ruang musik. Jadi, mana yang bener? Lo suka gue atau suka cowok itu?"

Andin jadi gelagapan. Bingung harus menjawab apa. "I-itu bukan gue. Gue waktu itu nggak kesana sama sekali, kok."

Aksa mengangguk anggukkan kepalanya, "Oh, jadi bukan lo ya?"

"Iya, bukan gue. Engh, jadi gimana, sa?"

Aksa pura pura bingung, "Gimana apanya ya?"

"Gue suka sama lo. Mau nggak pacaran sama gue?" Aksa tertawa renyah, membuat dahi Andin berkerut.

"Gue cuma suka ma Lili. Sorry, gue nggak bisa jadi pacar, lo."

"Apa sih yang spesial dari, Lili? Kenapa, lo sampe terobsesi ngejar ngejar cewek kayak dia? Kenapa, Sa? Gue lebih segalanya dari dia!"

"Iya, lo emang cantik, tapi Lili juga nggak kalah cantik. Lo kaya, tapi sayangnya, Lili juga anak pengusaha sukses. Kurangnya Lili itu cuma satu..."

Lili sampai menahan napas tanpa sadar. Apa kurangnya?

"Lili itu kekurangan berat badan. Badan dia rata. Sementara badan lo, penuh lika liku, kayak hubungan gue ma Lili. Tapi maaf, gue nggak mau ninggalin dia yang tepos, demi lo, yang pahanya terekspos. Gue suka Lili, Bukan lo." Aksa memajukan badannya, semakin memojokkan Andin.

"Maaf ya, godaan lo hari ini nggak mempan, lo kurang beruntung. Besok besok, coba ke orang lain lagi, ya? Gue pergi dulu, Princess Lili lagi nunggu gue di Timezone."

Cowok jangkung itu berdiri, dia berbelok kekiri, tempat Lili bersembunyi sambil menguping. "Jangan di bales ya, prin. Gue nggak mau cewek gue jadi orang jahat. Gimana gimanapun, dia temen lo."

Lili berpikir sejenak, "Mm, tapi gue nggak janji. Jadi, ini alesan lo nggajak gue, kesini?"

Aksa mengangguk, kemudian menggeleng, "Anter gue beli sempak, yuk!"

***

"Mama, Papa! Lili berangkat dulu!" cewek itu berteriak saat sudah ada di luar rumah.

Semalam, Elang bilang dia akan menjemput Lili dirumahnya. Tapi, cewek itu menolak, karena memang belum pernah di jemput ataupun di antar cowok. Selalunya, di antar jemput angkot.

Tidak seperti waktu itu, kini, Elang yang menunggunya didepan Indomaret. Lili tersenyum, dia menghampiri Elang lalu naik kemotornya. "Joss, bang! Ke Pelangi High School ya!" Elang tertawa, membuat dada Lili serasa digedor gedor dari dalam.

"Li, lo tau nama gue dari mana?" pertanyaan itu membuat Lili bingung.

"Dari temen gue. Katanya, lo temennya temennya temen dia." cewek itu berujar santai. Untuk urusan berbohong, dia pakarnya!

"Temennya temennya temen lo itu, siapa?"

"Lupa gue namanya. Lo sendiri, tau nama gue darimana?" cewek itu mengajukan pertanyaan yang sama.

"Gue panitia lomba Pidato Bahasa Inggris di SMA Pelangi tahun lalu. Kan, lo salah satu pesertanya, apalagi, lo waktu itu juara duanya. Jadi, gue inget jelas wajah sama nama, lo." jadi, Elang sudah tahu dia sejak lama? Lili mengangguk anggukkan kepala paham.

Sudah sampai, Lili turun. "Makasih, ya."

Elang mengangguk, "Iya. Nanti, gue nggak bisa anter lo pulang, maaf." Cowok itu menyodorkan kresek putih berlogo Alfamart.

"Nih, buat lo. Jangan lupa di makan. Kalo lo terlalu kurus, terus kebawa angin, nanti gue yang khawatir." sebelum pergi, cowok itu terlebih dahulu tersenyum.

Cewek itu melihat isi kresek pemberian Elang. Dua kotak susu Oval Teen, empat bungkus Sari Roti rasa coklat dan keju, serta sebotol Pocari Sweet ukuran sedang.

"Nggak mau gue minum, pokoknya! Gue paku ditembok kamar buat pajangan, aja!" cewek itu tersenyum bahagia.

Usai memasukkan sekresek makanan dari Elang, dia berjalan sambil sesekali bersenandung riang menuju kelas.

Melewati dua kelas lagi, dia akan sampai di kelas. Cewek itu berhenti ketika sampai didekat bangkunya.

Berbalik, dia berlari sekuat tenaga menuju kamar mandi.

Sampai di dalam, Lili memuntahkan sarapan paginya hari ini. Dia menangis tanpa isakan.

Setelah dirasa siap keluar, cewek itu melangkah menjauhi toilet. Netra coklat itu menangkap sosok yang begitu di kenalinya. Bio, salah satu sahabat Aksa. "Bio!"

Merasa namanya terpanggil, cowok berbadan tinggi nan gemuk itu menoleh. "Kenapa, Bu Bos?"

Lili menghentakkan kakinya lalu berdecak, "Jangan panggil gue Bos. Gue bukan Bos, lo!"

"Iya, tapi kan lo istrinya bos gue."

"GUE NGGAK PUNYA ISTRI!!"

"Salah, Li. Bukan istri, tapi suami."

"Tadi gue nggak bilang istri, gue bilang suami. Telinga, lo aja yang kurang gizi."

"Ternyata, lo sama Aksa itu sama sama nggak warasnya. Karena gue sehat jasmani dan rohani, gue pilih ngalah aja, deh. Lo, ngapain panggil gue?"

"Bersihin meja sama kursi dikelas gue, kalo udah bersih, ganti dua duanya sama yang lain dari gudang. Atau enggak, tuker sama meja anak lain aja. Tolong ya, Yo. Makasih." Lili melenggang sebelum Bio sempat menjawab.

Tujuannya saat ini, kantin. Setelah muntah, perutnya jadi lapar. Namun, belum sampai dikantin, cewek itu buru buru berbalik pergi kala matanya menangkap sosok Aksa. "Pergi, berarti cari mati."

Mendengar kalimat horror itu keluar dari mulut Aksa, Lili jadi urung untuk kabur. Dia melangkah dengan langkah gontai, benar benar tidak punya energi untuk melawan. "Bangga gue punya cewek penurut kayak, lo."

Teman teman Aksa bersorak, membuat kantin menjadi riuh. "Gue mau kencan dulu ma cewek gue, kalian pergi aja. Istri gue malu, nih kalo ada kalian."

Lili melirik cowok disampingnya. Ingin membentak, namun terlalu malas berdebat.
Sekarang, cuma ada dia dan Aksa dimeja pojok itu. "Princess, laper ya? Itu maem aja, udah Aksa siapin. Atau, Princess mau disuapin ama, Aksa?"

Cewek itu menjulurkan lidah, memasang wajah ingin muntah. "Lo, kenapa muntah?"

"Gue barusan kan cuma pura pura. Bego ya, lo?"

"Bukan. Bukan barusan. Maksud gue, barusannya lagi. Lo muntah, kan dikamar mandi?"

OasisWhere stories live. Discover now