Belakangan minggu ini Dilan selalu menjemputku atau mengantar pulang, sempat aku merasa merepotkan dirinya tapi dia malah senang jika melakukan hal itu. Sudah biasa bagiku, murid murid memperhatikanku berjalan bersebelahan dengan Dilan. Lagipula aku tidak ada hubungan apapun dengannya, perasaan pun aku tidak ada terhadapnya. Kami berjalan melewati kelas seraya mengobrol berbagai macam topik.
Namun suara sorakan mengangguku, membuatku menatap lurus. "ABANG RIVAL AKHIRNYA BALIK!" seru salah satu temannya entah siapa itu namanya. Rival sudah selesai menjalani masa skorsnya?kenapa cepat sekali? Teman temannya mengerubuni Rival, aku melihat ke arah Dilan yang ternyata sedang menatapku. "Kenapa?" tanyaku.
"Mau balik badan atau mau lanjut jalan?"
Aku terdiam. Memegang tangannya, aku memilih untuk lanjut jalan. Masa bodo dengan tanganku yang menyantol di tangan Dilan. Aku lihat Rival sedang memeluk beberapa temannya, memeluk Annisa. Sial kenapa harus ada pemandangan seperti itu? Senyum Rival pudar saat melihat kebersamaanku dengan Dilan.
Seperti tersengat listrik, aku terkejut saat Dilan melingkarkan tangannya di pinggangku. Murid jurusan IPS langsung menatapku aneh, sedangkan Rival hanya menatapku dingin lalu mengajak Annisa ke dalam kelas. Oh dia sudah tidak peduli soalku lagi? Baguslah kalau begitu aku senang.
"Oke, makasih." kataku sedikit gugup karena mengingat tadi Dilan melakukan hal yang tidak diduga.
"Pasti berat kamu ngelewatin dia." ucapnya.
"Biasa aja, aku udah engga peduli soal dia.". Kataku, sok kuat tapi sebenarnya nyesek.
" serius?" tanya Dilan memastikan. Aku hanya bisa mengangguk ragu, aku ikut senang jika Rival sudah kembali ke sekolah. Akhirnya Dilan pamit pergi ke ruang guru, sedangkan aku masuk ke dalam kelas. Duduk di bangku. Aku sempat melihat Cindy dan Farhan sedang mengobrol, aku membuang muka dari mereka dan tidak peduli keberadaan mereka.
"Angel, lo tugas MTK udah selesai?" tanya Cindy sebari duduk di sampingku. Aku mengangguk tidak banyak bicara. "Coba liat dong, gua kurang paham soalnya." aku membuka resleting tas, mengambil buku tulis matematika dan memberikannya pada Cindy. "Lo kenapa? Daritadi diem mulu. Engga suka ya gua ngobrol sama Farhan?" tanya Cindy tidak enak.
"Ngobrol mah ngobrol aja engga usah mandang gua, emang gua siapanya dia?" kataku menyimpan nada ketus.
"ya kan takutnya aja gitu lo engga suka atau cemburu pas gua lagi ngobrol sama dia." aku hanya terkekeh pelan, lalu membuka hp. mencari kesibukan. Kurasakan ada cowo yang duduk di hadapanku, melirik dari balik bulu mataku dan tau nya ada Farhan di hadapanku. Sial ngapain dia segala duduk disini?
"udah makan?" tanya Farhan. aku tidak menjawab masih fokus melihat hp. "kalau ada orang nanya ya jawab dong." ia mengambil hpku membuatku menatapnya tajam.
"engga usah ganggu gua bisa engga sih? udah sana!" usirku sebari merebut hpku kasar.
"kan dia cuman nanya lo udah makan atau belum,Ngel." bela Cindy. mereka berdua memang samanya, engga ada bedanya.
"bela aja terus bela." ucapku sebal, bangun dari dudukku lalu berjalan keluar kelas. "Angel tunggu." sergah Farhan, aku menepis tangannya kencang saat ia memegang tanganku, ini refleks bukan di sengaja. Aku hanya tidak ingin ada yang memegang tanganku sekarang. "lo kenapa? gua perhatiin dari minggu kemarin lo keliatan bete terus." tanya Farhan.
aku menatapnya tajam,"lo nanya gitu karena hanya ingin tau, bukan peduli. Lagipula bukan urusan lo." jawabku ketus. Tidak peduli dia tersinggung dengan ucapanku ini.
"yaelah Angel, dulu kan lo suka cerita sama gua."
"yakan dulu! sekarang gua engga akan cerita apapun ke lo,paham?" sentakku. Cowo yang satu itu memang sangat menjengkelkan sekarang.

YOU ARE READING
IPA VS IPS [END]
Teen Fiction"ANAK IPS KEBANYAKAN PADA GOBLOK !!!" -kata anak IPA "DARIPADA ELU ANAK IPA PADA CULUN SEMUA !! DASAR BOCAH BELER." -Kata anak IPS stop !! please deh, jangan ada perselisihan di antara kita. Lo IPA, gue IPS. Lo Pinter, Gue bodoh. kita emang berbeda...